Selasa, 26 April 2011

The power of book : Catatan Wanita dibulan Perempuan.

Benar Ibu, karena sejujurnya kami tidak bisa membayangkan keadaan Ibu dan perempuan dijaman itu, diawal tahun 1900-an.
Kami hanya bisa membaca surat-surat yang konon Ibu tulis , yang kemudian dibukukan dan diterbitkan oleh Mr. J.H.Abendanon, Door Duisternis tot licht
pada tahun 1911., yang sudah dibaca oleh hampir setiap wanita Indonesia.

Ya, barangkali Ibu juga tidak bisa membayangkan keadaan masa kini, keadaan perempuan dijaman Millenium , yang kira-kira 130 ( seratus tiga puluhan ) tahun
didepan Ibu.

Tetapi emansipasi yang Ibu inspirasikan pada kaum perempuan terus berjalan
dan sepertinya membuahkan hasil yang cukup mentakjubkan.
Banyak batu sandungan, tetapi kami tidak akan melepas tongkat estafet yang sudah Ibu serahkan kepada kami.
Dan kami akan terus berjalan, berlari jika perlu untuk mendobrak apa-apa yang
mencoba menghalangi kami.

Sekarang, sekolah-sekolah semua sudah terbuka bagi kami, setinggi manapun..
Pekerjaan apapun juga sudah terbuka dan bisa kami masuki, bahkan yang kelihatan
“ tidak-mungkin” menjadi hal yang biasa , misalnya didunia militer atau sesuatu yang dahulu dianggap sebagai pekerjaan laki-laki.
Memang, kalau menurut teori emansipasi, kita sudah sampai ketaraf ketiga yaitu :
teori Feminis Sosialis.



Dalam bukunya Arief Budiman yang berjudul Pembagian Kerja Secara Seksual,
yang diterbitkan oleh Gramedia, tahun 1982, disebutkan kalau gerakan Feminis di Amerika, dibagi menjadi tiga golongan.
Yaitu : kaum Feminis Liberal, Kaum Feminis Radikal, dan kaum Feminis Sosialis.

Kaum Feminis Liberal , yang merupakan gerakan wanita tertua, beranggapan bahwa Patriakal dapat dihancurkan dengan cara mengubah sikap masing-masing individu.
Jika kesadaran itu sudah merata, akan terbentuk masyarakat baru yang saling menghargai antara laki-laki dan wanita.

Kaum Feminis Radikal, yang merupakan gerakan wanita yang berjuang dalam realita seksual., bagaimana caranya untuk menghancurksn patriarki sebagai sebuah sistim nilai yang melembaga didalam masyarakat. Kaum ini terlihat ekstrem.

Kaum Feminis Sosialis, yang mengutamakan perjuangannya pada system social-ekonomi. Dengan social dan ekonomi yang seimbang, mungkin perempuan lebih percaya diri bila disejajarkan dengan pria, lebih berani menata hidupnya tanpa tergantung pada laki-laki.
Buku itu ditulis tahun 1982, jadi sudah hampir 30-an tahun , diakhiri dengan tanda tanya , yang sekarang rupanya sudah terjawab.
Dan emansipasi terus berjalan, kelihatannya Feminis Sosialis itu berkembang pesat, dan saya lihat dan rasakan berkembang kearah feminis materialistis.
Sesudah merasakan bisa mendapatkan uang sendiri, bisa merasakan indah dan nikmatnya uang dan kekuasaan, rasanya bahkan makin menggebu dan ketagihan.
Wanita-wanita perkasa ini seolah lupa diri, karena dengan uang mereka bisa menggenggam dunia.

Apa Ibu ? , Oh, ya pasti masih banyak saudara-saudara kita yang belum bisa menikmati hal ini karena beberapa keterbatasan tertentu.
Saudara kita yang didesa, dengan keterbatasan financial , keterbatasan kesempatan
dan yang masih terlalu “ lugu “ ( lucu dan dungu ? ), pasti belum bisa mengejar kemajuan ini, merekalah mungkin yang masih pasrah dengan Patriarkat.

