Selasa, 29 Mei 2012

Pe-ra-wan yang As-Pal


Bunga-bunga cinta. Gambar:nuansasurga.wordpress.com
Nia, salah seorang kenalan saya dari kalangan “ high –class “ , menelepon :
“ Kau tahu , si Aan lagi operasi ? “ ,  terdengar dia terkikik..
“ Hah , sakit apa dia ? “ , kaget juga saya, karena  belum pernah dengar  si  Aan  sakit serius , mengeluh saja rasanya nggak pernah.
Kok tiba-tiba dengar dia dioperasi.
“ Ssst,…operasi …hahaha    , Nia terdengar ketawanya makin kegenitan.
“ Eh , kau sinting ya ? , ada teman operasi kok malah kesenangan ? “ , saya makin heran.
Dengan suara basak-bisik campur geli, Nia bercerita bahwa Aan operasi untuk bisa menjadi   “ dara “  alias  perawan lagi.

Tentu  saja saya  jadi terbelalak dan heran bukan main.
Menurut Nia , suami Aan , pak Martief  kabarnya lagi “ ada main”  dengan seorang dara yang masih berbau kencur , amat muda.
Dan untuk menandingi si-dara itu , Aan berbuat gila2-an seperti itu.
Memikirkan ada seorang sobat yang kebingungan seperti itu , saya jadi sedih juga.

Dan  sebelum saya sempat  kerumahnya, Aan sudah  menelepon.
Ceritanya tak jauh berbeda dengan ceritanya ke Nia.
“ Aku pengin ngobrol nih , tapi jangan dirumahmu , aku segan sama  ibu mertuamu “.
“ Emangnya kita mau selingkuh , kok pakek sungkan  segala  ? “ saya goda dia.
Sayapun  sepakat kerumahnya , agar  kita  lebih bebas saja ngobrolnya.

Suatu sore saya datang kerumahnya, dan lebih-lebih lagi saya keheranan.
Aan saya lihat banyak perubahan.
Bukan wajahnya, tetapi penampilan , juga perangainya.
Lagaknya layak kalau dia baru berumur tujuh-belasan-tahun  , jika orang belum dekat mengenalnya dan mengamati wajahnya.

“ Beginilah, seharusnya jika seseorang punya suami mata-keranjang kayak suamiku.
Harus punya banyak akal dan tidak boleh ketinggalan jaman ! “ , dia berkata centil , menjelaskan secara meyakinkan.
“ Tetapi apakah kita harus selalu berlagak seperti anak belasan tahun , padahal umur kita kan hampir limapuluhan ? “ , saya bertanya .
“ Soalnya Martief selalu berhubungan dengan wanita2 yang masih muda, perawan yang masih kinyis. Dan aku pasti tak mau kalah dengan mereka.
Juga dengan Martief , apa yang dia buat , aku juga bisa, kenapa tidak ?.
Wanita tidak boleh kalah dong dengan laki-laki , enak saja ! “
Saya perhatikan dia , menata hidangan dan menawarkan aneka minuman di meja tamu yang dilayani dua pembantunya.

 Perkataan  “ tidak mau kalah “ seolah terngiang dan mengusik  ditelinga.
Rupanya Aan memang tidak mau pernah kalah dengan  pak Martief suaminya sendiri.
Pernikahan itu rupanya bagi Aan seperti ajang peperangan , jadi harus ada kalah dan ada yang menang. Aneh dia .

“ Emangnya waktu kamu nikah dulu, kamu niat cari musuh ya , bukan cari rekan untuk kerjasama berbagi suka duka dalam mencapai cita-cita keluargamu  ? “ ,   saya bertanya.
Kami saling berpandangan , kemudian dia mengiris kue lapis keju  dan mengambilkan piring kecil , menyodorkan pada saya dan mendekatkan  tempat  tissue.

Saya pandangi dia , terlihat dia menerawang., seolah berpikir.
Strategi perkawinan yang mengutamakan kebahagiaan bersama , rupanya dirubahnya menjadi strategi peperangan.
Peperangan yang mengutamakan kemenangan satu fihak dan mengalahkan fihak lain, tidak peduli apa yang terjadi.
Saya lalu berpikir, kalau toh dia menang  ( saya  sebetulnya kurang mengerti dengan versi kalah dan menangnya dia ), lalu mau apa dia dan apa gunanya  ?

Seharusnya perkawinan selalu didasari atas saling mengerti dan memahami , saling menasihati dan memperingatkan antara kedua insan yang membentuk rumahtangga itu, demi kebahagiaan bersama sekeluarga.

Tidak lagi saling memandang satu dengan yang lain, kalau terus saling pandang , jangan2 malah saling selidik untuk mencari kekurangan atau kesalahan masing2.
Tetapi seharusnya kita harus memandang kesatu titik yang dituju bersama untuk mencapainya .

