Jumat, 30 September 2011

Malaikat Pencabut Nyawa

Sayup saya tersadar, disekeliling terasa amat dingin , ternyata ruang ICU, ada 2 suster yang sedang memasang alat-alat dibadan saya.
Ada alat bantu nafas dihidung, dikedua bahu saya terikat seperti tensimeter yang otomatis memompa seperti jika kita sedang ditensi dengan suara dengung lembut disertai suara tiit..tiit..tiit – nya yang menyeramkan, atau mungkin alat pemacu jantung saya kurang tahu.
Ditangan terpasang infus yang menetes deras, kateter juga terpasang dan entah apa lagi, rasanya ribet banget.
Aduh, sepertinya saya sedang sekarat, sehingga perlu dibantu oleh alat –alat kedokteran canggih yang berseliweran dibadan saya.

Dua orang dokter senior masuk, laki-laki dan wanita, setelah melihat alat yang terpasang ditubuh saya, mereka memeriksa dan meneliti kaki saya yang lumayan bengkak, kemudian menyapa .

Semalaman seperti antara sadar dan tiada , saya mendengar derap langkah dan dorongan berat ranjang pasien.
Batuk terdengar terus menerus, parah sekali, dan saya dengar mereka masuk keruangan sebelah.
Sesuadah itu agak sepi, tetapi batuk ruang sebelah masih terdengar, saya merasa ngantuk sekali dan terlelap.

Saya agak kaget ketika 2 suster menyapa untuk menyeka badan saya, rupanya sudah pagi.
Karena batuk disebelah terus terdengar, sempat saya tanyakan pada suster, sakit apa pasien sebelah. Mereka menjawab mungkin gangguan paru yang akut.

Saya sampai lupa keadaan saya, rupanya saya masih bertahan hidup, padahal sewaktu dibawa ke RSU Haji kemarin sore, keadaan saya sudah parah,
Tidak bisa jalan sendiri, karena kaki bengkak banget, lemas, karena tidak doyan makan dan kurang tidur, karena sulit bernafas., tidur sebentar rasanya tersengal.
Pagi itu keadaan agak membaik karena semalam sudah bisa tidur, meski masih sedikit gelisah.

Pertama anak saya yang masuk dengan baju hijau khas ICU, dia tersenyum, ah, pemuda inilah yang membuat saya masih ingin bertahan hidup.
Kami berpelukan, ya, dialah yang selalu mendampingi saya selama ini, dan juga ingat dialah yang pertama menyelamatkan nyawa ini, kalangkabut mengabari kerabat dan pontang panting membawa ibunya kerumah sakit dan mengurusi segalanya. Terima kasih dari hati yang tulus dari mama.

Kemudian 2 kakak saya masuk, Yu Aik dan mbak Nuki, sayapun berhutang nyawa kepada beliau-beliau ini, meskipun sudah sepuh dan sakit2-an, mereka terus memberi dorongan semangat moril dan financial .
Kemudian beberapa kerabat, sahabat, rekan dan tetangga2-pun berdatangan menjenguk saya.


Siang itu , hari kedua saya di ICU, dua orang dokter dan 2 perawat sedang dikamar , dokter itu menanyakan tentang riwayat kesehatan saya selama ini.
Kebetulan sampai umur hampir 60 tahun , kesehatan saya baik-baik saja , artinya tidak punya penyakit serius yang harus ditangani secara khusus.
Tetapi ternyata sekarang saya menderita hipertensi, jantung saya terendam, lemah jantung dan kaki bengkak sulit jalan.
Kok jadi borongan ya sakitnya sekarang, mungkin saya ceroboh, kurang menjaga kondisi tubuh., dan pola hidup kurang sehat.
Kedua dokter itupun memeriksa keadaan kaki saya yang sudah mulai mengempis karena gelontoran obat dan perawatan semalam.


Tiba-tiba mata saya melihat sosok laki-laki yang berdiri dipojok, dan menatap tajam, berbaju putih , tapi sepertinya ramah dan santun.
Beliau menghampiri saya, dan menepuk-nepuk bahu saya dan berkata : “ Jangan khawatir, pasti kuat, … masih lama “ saya tertegun.
Saya tidak bisa berkata apa-apa, sambil melihat beliau keluar dan menghilang dibalik tirai.

Rasanya aneh, dijam bukan bezuk, lagipula disaat dokter memeriksa pasien, ada bapak-bapak asing bisa masuk keruangan saya, juga tidak memakai baju steril khusus ICU dan aduh, bulu kuduk saya berdiri, bahkan seolah kedua dokter dan dua suster yang ada diruangan itupun tidak menyadari kehadiran “ mahluk “ itu.
Karena saya masih penasaran dan kurang yakin, barangkali saja beliaunya cuma salahsatu kerabat pasien di ICU, sorenya saya tunggu.
Rupanya yang saya tunggu tidak muncul lagi, sampai malam haripun saya masih kepikiran dengan peristiwa itu, tetapi ada yang aneh, suara batuk diruang sebelah tidak lagi terdengar.