Yang betul berhasil juga tidak kalah banyaknya, para pesohor Nusantara inipun banyak yang dari kaum kami. Tampuk pimpinan , baik di Pemerintahan atau swasta sudah bertebaran di Negara ini.
Yang berjuang dengan nurani pun berjubel, yang berjuang tanpa pamrih , tidak
memikirkan penghargaan ataupun gelar pahlawan.
Para guru, bidan, dokter, pendekar lingkungan, pecinta alam, yang berusaha menata
tempat tinggal sekitarnya menjadi lebih baik, mereka tersebar di pulau-pulau jauh terpencil. Relawan bencanapun makin berkiprah.

Tetapi Ibu, ada beberapa diantara kami yang berdiri disimpang jalan memperhatikan dengan jeli, cerdik dan licik, yang kemudian siap menerkam
mengambil jalan pintas untuk mencapai keinginannya, menghalalkan segala cara.
Tarikan kenikmatan itu pasti amat memikat, dan segala itu harus ditebus dengan
materi apapun caranya.


Memang Ibu, dengan uang kita bisa melakukan apa saja.
Anak yang bodohpun bisa disulap jadi pintar disekolah.
Dengan uang perempuan yang berpenampilan seperti Sarinah bisa berubah seperti Barbie, Cinderela modern.
Yang kurus kerempeng seperti Tulkiyem-pun bisa di-abrakedabra menjadi Pamela
Anderson, itu bom-sex yang suemok.. molig, pokoknya wuaduuh .
Benar Ibu, semua bisa terjadi dengan uang, pokoknya siip deh.

Poligami ?, wah itu sudah ketinggalan jaman bu. Itu mungkin terjadi bila perempuannya dipihak yang terdesak, orangtua punya utang banyak atau amat
miskin sehingga rela anaknya yang masih kencur dipoligami oleh orang yang pantas jadi kakeknya.
Masih terjadi tetapi tidak banyak, bahkan dijaman Milenium ini banyak tante-
tante kaya raya yang mencari brondong kremezz.
Istilahnya jika laki-laki bisa cari daun muda yang masih kinyis-kinyis, wanita
jaman sekarangpun bisa cari lalapan muda yang masih krenyes-krenyes…mungkin
seperti makan salad dengan buahan dan sayuran , yang masih segar . renyah .. dan kremuzz …mmhh.


Laki-laki sekarang ?
Yah, seperti biasa, mereka tetap sama seperti pendahulunya Nabi Adam.
Selalu menuruti segala permintaan Siti –Hawa. Tidak tahan terhadap rayuan dan rengekan kami. Bahkan rela korupsi, dikejar polisi, jaksa, hakim, dilecehkan di media, dan banyak yang masuk penjara.
Merekapun akan langsung tandatangan meski disodori blangko kosong tanpa tahu
isinya karena terpesona oleh penampilan , gaya dan penuturan kami yang memukau
dan memikat.
Tetap, tetap saja mereka ceroboh seperti dahulu., harusnya mereka selalu ingat akam kisah Adam dan Hawa.

Selamat menutup Hari Perempuan tahun 2011

Sabtu, 16 April 2011

Dijual cepat B.U : bayi sehat , imut .


Baru-baru ini di Surabaya, ada anak muda yang ditangkap polisi karena dituduh menjual bayi mungil, anaknya sendiri.
Ketika ditanya, jawabnya, dia tidak menjual bayinya, cuma menitipkan ( dengan imbalan ? ) , besok kalau dia sudah berhasil, akan diambil kembali.

Ibu si bayi masih belia, 17 tahun dan bapak si bayi masih dibawah 20 tahunan.
Dua-duanya pengangguran, dan rupanya orang tua merekapun tidak bisa membantu.
Bapak muda itu baru usaha SIM, untuk bisa jadi sopir.
Mereka bingung karena tidak punya beaya untuk menghidupi anaknya.