“ Tetapi dia selalu  berkhianat ,  dengan anak2 belia pula , siapa nggak sakit hati ? , herannya anak2 muda itu kok ya mau aja dengan dia  , dasar buaya darat ! “  dia menghela nafas.
“ Itu kamu sudah tahu dari dulu kan ? “  , saya ingatkan dia.
“ Suamimu bukan dewa atau malaikat , dia manusia biasa saja, bisa salah, khilaf, sengaja atau tidak, pasti banyak punya kekurangan dan keterbatasan, lebih2 pak Martief  yang suka iseng sana-sini. Heran kamu  ? , baru sadar ? “ , saya bertanya heran.

“ Aku pengin balas dia, supaya ngerti sakitnya hati dikhianati  ! “ dia meremas tissue.
“Balas dendam tidak pernah bisa menyelesaikan masalah , malah dia terus bergulir, saling balas  lagi, terus menerus kan ? “ , saya kok tiba2 ingat jika melihat film silat , shao Lin, dimana setiap suhu atau biksu melarang adanya balas dendam.

“ Tapi apa aku salah melakukan semua  ini  ? , “ , dia seolah mempertontonkan penampilannya.
“ Tidak juga, apapun upayamu, bila itu bisa menunjang rasa percaya dirimu, kurasa baik2 saja “ ,  saya mengambil beberapa snack lagi , dan dilayaninya dengan menambah lagi.
“ Asal itu bukan lagi jadi ajang/sarana untuk pelampiasan balas dendam saja “ , saya pandangi  dia lagi, dia termenung , matanya berkedip-kedip.
Jika telah terjalin rasa saling pengertian, memandang dititik yang sama , tentu akan timbul kebersamaan dan  tekad bersama untuk mencapai tujuan itu.
Segala aral pasti bisa diatasi, dan dengan sendirinya segala macam “ topeng “ bisa ditanggalkan.
Tidak perlu berlagak  gaya aneh2 , berlagak sok muda dan dikagumi banyak orang , sampai melakukan perubahan phisik yang mengherankan.

Jika semua berjalan wajar dan sederhana bahagia , hati ini menjadi tenteram.
Dan kita semua tahu, bahwa ketenteraman merupakan jamu yang paling ampuh untuk seseorang , bisa bikin awet muda, baik  jasmani  maupun rohani.
Tidak usah melakukan segala  rekayasa  “ memper-sempurnakan “  bagian2 tubuh kita.
Kecantikan dan keindahan itu bakal keluar  sendiri , dari hati nurani yang tulus murni.
Dan itu adalah kecantikan dan keindahan dari dalam, suatu inner beauty yang mumpuni yang selalu bersinar sepanjang kehidupan.
Percayalah !.


 Caprib  ( Catatan  Pribadi ) :
Kesederhanaan menciptakan dan memupuk kebahagiaan serta menambah kegembiraan yang timbul daripadanya.
Sebaliknya, barangsiapa yang melampaui batas-batas kesederhanaan, baginya barang yang menyenangkan/dahsyat sekalipun , akan tetap menjadi sesuatu yang menyedihkan.
                                                           ( Demokritos ).



Minggu, 27 Mei 2012

IBUNDA dan IBU MERTUA , SAHABAT saya


Persahabatan ibu mertua dan menantunya. Gambar:okezone.com
Persahabatan  saya dengan ibunda , pasti tidak mengherankan setiap orang.
Saya putrid tunggal beliau dan bunda saya mempunyai pribadi yang amat  baik.
Disamping sabar luar biasa, beliau juga mempunyai sence of humor yang tinggi.
Kadang kami bisa saling mengerti , dan bisa saling melihat sesuatu dari sisi kelucuannya.
Indahnya masa kecil yang menyenangkan.

Tetapi teman2 saya tidak habis mengerti dan keheranan, kok bisanya saya juga  hidup rukun dengan ibu mertua saya.
Padahal menurut mereka, bentrok dengan ibu mertua itu malah sudah lumrah , sudah agenda rutin  harian mereka.
Ada saja masalah yang bikin mereka saling silang dengan ibu mertuanya.

Bahkan ada yang tanya , saya punya ilmu atau ajian apa , atau mungkin kiat khusus agar bisa  “ damai “ dengan ibu mertua.
Perasaan, saya tidak pernah  “ menerapkan ajian “ atau jampi2  khusus  (…ada2 saja ,…xixixi ), kepada ibu mertua , juga tidak ada trik2 tertentu.
Swear lho , biasa2 saja kok , lagipula saya kan  orangnya sedikit jail dan suka bergurau.

Saya dengan ibu mertua itu serumah.
Bukan berarti beliau tidak punya pilihan , beliau masih mempunyai rumah pribadi., yang cukup luas disebuah kota kecil.
Juga kakak perempuan suami , putrid beliau mempunyai kehidupan yang lebih dari cukup , dan selalu mengharapkan beliau bersedia serumah dengan kakak.
Tetapi beliau memilih tinggal dengan kami , dan saya  pasti senang sekali.

Profile beliau, seorang priyayi sepuh yang sabar dan amat menyayangi kedua putra/i-nya.
Tetapi terkesan beliau lebih sayang pada putranya, suami saya.
Seperti priyayi sepuh jaman dahulu, beliau masih cekatan, rajin, tetap santun.
Kadang cerewet , tetapi saya dan suami  malah  suka menggoda beliau.
Kan  saya dengan suami, sebetulnya merupakan dua anak manja, yang  amat disayang oleh orangtua kami…..ah, kenangan indah.