Sampai tiga hari saya di ICU, karena keadaan membaik, saya dipindah keruang perawatan. Sampai 20 hari kemudian, jadi total 23 hari saya baru bisa keluar dari RSU Haji Surabaya itu.
Baru kemudian saya tahu, bahwa pada hari yang sama saya kedatangan tamu misterius itu, malamnya pasien tetangga yang batuk parah itu ternyata tutup usia.
Saya bergidik, apakah beliau Malaikat Sang Pencabut Nyawa yang sering dibicarakan, dan konon sering dijumpai didaerah rawan kematian, seperti ICU ?


Barangkali sewaktu saya di ICU dulu itu, sang Algojo Maut sempat mampir keruangan saya, setelah menjalankan tugasnya diruang sebelah, .. ih, ngeri banget ya boleh saja salah masuk kamar tapi jangan sampai salah nomor.
Konon kita ini masing-masing sudah punya nomor sebagai passport siap berangkat jika waktunya tiba.

Sampai sekarangpun , dihidup kedua saya ini, rasanya jika mengingat kejadian itu , seperti antara ada dan tiada, dan selalu merinding, atau itu hanya suatu halusinasi karena kesehatan saya amat kritis saat itu , sehingga tidak bisa berfikir jernih ?

( Terima kasih buat team dokter bagian Jantung , perawat/suster di RSU Haji Sukolilo, Surabaya, atas perhatian dan perawatannya yang amat baik pada saya selama ini )



Caprib ( Catatan Pribadi ) :
Kesehatan sering dianggap tak berharga,
sampai penyakit datang.
( Baker )

Sabtu, 24 September 2011

Glamur Ber- Digital

Banyak yang mengatakan kalau belajar itu tidak mengenal umur.
Pokoknya punya hasrat dan semangat, never mind, pantang mundur, maju terus.
Sebenarnya sih saya tidak punya tekad seperti motto itu, terlebih sesudah saya harus menyaksikan beberapa sahabat karib meninggal secara mendadak karena serangan jantung ,dan saya juga pernah masuk rumah sakit 23 hari karena lemah jantung, hati ini seolah patah semangat.
Tetapi anak saya selalu mendorong untuk belajar sesuatu yang baru , computer.
Karena tempo doeloe saya pernah bekerja dimedia , koran dan majalah, kalau urusan ketik-mengetik, itu yang jadul berisik merdu, sambil tutup matapun jadi
Tetapi computer, nanti dulu.

Eh, ya ngomong perkara umur, saya ini terus terang tergolong glamur, golongan laju umur, istilahnya konon sama dengan lansia, tetapi saya tidak suka dengan istilah itu, kayaknya lebih suka dengan glamur, terkesan lebih segar, bersemangat dan exotic ( bener ya ? … hihihi, bisa aja ).
Umur saya baru … sweet – dak , alias enampuluhan ( Jawa ) lebih sedikit, pasnya 66 tahun plus beberapa bulan.
Dan seperti kisah klasik yang lain, dosen pembimbing saya adalah anak sendiri, pemuda ganteng, baik hati dan sabar.
Saya juga dengar jika para sesepuh ingin belajar computer, mereka juga diajari anaknya sendiri, jadi tidak perlu malu, mereka nyatanya memang lebih jago dari kita.


Sampai sebulan saya masih kepleset - pleset untuk menghafal segala seluk beluk mesin ini, untung pak dosen selalu memberi semangat pada saya.
Kadang saya tertawa sendiri, computer ini sungguh sangat canggih, bahkan sering menjulukinya dengan si -“ kemeruh “ artinya sok tahu.
Sering jika mau ketik sesuatu, belum selesai klik, sudah ada sederet jawaban. Saya juga suka menggoda dengan pertanyaan yang rada rada aneh, nyleneh dan konyol, eh bisa jawab juga, meskipun kadang melenceng kemana – mana.


Sayapun menghubungi beberapa rekan “ tempo doeloe “, tetapi umumnya jawabannya sangat mengecewakan, mereka malas belajar computer, alasannya katanya belum apa apa sudah mumet/pusing lihat banyaknya tuts di keyboard, itu kan mainannya anak muda.
Mereka malah memilih ketemu saja, atau pakai telpun/. hape lebih intim, bila pengin kontak dengan saya,…dasar glamur.
Beralih mencari diFB, saya pilih yang tampak diphoto sepantaran dengan harapan sepertinya lebih nyambung.
Yang lucu , terpampang dua wanita, satu muda satunya seumur saya, ternyata yang muda malah yang njawab, salah sasaran dong.
Beberapa rekan memang sudah saya temukan, tetapi penginnya sahabat yang bisa memberi api semangat hidup pada nurani.
Sepertinya FB memang banyak dimanfaatkan oleh para kawula muda.