Secara logika barangkali perbuatannya itu benar, tetapi secara nurani perbuatan itu jelas salah besar dan tidak bertanggung jawab.

Saya pernah mengikuti , membaca maksud saya, suatu keluarga miskin yang punya beberapa anak., dan salah satunya diberikan ( dijual ? ) pada keluarga bule , yang kemudian dibawa pulang kenegerinya.

Bertahun sudah, dan setelah dewasa si anak ini , yang sudah menjadi wanita muda, ingin kembali bertemu dengan keluarganya di desa, di Indonesia.
Dan berkat pertolongan media, mereka berhasil kembali bertemu.
Saya lihat waktu itu, karena banyak disorot di media, disamping pertemuan yang mengharukan, saya lihat betapa perbedaan antara si anak yang diasuh oleh bule dengan saudara sekandungnya yang di desa.

Seperti bumi dan langit, sulit ya membayangkan ?, gampangnya layak nyonya besar dan pembantunya, padahal mereka seayah dan satu Ibu.
Perbedaan financial sepertinya tampak jelas.

Ya, benar, anak itu anugerah, anak itu titipan TUHAN.
Tetapi kalau kita tidak mampu merawat titipan itu, ( dengan berbagai alasan ) secara baik, bahkan sepertinya tidak nyaman , memberatkan , dengan titipan itu.,
sehingga tidak jarang orangtua hilang kesabaran, dan melakukan penyiksaan phisik yang mengenaskan, menghajar, menghukum, tidak dikasih makan, mengunci anaknya dirumah sendirian dan banyak yang sejak kanak-kanak dipaksa membantu orang tuanya cari nafkah.

Yang lebih sadispun banyak terjadi, dengan ditemukan mayat bayi yang menyedihkan., ditempat pembuangan sampah atau hanyut disungai.

Apakah tidak lebih baik jika si anak/bayi diserahkan kepada orang tua .lain atau yayasan yang sanggup menghidupi dan mendidiknya dengan lebih baik ?
Daripada nanti si anak tersiksa, dan orangtua berdosa karena menelantarkan anaknya ?

Memang, hidup adalah pilihan dan semua pasti penuh resiko.

Rabu, 13 April 2011

Buku cs dan Mbah Google cs

Dua sahabat setia saya
Saya mengenal buku, majalah, koran dan lain-lain media cetak sudah lebih dari 50 ( limapuluh ) tahun.
Dan saya mengenal Mbah Google, Yahoo, Bing, Ask , media electronic , baru
kurang lebih 5 ( lima ) bulan.

Perkenalan saya dengan media cetak diprakarsi oleh ayah dan ibu saya yang amat
gemar membaca.
Sedangkan perkenalan saya dengan media elektrolik diprakarsai oleh anak saya, yang amat suka dengan computer.


Kata Ayah dan Ibu saya, jika kita bersahabat dengan koran, buku dan majalah,
sepertinya kita melihat kedalam bola kristal ajaib, apapun ada .
Berita-berita dalam dan luar negeri, petualangan/pengalaman yang mentakjubkan,
karya pesohor, komik, novel, kesehatan, seks, humor , masakan , sepertinya segala pengetahuan dunia ada. Pasti bisa menambah muatan otak , dan menjadikan seseorang makin cerdas.
Juga bisa menjadi inspirasi yang bermanfaat, menjadikan kita makin arif dan bijak


Kata anak saya , jika kita bersahabat dengan mbah Google cs, kita juga bisa melihat keajaiban kotak kristalnya yang canggih.
Apapun yang kita inginkan, yang ingin kita ketahui dan tanyakan , akan langsung
dijawab saat itu juga.
Kejadian dibelahan dunia yang lain , saat itu juga sudah terekam didepan mata..
Kita tidak pernah ketinggalan berita.