Saya dengan suami sama2 bekerja, sehingga punya beberapa kekurangan dan keterbatasan waktu untuk mengurus dan selalu memperhatikan keadaan rumah.
Jadi saya malah berpikir, bersyukur , amat terbantu dengan adanya beliau dirumah .
Jadi ada yang  selalu  mengawasi segala seluk beluknya , dan pasti amat bisa dipercaya dan diandalkan.
Kalau kita sudah jadi keluarga, jadi ya harus bersatulah, saling bantu dan saling percaya.
Itu semua saya dapatkan pada beliau.

Apalagi waktu itu saya mempunyai anak kecil yang harus diawasi secara  extra.
Ada  dua orang pembantu , pilihan beliau sendiri , yang selalu membantu beliau.
Kadang malah ada adik beliau dari luar kota , yang selalu datang menemani beliau , yang berlama-lama ditempat kami untuk bernostalgia dan menemani beliau.

Dan seperti priyayi2 sepuh yang lain , beliau juga hobi memasak.
Untungnya saya bukan orang yang perfeksionis, saya senang saja masakan beliau.
Kalau saya suka dengan masakan beliau , saya puji masakan beliau, tetapi kalau nggak sesuai ya , pilih makan saja diluar.

Ceritanya sih pernah terjadi, waktu itu adik beliau datang dan membawa makanan favorit keluarga beliau , yaitu brengkesan larva tawon , yang konon uenak banget.
Mendengar itu langsung bulu romaku  (  bener nich )  berdiri semua.
Bayangan saya, waktu makan itu ada , pasti ada ribuan tawon yang ikut masuk dan tertelan dimulut. …. hiiii.
Sayapun minta maaf , juga pada suami ,  enggak bisa deh saya makan bersama mereka.
Sepulang kerja , sayapun mengajak anak saya , kok kebetulan anak saya juga tidak suka makanan itu, kesebuah super market dan makan disana.
Malamnya, sebelum tidur ,  diranjang  ,saya kok jadinya melihat suami jadi tawon yang
buesar,…saya bergidik , kita bergurau dan saling ejek lucu ,  eh , ternyata diapun bener lho jadi tawon , yang siap ,…menyengat ,….ups, sensor .. ah …hehehe.

Oh, apa ya ceritanya tadi , sampai lupa saya , gara2 tawon.
Ya, beliau , ibu mertua saya itu memang hobi masak, ini berhubungan dengan pengalaman  beliau dulu .
Beliau adalah salahsatu rekan dekat  dari Ibu Dar Mortir , pejuang wanita di Pertempuran Soroboyo yang heroic itu.
Beliau bertugas di dapur umum , yang mensuplai makanan untuk pejuang  arek2 Suroboyo , yang berjuang habis2-an dimedan laga.
Saya suka mendengar  kisah beliau dijaman muda waktu aktif didapur umum itu..
Senang sekali melihat beliau yang masih berkobar semangatnya mengingat jaman pertempuran itu.
Saya dan anak , kadang dengan suami suka tidur2-an, menemani beliau ditempat  tidurnya yang wangi bau melati.

Kami sekeluarga juga punya hobi memancing dilaut.
Jika beliau ingin ikut , kita cukup di dermaga/kade saja, tidak berani naik kapal, kawatir beliau agak pusing kena angin dan ombak.
Sudah disiapkannya sambel bajak atau kecap dan lombok rawit iris., serta nasi hangat .
Jika dapat ikan yang enak , kerapu atau kakap , lobster/bandeng  laut yang gemuk , kadang cumi , dimasak/goreng langsung disana dan ramai2 makan dikade.
Saat indah yang tak terlupakan.

Waktu suami dipindah tugaskan di Palembang , beliaupun tetap berkenan ikut.
Saya dan suami harus pontang-panting, mengatur waktu dan jadwal yang kadang bertabrakan.
Saya bekerja di Surabaya , dan sepertinya menjadi tugas beliau untuk tetap mengawasi putra  kesayangannya , jika saya ada di Surabaya.
Banyak kesulitan , halangan dan kesukaran di kehidupan  kami  ?
Pasti banyak, tetapi dengan kerjasama yang baik, kami berusaha untuk tetap tegar menghadapinya., sebagai suatu keluarga , yang ingin meraih kebahagiaan.
Meskipun kami toh tetap manusia biasa, yang pasti banyak mempunyai kekurangan dan keterbatasan tertentu , menghadapi aral yang melintang.


Aduh , tiba-tiba tulisan saya ini terasa bergetar  dan  jadi tersendat.
Ternyata saya harus menerima kenyataan , bahwa orang2 tersayang didekat saya.
Ayah dan ibunda tercinta, ibu mertua dan juga suami saya semua sudah meninggalkan saya , satu persatu.
Pasti  ada luka  dihati ini dengan kepergian orang2 tersayang dan menyayangi kita.