 Setelah cari sana sini, akhirnya ketemu Kompasiana, saya tertegun, ini sahabat yang saya tunggu dan cari.
Secara bebas kita bisa menumpahkan segala uneg-uneg, pengalaman hidup, suka duka dan mungkin mimpi-mimpi mendatang.
Membaca tulisan yang beraneka ragam di Kompasiana betul bisa menambah wawasan saya, layaknya kita membuka bola kristal ajaib, tinggal ketak-ketik, apapun terpampang didepan mata.
Penulisnyapun dari semua golongan, buruh, bos, laki wanita, muda tapi kok jarang yang sepuh ya ? Ayo dong sahabat glamur, growing old does not mean you stop growing, tak tunggu beneran.

Terlebih setelah ada Kompasiana Freez, yang rencananya mau bikin tabloid, aduh saya makin semangat. Karena disamping mau menghargai karya kita, menampilkan dan dipublikasikan dalam media cetak , juga diberi honor,.. saya sudah merasakan icip-icipnya, sudah pernah kebagian lho… asyik.
Maju terus Kompasiana Freez, kami pasti dukung, jabat hati.
Rasanya kenangan waktu masih muda kembali tergambar, manis sekali.



Caprib ( Catatan Pribadi ) :
Orang yang memiliki ilmu dan ketrampilan
dengan mudah mengatasi kesukaran.
Oleh karena itu mari kita isi diri kita dengan ilmu
Pengetahuan dan ketrampilan yang pasti akan berguna
setiap waktu. ( Anonymous )

Jumat, 16 September 2011

Klop seiya sehati, … digaji pertama

Dalam tas saya ada amplop yang berisi gaji pertama.
Ada perasaan berbunga- bunga sedikit, bangga juga karena bisa cari uang sendiri, kayaknya bisa lebih leluasa “ have fun “, jadi tidak selalu nebeng suami.
Saya berpikir sejenak, mau diapakan ya ?

Tadi diatas, diruangan saya sudah men-traktir dua rekan , perut rasanya sudah kenyang. Tetapi toh saya meluncur kesuatu restaurant favorit keluarga, pengin bikin sedikit kejutan dirumah.

Restaurant ini kecil saja, disuatu pojok jalan protocol, cukup jauh dari kantor saya. Dihalaman resto itu , ada taman sedang yang tertata apik, dengan beberapa meja kursi dan tenda, juga ada sedikit mainan anak, keadaannya sederhana tapi nyaman.
Tentu saja sebenarnya yang istimewa bagi keluarga saya adalah masakannya, luar biasa nyamleng tenan , pas dengan selera dan lidah kami.

Saya pesan satu dos besar gudeg komplit istimewa, dengan 5 telur pindang, 5 hati ampela ayam yang dijadikan satu dan dililit dengan usus ayam, .. aduh uenak banget lho masakan ini.
Sambel goreng krecek kacang tolo juga yang nyus nyus, puedes , gurih mantep.
Kemudian saya pesan lagi 1 ayam goreng porsi besar ala mbok Berek Kalasan yang empuk , umami bagero bener, juga kremes- kremesnya.
Saya pesan lagi semur lidah satu porsi jumbo. Ini istimewa banget, empuk lembut dan bumbunya , pasti bikin anda merem melek kalau merasakannya.
Tiga dos besar plus satu dos lagi nasi hangat yang masih mentul-mentul saya bawa pulang.

Dirumah, saya lihat suami lagi membaca Koran, ada eyang yang sedang mainan dengan anak saya dan pembantu, … kayaknya semua tenang-tenang saja.
Saya langsung kekamar makan,… waduh ternyata meja makan sudah penuh dan saya lihat makanannya persis sama seperti yang sedang saya bawa.

Rupanya suami punya pikiran yang sama mau bikin surprise dengan makanan kesukaan keluarga kami atas gaji pertama saya. Kami samasekali tidak janjian, bahkan terkesan diam-diam.
Belum selesai ketawa-ketiwi geli, kakak saya nyelonong masuk dan juga membawa masakan persis sama seperti yang sudah ada.

Jadi meja makan saya rame banget dengan masakan yang sama dan sejenis,…eh, eh, eh dasar keluarga doyan makan semua.
Tapi saya senang, karena kami ternyata klop seiya sehati , sampai soal nyam nyam pun nyambung. Itu pengalaman saya waktu terima gaji pertama, unik.