Kata Ayah dan Ibu saya, kita bisa menikmati koran, buku dan majalah sambil santai, minum teh sore sambil nyemil, lesehan dikursi malas, dikebun, dipinggir kolam, bahkan dikamar mandi.
Yang paling nikmat sambil tiduran ditempat tidur sebelum bobok malam.

Kata anak saya , mbah Google cs pun bisa dinikmati dimana-mana sambil santai.
Lebih-lebih setelah ada laptop dan PC tablet. Bisa dinikmati di restaurant, di café,
dikebun, dikantor, bahkan diruang sidang DPR bisa, sedang rapat pariporna/o . .

Kata Ayah dan Ibu saya, mbah Google cs itu bisa kena virus dan ada radiasinya
kalau tidak kuat, mata bisa sakit.
Pengoperasiannya juga ruwet. Kalau media cetak… buka, terus dinikmati – beres!
Bahasanya juga bahasa Inggris, keminter ( sok pintar ).

Kata anak saya, virusnya mbah Google cs sudah punya banyak penangkal kok.
Lagipula mbah Google cs pinter juga bahasa Jawa, Cina, Rusia, Arab dll.
Ngoperasinya juga nggak rumit, tinggal klik, klik, klik beres. Kalau sudah biasa
sambil tutup matapun bisa.


Tapi Ayah dan Ibu saya bilang, mbah Google cs itu memang pinter banget,
canggih, asyik dan mentakjubkan.

Dan anak saya juga bilang, memang masih enak baca buku, santai nggak ada radiasinya, jadi nyaman banget.

Dan sayapun makin bingung, pilih yang mana.
Setelah pikir-pikir, akhirnya saya memutuskan untuk puasa dahulu 40 hari, 40 malam. Kata primbon, saya tidak boleh makan sesuatu yang ada nafasnya.
Ya, sayapun malah takut kalau makan sesuatu yang masih bernafas, jadi semua
dimasak dahulu sampai mateng.

Demikianlah, pada hari Jum’at kliwon, sesudah mendapat pangsit, eh wangsit
saya memutuskan : saya memilih keduanya.
Hah,… poliandri dong, - yah, tak apalah, saya cinta mati dua-duanya kok.
Saya peluk keduanya dan saya perlakukan dengan adil… seadil-adilnya.

Eh, nggak lucu ya, dasar saya nggak bakat jadi badut sih.
Hayoo, pasti lebih lucu dagelan yang di Senayan kan ?
Tambah heboh lagi lucunya kalau sudah menempati gedung baru.
Pak Jaya Suprana siap-siap saja bikin event baru, rekor Muri ….
apa ya, pasti rame.

Minggu, 10 April 2011

Pendidikan Sex Pertama Lewat Buku

Keluarga saya punya hobby yang sama : membaca.
Disamping bacaan sehari-hari, kami berlangganan koran dan majalah, juga banyak buku-buku yang menjadi koleksi keluarga kami.
Jenisnya maca-macam, yang banyak pengetahuan baru yang sedang berkembang.

Sebagai anak kecil sayapun ikut-ikutan dan ketularan kebiasaan yang menarik itu.
Saat itu, jangankan internet, tevepun masih hitam-putih dan tidak jelas.
Jadi membaca merupakan kesibukan yang paling menyenangkan.

Sayapun mulai mengkoleksi komik-komik, dari komik luar negeri terjemahan sampai komik lokal.
Di komunitas saya, di sekolah dan antar tetangga, mainan kamipun di sesuaikan dengan cerita dari komik.

Ada yang jadi Tarzan, Superman, Mandrake, Flash Gordon, dan lain tokoh super hero yang hebat-hebat itu.
Kalau ingat dan ketemu dengan rekan-rekan “ tempo - doeloe “ yang sekarang sudah “ glamur “ , maksudnya golongan lanjut umur , kami sering ketawa-
ketawa geli, lha wong saya sering jadi Tarzan, padahal saya cewek asli kok.
Mungkin karena saya tomboy, suka aktif dipermainan cowok yang agak keras.