Kadang jika hati ini sedang merintih  serta  merindu , dan mengenang orang2 tersayang.
Rasanya saya terhenyak, dan seolah terhempas didimensi yang tidak saya mengerti.
Dan luka didada ini seolah terkoyak lagi , bak sembilu yang menyayat.
Dan akan kembali berdarah-darah , hingga terasa ada yang runtuh didada,  pedih sekali.
Saya harus tertunduk dan pasrah.

Tetapi never mind, saya harus tetap berani menatap kedepan bersama anak saya tersayang , seorang pria muda ganteng yang baik hati.
Yang sepertinya   dia juga bisa bersahabat dengan saya , mendampingi saya yang sudah sepuh , uzur  dan mulai rapuh  ini .
Ya ,  untuk  menggantikan beliau2 yang sudah meninggalkan saya., terlebih dahulu.
Bagaimanapun  saya juga masih  merasa bersyukur , karena sudah pernah diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan yang apik dan manis seperti  itu  bertahun yang lalu.


Caprib :
Hal-hal terbaik dan terindah didunia , tak dapat dilihat dan disentuh
Mereka hanya bisa dirasakan dengan hati.
                                               ( Helen Keller )




Jumat, 25 Mei 2012

C-I-N-T-A S-U-C-I Ternyata G-O-M-B-A-L


Romeo & Juliet : Cinta sejati ?. Gambar:popstar.com
Hampir  jam 24.00 malam, saya sudah diranjang dan sedang baca buku.

Telpon saya berdering , agak  “deg” juga jika terima telpon malam2 begini .

Beberapa kali saya terima telpon malam , pasti mengabarkan kesusahan , ada famili yang meninggal.

Rupanya dari mas Anwar , salah seorang kenalan saya .

Herannya kok mencari isterinya.  Lho  ?.      



Sekalipun mbak Yatie, isteri mas Anwar kenal baik dengan saya , dan kami memang sering  ngobrol  “ ngalor-ngidul ‘ , tetapi pasti tidak sampai selarut ini.

Menurut mas Anwar , mbak Yatie  sudah sejak pagi pergi dari rumah dan tidak memberi tahu kemana.



Saya sebetulnya sih kepingin tahu, ada apa  sebenarnya.

Tetapi urung, karena rasanya terlalu mencampuri urusan  rumah tangga orang lain.

Hanya sekilas mas Anwar bercerita, bahwa memang ada salah faham sedikit dengan mbak Yatie.

Dan salah faham apa , saya juga tidak tanya.



Saya sudah hampir  lupa dengan  telpon malam itu  , jika tidak tiba-tiba mbak Yatie sudah didepan hidung saya pagi ini.

Wajahnya yang molek itu kelihatan sedih, sekalipun toh dipaksakan tersenyum.

Sayapun bercerita jika beberapa hari yang lalu, suaminya menelpon dan menanyakan dirinya.

Dia hanya tersenyum sedih , matanya yang sayu itu berkaca-kaca.



“ Ah, … aku  rasanya dikhianati Anwar ! “. , dia tersendat.

Saya pandangi dia, karena tidak biasanya dia menyebut suaminya hanya  …Anwar  thok .

Biasanya dia memanggil suaminya dengan  … maass , disertai suara  mesra dan lembut .

  Kami kan sudah menikah hampir  duapuluh tiga  tahun , Anwar  selalu baik dan setia.

Eh , enggak tahunya , kemarin dulu itu dia pergi. Sewaktu saya tanya kok jawabnya ngelantur , tentu saja aku  naik pitam

Entah mengapa , aku  kok punya firasat bahwa malam itu dia nyeleweng “ mbak Yatie berkata pasti , matanya yang indah itu menerawang.



“ Perginya sih nggak lama , dari jam 7.00 sampai jam 11.00 malamlah, Tetapi waktu dia pulang , aku makin yakin jika dia nyeleweng, pakai bawa oleh-oleh segala.

Aku makin panas dan malamnya kami bertengkar. Paginya aku makin tidak tahan , semalam aku nggak bisa tidur, dan pulang kerumah orangtuaku “ , katanya berkedip-kedip sayu, seolah tidak habis mengerti .



 “ Rupanya cinta suci , cinta sejati itu tidak ada didunia ini ya ? “ , dia menghela nafas.

“Cerita tentang cinta suci, cinta sejati, cinta abadi itu cuma gombal saja  “, dia tersenyum.

“ Cinta gombal kayak Romeo & Juliet atau Roro Mendut & Pronocitro , rupanya cuma nonsense saja “ , dia seolah bicara pada dirinya sendiri.



“ Iya,..soalnya dalam cerita itu, mereka belum pernah berumahtangga.  Artinya belum sampai ke jenjang pernikahan, dan menghadapi tantangan hidup yang sebenarnya  “ , jawab saya berseloroh.

Saya ingat cerita Pangeran Charles dengan Diana Spencer , yang berakhir menyedihkan.



  Andai  cerita mereka diteruskan,  misalnya Romeo jadi menikah dengan Juliet atau Roro Mendut menikah dengan Pronocitro, punya anak dan menjalani hidup kayak kita-kita ini. Aku rasa merekapun pernah bentrok, berantem !  , --tidak bakalan mulus terus2-an “.  dia menatap saya , mungkin sedikit geli juga.