Caprib ( Catatan Pribadi ) :

Mengeluh tentang penderitaan yang lampau, adalah cara yang pasti untuk mendatangkan penderitaan satu lagi.

( William Shakespeare ).

Sabtu, 10 September 2011

Jodoh- on- line , Mengapa tidak ?


Bisa menemukan belahan jiwa yang klop rasanya memang gampang2 susah.
Bisa kapan saja, dimana saja tak terduga.

Didalam kehidupan modern yang semakin kompleks, masalah ini menjadi suatu problem masyarakat yang hangat karena perubahan norma dan pola hidup.
Seringkali hal ini membawa pula pengaruh pada perubahan sikap manusia yang kemudian dirasa, dipandang dan dilakukan sesuai dengan jamannya.

Dalam dua dasa warsa terakhir ini saja, mencari jodoh lewat media , sudah merupakan hal yang biasa , lumrah dan umum dilakukan bagi orang2 yang membutuhkan.
Untuk mencapai sesuatu, orang memang diharuskan berusaha, Apa salahnya dalam mencari pendamping hidup kita cari dibiro jodoh , jika dirasa belahan jiwa itu belum datang juga. Mungkin layaknya seperti jemput bola ( ups )

Pengalaman saya sebagai pengasuh ruang jodoh dimedia membuktikan bahwa mencari jodoh lewat koran atau majalah bukanlah merupakan hal yang jelek.
Anggota Kontak Jodoh, rata2 lajang, berpendidikan cukup, sudah bekerja atau sedang merintis suatu usaha, umur sekitar 30 tahunan.
Kebanyakan berasal dari keluarga yang masih memegang teguh adat tradisional.
Ayah terlalu kolot dan ibu yang kelewat selektif.
60 % terdiri dari wanita, kebanyakan dari golongan Tionghoa.

Menyimpulkan dari pengalaman saya selama ini, ternyata keadaan lambat jodoh umumnya bukan disebabkan pribadi dan phisik yang kurang menarik, namun kebanyakan disebabkan oleh fihak2 sekelilingnya atau kerabat dekatnya.

Juga beberapa diantara mereka terlalu takut ( hati-hati ? ) menghadapi hari depannya, sehingga amat njlimet ( Jw : terperinci, semua dipikirkan ) dalam mempersiapkan diri, sehingga lupa mempersiapkan pasangan hidup, perkawinan, yang sebetulnya juga merupakan separuh porsi dari masa depannya , merupakann hal yang penting, amat berperan besar untuk kehidupan seseorang selanjutnya.

Itu dijaman tahun 80-an sampai menjelang tahun 2000, keadaan masih jadul.
Karena keterbatasan halaman, saya hanya bisa memuat 15 – 20 data anggota perminggu, padahal surat yang datang berkisar antara 30 – 50 buah perhari., bahkan pernah sehari itu saya terima surat sampai 131 buah.
Prosedur yang saya tempuh sederhana saja, saya hanya mencantumkan data yang saya terima, dan meneruskan surat2 perkenalan yang masuk dengan sedikit saran dan cara2 untuk mempererat suatu perkenalan.

Tidak jarang saya menerima surat dari para orangtua peserta, sampai datang kekantor, minta tolong untuk dicarikan jodoh bagi anaknya.
Pernah karena banyak permintaan kami dan Lioness Srikandi mengadakan symposium tentang Perjodohan & Pasangan Hidup Masa Kini .


Sekarang dijaman online, dimana computer sudah tersebar sampai pelosok, saya kadang masih bermimpi untuk membuka semacam biro jodoh yang saya pastikan peminatnya buanyaak sekali.
Saya lihat memang sudah banyak kontak2 Jodoh yang tersebar, tapi masih lebih banyak lagi yang membutuhkan.

Bagaimana jika Ereez Kompasiana membuka semacam ajang untuk mencari jodoh bagi peminatnya , sepertinya lebih aman dengan adanya verfikasi , kemudahan di computer pasti sering disalah gunakan oleh pribadi2 yang nakal atau iseng.

Bagi yang lajang pasti bisa buat sarana untuk cari kenalan baru, bagi yang setengah baya bisa berbagi pengalamannya selama itu dan bagi yang sepuh, seperti saya, bisa juga untuk ajang mencari calon menantu.
Pasti menyenangkan dan asyik, karena setidaknya kami semua sudah punya benang merah yaitu diarena Freez Kompasiana., bisa cepat nyambung.
Bagaimana Freez, ayo sebaiknya dipertimbangkan.
Saya juga mengharap komentar anda semua.



Caprib ( Catatan Pribadi ) :
Bahkan Lampu Alladinpun tidak akan mengeluarkan jin dengan sendirinya, Alladin harus menemukan dan menggosoknya terlebih dahulu
( Alex Osborn )