Dan tidak tanggung-tanggung, kamipun sering bergelantungan di pohon-pohon dengan pisau belati ( bohongan ), naik Tantor, si gajah yang selalu diperankan
oleh rekan paling besar, selalu menggandeng Cheeta, si monyet, di perankan
oleh rekan paling kecil. Indah sekali kenangan itu.
Seingat saya, permainan wayang tidak pernah kami mainkan, meskipun komik wayang banyak beredar saat itu.

Sepertinya kehidupan berjalan biasa-biasa saja, tetapi rasanya ada sesuatu yang berubah pada diri saya, terutana phisik saya, perubahan yang tidak saya mengerti.
Waktu itu saya berumur 12 tahun, duduk dikelas 6 SD.

Saya ingat, hari itu, sepulang dari sekolah, keadaan rumah sepi, rupanya ayah dan ibu lagi bertandang kerumah kawan beliau.
Setelah makan siang, masuk kamar seperti biasa menjumpai sahabat saya, buku koleksi yang bertebaran dikamar.


Diantara tumpukan buku ada sebuah buku yang saya yakin bukan buku koleksi. Ternyata buku kesehatan , terjemahan , yang ditulis oleh dokter luar negeri, dilihat dari nama yang tertera .
Ternyata itu buku Ibu, yang sengaja ditaruh disana.
Kata beliau saya sudah waktunya boleh membaca buku itu.
Saat itu sebenarnya saya kurang faham dengan maksud buku itu, karena benar
suatu pengetahuan yang baru, tetapi beliau mengatakan kalau nanti pasti bakal
mengerti jika sudah mengalaminya sendiri.
Ternyata itu merupakan pendidikan sex pertama lewat buku dari tangan Ibu.

Cara beliau cukup sederhana dan tidak menimbulkan gejolak bagi pribadi.,
karena kami selalu didampingi oleh buku-buku pengetahuan bermutu.
Meskipun hal itu cukup sensitive dan mengagetkan, karena saya samasekali
belum mengerti tentang tumbuh kembang tubuh manusia sejauh itu,

Sebenarnya, diantara kita, teman-teman remaja cilik sudah banyak rumor menggelitik , seloroh kecil , gunjingan lucu tanpa kita mengerti arti yang sebenarnya tentang pra-sex ini.

Untung saya punya seorang Ibu yang yang mau membuka hati untuk berbagi
secara gamblang hal-hal yang harus kami ketahui tentang tubuh kita.

Sesudah haid pertama, sayapun semakin akrab dengan Ibu, oh, ya saya adalah
putri tunggal beliau , kami kemudian sering berburu mencari buku-buku yang
berhubungan dengan berbagai masalah , dari pengetahuan tentang sex juga pengetahuan lain tentang kehidupan yang semakin pelik ini.
Waktu itu buku makin marak, berkembang dan ditulis oleh ahlinya, juga harganya
amat murah terjangkau.
Kebiasaan itu terus berlanjut sampai SMA dan kuliah.

Kalau ada suatu masalah, saya pasti lari ke toko buku, mencari buku buku yang ada hubungannya dengan aral itu. Pemecahannya pasti ada, setidaknya saya tidak salah-salah amat jika harus mengambil suatu keputusan.

Sesudah menikah, kerja dan punya anak, kebiasaan tidak perah berubah.
Yang berubah hanya rekan jalan .
Kalau dahulu ayah dan ibu saya, kemudian suami saya yang selalu mendampingi saya untuk berburu buku-buku yang kami perlukan, dari hubungan suami isteri secara psychologis, pengetahuan sex, kesehatan dan aneka macam persoalan masalah yang menghadang.

Cyclus kehidupan berjalan terus, dan sekarang yang selalu menemani saya adalah
anak saya, meskipun tidak segencar dahulu.
Anak sayapun penggemar buku, meskipun topiknya lain dari jaman saya dahulu.
Karena harga buku cukup mahal sekarang , kadang kami hanya pergi jika ada pameran saja, karena disana biasanya ada obral , discount . buku- buku murah yang cukup bermutu. Gramedia kadang mengadakan.
Yang sedang saya buru sekarang sepertinya judul yang berkisar tentang kesehatan lansia, dan mungkin menjadi tua dengan bijak.