Karena lucu  juga membayangkan Romeo berantem dengan Juliet atau Roro Mendut bertengkar  dan bentrok dengan Pronocitro.



“ Mungkin juga, rupanya tantangan hidup ini amat berat ya ? , sehingga bisa memudarkan cinta sejati “ seolah dia memastikan pada dirinya sendiri..

“ Rupanya cinta sejati itu cuma emosi sesaat saja, waktu kita belum nikah. Setelah itu, jika ingin kekal dan bahagia abadi, harus disertai pengertian dan tanggung jawab yang besar “ , saya berfalsafah.



“ Pernikahan itu seperti juga persahabatan, kita harus bisa menerima apa adanya.

Pasangan kita ataupun sahabat kita, disitulah seninya .

Ya  , tidak ada yang ideal 100 % - Too much of the good is no good , kan ?

Dan manusia sering terpeleset oleh kerikil2 kecil ,bukan batu yang segede gunung.”.



“ Tetapi rasanya sakit juga jika ada penyelewengan , padahal kita setia lho. “ , dia seolah berfikir.

“ Mungkin  ada rasa kebosanan selama kita berumahtangga, kan terus bertemu. Juga `kale rutinitas dan monoton terus2-an amat  membosankan dan punya banyak pengaruhnya dalam  tindakan kita seharian .

Tapi gimana ya , kadang  untuk membuat suasana bervariasi dan selalu menggairahkan , rasanya kita malas dan kehabisan ide juga. “ , dia memandang saya., seolah bertanya . “….mmm ,... mungkin  cuma  pengarang saja, yang tidak pernah kehabisan ide ya ? “ , dia coba  menebak – nebak , dan memandang saya.

 Saya tersenyum  , …iya , saya lalu mau bilang apa lagi .         




Caprib  ( Catatan Pribadi  ) :

 Perbedaan lapangan pekerjaan, perbedaan pandangan hidup, perbedaan dalam prinsip, janganlah meretakkan persahabatan.

Justru karena adanya perbedaan, kita dapat saling mengisi dan saling tukar pengalaman, sehingga saling menguntungkan satu dengan yang lain.

                                                       ( Anonymous ).

Kamis, 24 Mei 2012

Haaa , ….. Puber Ketiga ?

Sedang puber ketiga ?. Gambar:happynews.com
Lebih saya perhatikan dikaca spion , sepertinya mobil belakang memberi tanda dengan lampunya.
Rupanya mobil Rieke , salah seorang sahabat saya.
Saya agak minggir , mobil itu menyalip dan wanita dibelakang setir memberi tanda saya untuk berhenti dan mepet dipinggir jalan.
Rieke , dia seorang dokter yang bertugas disalah satu Puskesmas dipinggir kota , saya lihat turun dengan tergesa.
“ Banter banget sih nyetirnya , aku ngejar sejak dari perempatan itu,….aduh, gawat nih mbak ! “ dia langsung cerita ketika dekat.

Sepintas dia cerita tentang ayahnya , yang baru saja pensiun dan sekarang sedang ber
“ intim-ria “ dengan seorang wanita muda yang pantas jadi cucunya.
Wah , tetapi karena saya tergesa ada tugas , terburu-buru , jadi saya berjanji akan datang kerumahnya selesai semua pekerjaan saya.

Sambil nyetir, saya ingat-ingat ayah Rieke .
Pak Rekso , ayah Rieke adalah pria sepuh yang berumur enampuluhan tahun lebih.
Bekas pejabat suatu instansi dikota ini , dan sekarang sudah pensiun.
Punya beberapa usaha, tapi saya kurang tahu dibidang apa.
Orangnya gagah dan tampak awet muda diusianya yang sepuh itu.
Ditambah dengan keadaannya yang serba ada, membuat beliau makin punya “ daya magnit “ , daya tarik juga.

Ibu Rekso, ibunya Rieke adalah profil seorang wanita yang serba sederhana dan baik.
Lembut , santun, ramah , nurut , selalu percaya dan ah, pokoknya terlalu baik hatinya.
Hanya sayang , penampilan beliau kurang chic , kurang rapi dan anggun untuk seorang
“ lady “ yang serba kecukupan dan matang mantap seperti beliau.

Siang itu saya langsung keumah Rieke, dia sudah menunggu dengan segala penganan dan kudapan yang digelar di meja makannya.
Kita langsung menuju meja makan dan sambil mencicipi segala yang digelar , dia buka isi hatinya yang mendesak.
Ceritanya, suatu malam, Rieke dan suaminya akan makan disuatu resto yang sedikit diluar kota.
Ketika akan masuk, tampak ayahnya dan seorang wanita muda memasuki mobil dan keluar dari resto itu.

Karena penasaran , paginya dia menanyai sopir ayahnya dan memang terbukti ayahnya memang sedang berakrab-ria dengan seorang wanita muda, karyawati ayahnnya yang baru berumur 24 tahun, jauh lebih muda dari Rieke sendiri.
Dan macam seorang detective, yang dapat job, dia terus me-mata2-i ayahnya.

Melacak identitas si wanita, dari status, pekerjaan, domisili dan lain sebagainya.
Komplit , sampai gaji wanita itu dia tahu, diapun mengerti jika suami wanita itu sedang non-job alias nganggur.

Untuk melapor pada ibunya dia tidak berani, resikonya terlalu berat, dia bingung.
Dia kemudian mendatangi wanita itu dan mendampratnya habis2-an.
Dan pagi tadi, sang ayah datang kerumahnya , dia ganti didamprat oleh ayahnya, sebagai anak yang tak tahu diuntung.
Selalu mau campur urusan orangtua, tidak mengerti persoalan dan sebagainya dan banyak lagi yang lain.
Rieke bercerita sambil bertopang dagu, matanya berkedip-kedip, berpikir.

“ Ehem,…kira2 bagaimana gambaran orangnya ? “ , saya sebetulnya ingin bertanya, bagaimana jika dibanding dengan ibunya.
“ Ah, sebetulnya memalukan, bukan bandingan bapak atau ibu. Yah karena itulah jadi sulit untuk diajak diskusi atau omong. Tetapi karena masih muda , cukup cantiklah , tetapi yang jelas dia itu SEN –DU “ Rieke tertawa.
Sen-Du adalah istilah untuk SEN-ang DU- it , menurut istilah kami.

Rieke kemudian mengajak saya untuk kerumah ibunya, menceritarakan terus terang.
Saya sebetulnya ngeri juga, jika sampai terjadi apa2.
Lagi pula saya segan , karena pak Rekso itu teman ayah saya.
Rieke sebetulnya takut juga kalau sampai terjadi apa-apa dengan ibunya.
“ Kamu kan yang dokter , kalau ada apa-apa “ , saya beralasan.
“ Tapi kamu lebih pinter ngambil hati orang tua kayak ibuku,….bla bla bla “ , diapun terus mendesak , me-minta , memohon , sampai saya luluh.
“ Bawa tas doktermu kalau nanti ada apa-apa “ , saya berpesan.
“ Oke … boss “ , dia mengangkat jempolnya.

Suatu sore , saya dan Rieke datang kerumah keluarga Rekso , belum saya tanya , dia sudah menunjuk tas dokternya.
Saat memasuki rumah yang besar itu , saya lihat bu Rekso sedang asyik dengan kebun anggrek disamping rumahnya yang indah dan asri.

Bu Rekso menyambut Rieke dengan ciuman yang hangat dan kemudian memeluk dan mencium saya.
Terus terang saya deg-degan dan groggy , agak salah tingkah juga.
Berbasa basi sekedarnya , dan sebelum bercerita, bu Relso sudah berkata.

“Oh , iya, tadi bapak sudah cerita semua, dan beliau janji akan menyelesaikan semua dengan baik ! “ bu Rekso tersenyum.
“ Ibu sebetulnya malah kasihan dengan bapakmu. Saat ini dia memang sebetulnya sedang membutuhkan suatu pengertian yang dalam. Post-power-syndrome sedang melandanya , ini puber paling bontot,paling akhir, puber ketiga, habis2-an.
Sudah tidak ada artinya lagi bagi seorang isteri, malah ibu jadi kasihan dengan bapakmu.
Jiwanya kurang yakin dengan dirinya “ , bu Rekso menerawang jauh.
Post –power –syndrome , adalah suatu masa yang bisa menimpa bapak-bapak pejabat yang mulai kehilangan kekuasaannya , missal jika pensiun sudah tiba.
Bu Rekso memeluk kami berdua : “ Sudahlah , ayo kita masuk. Ibu tadi bikin pastel panggang yang khusus, enak deh. Ibu percaya, ayahmu akan menyelesaikan semua dengan baik “ , beliau berkata dengan pasti.
Rieke dan saya berpandangan kemudian tersenyum.

Selasa, 22 Mei 2012

MBOK MAH , Pembantunya Ibu yang Latah.


Dahulu , Ibu saya mempunyai pembantu , perempuan tua, tetapi masih gesit.
Dia bekas koki Belanda, yang masih amat suka memasak masakan-masakan Belanda tempo doeloe.
Amat rajin , necis , dengan seragam baju putih lengan pendek dan kain/jarit batik.
Amat senang sekali menunjukkan kepiawaiannya masak , terlebih Ibu suka melengkapi segala kebutuhan bahan masakan yang dibutuhkan.
Yang amat istimewa, dia latah berat, dan namanya , kita biasa memanggilnya mbok Mah.
Ketika saya tanya apa sedari kecil dia sudah latah seperti itu.

Dia bercerita, bahwa waktu masih kecil , dia biasa2 saja , normal.
Tetapi suatu malam dia mimpi , bahwa disekitarnya banyak bergelantungan ,…maaf banyak kemaluan/kelamin  laki-laki , yang kemudian berputar-putar mengelilingi dia.
Dia takut setengah mati , sampai menjerit-jerit – mengigau ( Jw : tindihen ) , dan sampai dibangunkan orang tuanya.
Katanya dia sampai terengah-engah, dadanya terasa sesak dan setelah diberi minum orang  tuanya dia betul-betul sadar.
Sejak itu dia menjadi latah berat , amat sangat latah.
Sebenarnya banyak yang tidak mau memakai dia, ya  karena perangainya itu .
Tetapi dia merupakan  “ tulang punggung “ keluarganya, jadi Ibu merasa kasihan juga.
Dan entah  kenapa Ibu saya kok suka dia , tetapi beliau wanti-wanti orang2 jangan ada yang berani menggoda dia,….hehe, kecuali Ibu sendiri jika lagi iseng , dan saya sendiri yang memang sok jahil, …..like daughter like mom , tentu saja.