Jumat, 08 April 2011

The Power of Book : Nostalgia , Menyentuh Alam Batas

Kebiasaan membaca buku sudah saya mulai sejak kecil.
Saat itu belum ada teve , belum ada computer, jadi buku merupakan sahabat
akrab bagi ana-anak masa itu.

Hobby satu ini benar-benar merupakan penyakit keturunan dari ayah saya, yang amat sangat suka baca buku.
Ingatan melayang, sewaktu beliau pulang dari Australia, oleh-olehnya ada beberapa peti dan setelah dibuka , isinya buku semua, bukan barang-barang bagus dari sana.

Buku yang pernah saya bacapun sudah banyak sekali , sejak melek baca..
Dari komik yang penuh gambar, Flash Gordon, Mandrake, Tarzan juga cerita
wayang yang favorit dan paling hapal.

Kemudian cerita serial petualangan, serial detective, beberapa novel, riwayat hidup
para pesohor dengan hasil karya-tulisnya.
Remaja, wanita, keluarga, resep masakan, kesehatan, sex ( termasuk Kamasutra dan
sejenisnya ), astronomi, sosbud, sastra, astrologi, obat herbal , hobby sampai primbon , dari A sampai Z, semua pernah baca.
Buku-buku best-seller selalu masuk daftar yang harus dibaca.

Setiap bepergian kesuatu daerah, disamping berburu kulinernya yang khas, saya
pasti cari toko buku. dan selalu ada saja buku yang berhasil membajak hati ini untuk membelinya.

Saya adalah orang yang selalu ingin tahu, apa saja, dan semua terjawab ditumpukan sahabat karib yang tersebar dirumah.

Tetapi ada suatu kebiasaan buruk yang paling sulit hilang, yaitu senang membaca
sambil tiduran, rasanya nyaman sekali.

Jadi jika sedang gelisah, tidak bisa tidur , bosan apa-saja, bete kali istilahnya sekarang, saya selalu membaca salahsatu buku yang ada disekeliling tempat
tidur, yang kira-kira sesuai dengan situasi yang sedang menghadang saat itu.

Entah kenapa, nanti pasti akan timbul ide baru atau suatu penguraian lain dari masalah yang sedang melanda.
Setidaknya pikiran ini pasti akan teralihkan dengan apa yang sudah terekam semalam., melalui buku.

Hal inipun terbuktikan ketika saya menunggui suami yang sedang sakit, dan harus diopname.
Ikut ngamar dirumah sakit, yang suasananya redup dan miris, pasti tidak menyenangkan dan bisa membuat seseorang menjadi stress.
Terlebih bila banyak urusan pekerjaan dikantor.

Buku sumber  inspirasi setiap orang 
Beberapa dokter , yang kemudian menjadi sahabat , menganjurkan agar saya menghibur diri dengan bacaan-bacaan , buku yang ringan dan lucu.
Karena anak saya berlangganan Donal, saya bawa sekalian tumpukan komik
itu beserta beberapa buku yang lain.

Benar saja, dikala malam telah larut, suasana hening mencekam, sayup-sayup terdengar suara gumuman yang tidak jelas diluar kamar, membuat bulu kuduk berdiri. Saya tengok suami kelihatan nyenyak tidur, tidak sampai hati kalau sampai membangunkan cuma gara-gara saya mrinding , kan saya yang jaga dia !