Disamping masakanannya yang memang enak, kelatahannya sering jadi guyonan.
Banyak sobat , famili dan kenalan keluarga kami , sering menggoda iseng dia , jika ingin hiburan gratis murah  yang konyol.
Kalau membawa apa2, disuruh mbanting atau buang , langsung saja dibuang.
Sering kita goda :  “ Ayo , cincing,..cincing  ( tarik kainnya keatas ), …diapun langsung menarik kainnya tinggi-tinggi dengan melenggang lenggok.
Tetapi sejenak ingat, dia pasti lari malu terbirit –birit  dan  kita masih tergelak-gelak dan terkekeh-kekeh.
Saya perhatikan, gerak reflexnya amat cepat, dia akan menirukan setiap gerakan yang mungkin merangsang syarafnya  , terlebih yang dirasa  agak ekstrem.

Hari itu Ibu datang ke rumah  saya dengan membawa  serta mbok Mah .
Ibu ingin kepiting ngglembosi, sejenis kepiting yang lembek, yang memang enak buangeet.
Mbok Mah saya ajak ke pasar Pucang, salah satu pasar dikota saya, yang cukup lengkap bangsa ikan2-annya.
Lihat2 ikan, tiba-tiba dilorong ikan itu ada pengemis cacad, dekil  kurus compang  camping dan lusuh.
Tangan dan kakinya pengkor/cacad , jalannya terseok-seok., penuh perban lusuh ada kelihatan luka obat merah ,  rambutnya awut2-an ditutupi topi yang kotor.            Mulutnya mencong, memelas , sambil menadahkan tangannya pada setiap orang  :
“ Sakwelase , sakwelase , nyuwun sakwelase  (  serelanya , serelanya , minta serelanya ),
Saya membuka dompet mencari uang receh, tiba-tiba bangak terdengar  tawa ngakak geli dari bakul-bakul disekitar lorong itu.

Saya lihat , ternyata si latah ikut bertingkah persis seperti yang dilakukan pengemis itu.
Berjalan terseok , mulut mencong dan sambil menengadahkan tangan pada bakul2 sekitar lorong itu., minta-minta.
 Herannya , sayapun lihat sipengemis  asli ikut  tertawa sampai terpingkal-pingkal hingga terduduk dan jadi lupa dengan action yang dijalaninya.
Ternyata pengemis itu masih muda dan tidak cacad samasekali, bahkan sempat menggoda si-mbok sampai beberapa kali.
Sesudah seolah sadar, diapun langsung ngeloyor keluar dari lorong penjualan ikan itu.
Alhasil siang itu, bakul2 pasar Pucang dapat hiburan gratis sampai tertawa terpingkal-pingkal.

Sayapun berpikir , ada-ada saja cara orang cari duit, - abote wong golek sandang pangan.
Beratnya orang cari penghidupan, sampai berlagak seperti pengemis cacad.
Tetapi sekali ini dia  kena batunya, karena ulah si mbok Mah yang latah itu.
Maaf ya, terganggu sedikit  pekerjaan  untuk cari nafkahnya

Senin, 21 Mei 2012

Wanita: Sahabat dan Simpati


Persahabatan. Gambar:kosmo.vivanews.com
  Mas Jadi meninggal   “ , tiba2 suami saya berkata.

Saya kaget , terdiam dan seolah tidak percaya.

Beberapa hari yang lalu, kita masih jalan bareng  bersama , mas Jadi memang punya keluhan jantung , meski kelihatan sehat.

Mas Sujadi adalah suami mbak Tuti , rekan sekantor suami , dan mbak Tuti merupakan sahabat  dekat  saya.

Mbak Tuti sesungguhnya  memang profil seseorang yang menyenangkan.

Sifatnya terbuka, blak2-an , santai , suka humor , tidak  tinggi hati ,  dan akrab.

Karena tugas dan pekerjaan masing2 , maka  hidup suami isteri itu selalu terpisah, tidak sekota. , bahkan lain propinsi.

Tetapi saya lihat kehidupan mereka sekeluarga rasanya baik2 dan akrab.

Keluarga itu amat akrab dengan keluarga saya , sehingga seperti saudara saja.

Sering kami pergi bersama dan beraktifitas bersama pula., jika kebetulan mas Jadi ada.



Hari2 setelah musibah mengejutkan  itu terjadi, saya bingung  merasakan perasaan saya, sedih , kasihan , trenyuh dan tidak mengerti harus bagaimana.

Saya lihat mbak Tuti begitu tabah dan tegar dalam menghadapi segala aral yang melintang dalam hidupnya.

Sejak ditinggal suaminya, mbak Tuti sering mengundang saya untuk menemaninya dirumah dinasnya.