Ya, memang disekitar kamar kami banyak yang sedang sakit parah dan pasti berusaha mempertahankan nyawanya. Lamat kadang terdengar suara langkah kaki.
Rasanya berhenti dimuka pintu kamar saya. Mata tertuju kepintu, … tenang, ..tenang
Ternyata tidak ada apa-apa, tetapi suasananya tetap membuat bahu terasa berat.
Pintu saya buka cepat, kosong , sepi sekali, lorong kiri-kanan juga hening, lengang.
Saya sebenarnya termasuk pemberani, tetapi saat itu bulu kuduk saya benar-benar berdiri. Kayaknya didepan saya ada sesuatu. Ada apa ya ?.

Saya tidak bisa tidur, gelisah, saya lihat tumpukan buku yang tadi saya bawa.
Saya ambil dan mulai kubuka - dan entah dari mana datangnya , mungkin otak ini terpengaruh oleh gambar dan cerita konyol didepan mata, tiba-tiba kegelian menyelinap, dan pelahan saya senyum-senyum sendiri,, edan, kocak banget.
Rasa tegang ngeri dan mrinding lenyap begitu saja.
Pikiran jadi relax, dan kemudian bisa tidur pulas dengan otak senang.

Paginya terdengar ramai dimuka kamar , ternyata penghuni ruang dimuka , seorang ibu sepuh yang sudah saya kenal , meninggal tengah malam tadi..
Saya tertegun., dan ikut berbela sungkawa pada keluarganya., meskipun kayaknya tadi malam beliaunya sudah pamit pada saya duluan.
Tetapi dengan rasa segar dan layaknya punya kekuatan dan semangat baru saya tetap melangkah untuk menatap hidup dengan lebih tegar.
Mungkin otak saya sudah diisi oksigen, karena semalam saya berjenaka-ria senyam-senyum dengan sahabat setia saya . Week, wek, wek.

( buat : seorang Ibu sepuh yang sudah bahagia disana )

Selasa, 05 April 2011

DPR dan Petruk - dadi - Ratu.

Media panas lagi, yang disorot tentang DPR yang mau membangun gedung baru yang amat mewah seharga 1,16 trilyun lebih.
Konon satu kamar anggota dianggarkan 800 juta rupiah dengan luas 120 m2.

Jika Pemerintah berniat membangun rumah rakyat per- unit seharga 25 jutaan, maka satu kamar anggota DPR itu bisa jadi 32 –unit rumah rakyat yang pasti keadaan type RS 7 : Rumah Secuil Sangat Sempit Sekali, Selonjor Saja Susah.
Selonjor itu meluruskan kaki.

Tanggapan yang muncul semua masuk akal karena ikut merasakan /melihat
keadaan masyarakat yang masih belum mendapatkan hak layak dari Pemerintah.

Saya ingin menambah satu , yaitu membandingkan keadaan DPR ini dengan
suatu cerita wayang, yaitu Petruk-dadi- Ratu.

Ceritanya sebetulnya kocak, tetapi mengandung falsafah yang tinggi..
Saya percaya Bp. SBY dan Bp. Boediono faham tentang falsafah itu.

Petruk, seorang abdi masyarakat, diangkat menjadi Ratu/pejabat, dan karena
euphoria yang berlebih, jadi kehilangan ingatan.

Tidak ingat kalau amanah itu dari rakyat, lupa bahwa duit yang dipakai
study banding dan penompang segala kemewahan hidupnya juga dari rakyat.
Tidak ingat kalau rakyatnya masih ada yang makan nasi aking, busung lapar,
masih berhimpitan di bantaran sungai, dipinggir rel kereta api, mengais sampah
dan berjubelan ditempat pembuangan sampah disetiap kota.
Penangan bencana yang masih carut-marut, Lapindo, Aceh, Padang, Wasior, Merapi, Mentawai dan masih banyak yang lain.

Apakah tega DPR, yang wakil rakyat bakal menari dan bermewah ria diatas
kepedihan, keresahan, kebingungan, keprihatinan dan penderitaan rakyat seperti
tak pernah habis habisnya ini ?
Kemana hati nuraninya ?

Bapak Marzuki Alie yth,
Nanti jika semua janji-janji sudah terpenuhi, pangan, papan, jalan. Pendidikan dan pekerjaan , pasti rakyat dengan senang hati akan mendukung dengan dua jempol.

Bukan Cuma 2 – 3 trilyun, 20 – 30 trilyun-pun bahkan lebih rakyat pasti senang dan legowo, legowo itu berbesar hati dengan tulus.
Tetapi jika sekarang dilaksanan pembangungan itu, saya khawatir ini laksana me-
ngundang badai gurun putting beliung, seperti kejadian yang sedang marak di-Timur Tengah.
Sama-sama kita tunggu besok.

Sabtu, 02 April 2011

Nasi Goreng dan Pecel .

Semua orang pasti berdecak kagum dengan pernikahan KD dan RL.
Tetapi bukan karena wahnya perhelatan itu , karena kalau selebriti bikin pesta
nggak tanggung-tanggung, pasti ber-yard –yard.
Tetapi semua mata selalu tertuju pada Anang Hermansyah, bekas suami KD

Beberapa komentar seleb dan orang biasa yang terekam , semua memuji
“ kebesaran jiwa “ Anang, benar-benar gentleman.
Orang berbisik-bisik, kok nggak sayang ya KD melepas Anang, yang begitu
baik, berprestasi, bertanggung-jawab, setia etc … etc, dan sudah memdampingi  selama itu dengan dua putra/i yang mulai beranjak remaja.
Ibaratnya from Zero to hero beneran.

Tiba-tiba saya teringat pada peristiwa serupa tapi tak sama seperti itu.

Waktu itu saya mengikuti kursus Kesehatan Jiwa.
Tepat disamping saya duduk seorang wanita “ usia bijak “ yang gorgeous.
Parfum lembut tercium dan kami berkenalan, menarik sekali wanita ini, karena
disetiap seksi kursus , dia selalu tampil memukau dengan gaya dan brain yang
mengagumkan.

Sebut saja Mira, seorang pengusaha, dosen, aktifis suatu Lembaga Sosial,
..bla, bla, bla, pokoknya terkenal.

Lama tidak bertemu, tiba-tiba saya ketemu dengan dia disuatu supermarket
dekat rumah.

Ketika kita makan, dia bercerita kalau dia sedang ada masalah dengan suaminya.
“ Kamu ingat ketika kita kursus kesehatan jiwa beberapa waktu yang lalu ? “
Saya mengangguk.

“ Dipelajaran sexology diberikan beberapa definisi laki-laki yang membosankan
meskipun baik.
Kan seorang laki-laki harus bisa menyulap dirinya, istilahnya bukan cuma bisa
memasak nasi goreng saja. Wanita yang harus selalu makan olahan itu terus-terus
an, … wah, ya seperti pecelnya versi laki-laki, ingat nggak ? “
Sayapun mengangguk.

“ Banyak lho wanita yang baik, setia, tetapi tetap suaminya nyeleweng kesana-sini, alasannya isterinya setiap kali selalu masak nasi pecel melulu.
Padahal sang suami sekali-kali pengin makan nasi gado-gado, nasi cap jae, bahkan
nasi martabak “
Saya terkikik.

“ Begitulah suamiku, selalu masak nasi goreng yang itu-itu saja. Sekali-kali
aku juga pengen nasi campur, nasi bak-moy, bahkan nasi kabuli, iya kan ? “

Sayapun mengangguk, … tuing, … salah ya ?.

Harusnya kalau kita sudah janji berikrar dihadapan TUHAN, apapun harus kita hadapi bersama. Perkara nasi goreng dan pecel atau yang lain , pasti bisa dibicarakan dengan baik, sambil merancang menu baru yang lebih pas dan asyik,
bukan malah cari menu lain diluar, iya apa iya ,

Ibu Kartini help, emansipasi Ibu sudah jauh jalannya.
Ibu bahagia, bangga, termenung, tercenung, atau malah kaget.
Saya hanya bisa menggumam “ no comment “ aja ah.