Kompleks rumah dinas itu tidak seberapa jauh dari rumah saya , hanya berjalan kaki saja tidak sampai 15 menit.

Saya bisa sering datang bahkan sampai malam menemaninya , jika dia rasanya sedih         ( nglangut : Jw ) mengingat suaminya.



Tetapi lama kelamaan , betapa tabah hati wanita itu , lama2 saya melihat banyak perubahan yang terjadi dalam perangainya.

Kegairahan dalam hidup amat berkurang , dia kelihatan makin acuh seharian.

Jarang tertawa , seperti kebiasaannya dahulu , jika kita bersenda dan berseloroh.

Dandanannya yang dahulu selalu rapi dan indah , mulai acak.

Sepertinya dia juga sudah  mulai malas  bermake-up

Saya sedih sekali melihat seorang sahabat yang “ patah semangat “ seperti itu.

Putra/i mereka masih  amat membutuhkan  kasih sayang , perhatian dan bimbingannya.



Saya janji kerumahnya , sesudah dia mengabari kalau dia lagi sedih , hari2 berat.

Sesudah makan malam , saya jalan kerumah dinasnya , sepi sekali keadaannya.

Ketika melihat saya datang, disambut dengan hangat , kelihatan dia baru menangis.

Kami bicara sampai malam , diruang tamunya dan terasa amat sepi.

Dahulu, kami berempat , mbak Tuti dan suaminya dan saya dengan suami kadang bertamu dan ngobrol “ gayeng “ diruang itu dengan santai.



“ Kadang kalau kita bilang kita tambah umur, sebetulnya umur kita itu berkurang , kita kehilangan umur kita  “, saya berkata, dia memandang saya .

“ Kehilangan itu tidak saja pada umur, tetapi segalanya dalam kehidupan ini . Pada orang2 terdekat ,  juga dengan sahabat2  dikehidupan kita . “ , dia mengelap air matanya.

“Kita  juga akan selalu kehilangan orang2 yang kita cintai ,  - ayah , ibu  orangtua kita, keluarga yang lain, sahabat kita , rekan sekerja bahkan … juga suami “  dia tertunduk.



Kelihatan dia menyeka matanya sekali lagi , minum air  putih yang tersedia   :

“ Ya  aku mengerti, sepenuhnya mengerti, tetapi aneh., rasanya antara  perasaan ini dan ratio tidak bisa ketemu, tidak bisa sejalan “  dia memandang saya, sedih sekali mimiknya.

Dia menghela nafas panjang , mengelap mukanya .

“ Perhatiannya, pengertian dan simpatinya rasanya sulit aku  hilangkan.

Dia selalu ingin membuat aku bahagia dan senang , meskipun aku tahu itu melelahkan, dan menyita banyak waktunya , dia kan juga punya sakit jantung.

Tapi  dia selalu memberi dorongan dan sugesti padaku untuk tetap tegar ,tabah dan terus bekerja. Rumah inipun dahulu dia yang menata, agar aku kerasan dan gampang menjalankan  tugas dan kehidupan disini. Dan dia selalu baik , juga pada anak-anak . Bagaimana aku bisa lupa ? “ seolah dia bertanya pada dirinya.



“ Tetapi bagaimanapun, kita harus ikhlas menjalaninya , karena begitulah  kehidupan ini.

Ada masa-masa bertemu dan ada juga masa berpisah, itu sudah jalan hidup manusia.

Dan manusia harus tabah bisa menghadapinya …” , saya agak tersendat mengucapkan kata2 itu, rasanya ada yang runtuh dihati ini.

“ Jadi mau tidak mau ,  kita memang  harus rela melepasnya  “ , kami saling berpandangan.

Sejenak kita termenung dan hanyut dalam pikiran masing-masing.

Ketika saya berpamitan, hari  sudah cukup malam, jam sepuluh lebih , kami berangkulan.

Saya memejamkan mata ,….semoga tabah sahabat.





Sabtu, 19 Mei 2012

Drama Satire : SANG – DASTER


Pakai daster dikamar tidur. Gambar:okezone.com
  Heran aku, bagaimana sih maunya wanita itu  ? ,  nanti dikira babu nggak mau  “, dia menggeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti.
“ Habis,…tiap hari tak henti2-nya membersihkan rumah, segalanya diurus . Didapur teruuuus, melayani kehendak seisi rumah . Susahnya , kalau malam hari , masuk kamar tidur ,  terus ngorok . Dipikir aku ini apanya ,….majikannya ?. Haah , apa lagi itu kalau namanya bukan…babu? “ dia tergelak jengkel.
“ Ya,…lalu apa kurangnya ? “, tanyaku heran kurang mengerti.
Pria itu memang selalu aneh-aneh saja.
“ Kau ini, … aku kan tidak cari babu waktu ngawini Mieke , aku kan  cari  is-te-ri” , kata mas Antok tandas.

Mas Antok, sepupuku itu , baru saja bersitegang dengan isterinya , mbak Mieke.
Persoalannya , jika dipandang dari sudut “ orang luar “ , memang rasanya mengada-ada, bahkan barangkali kurang difahami oleh kaum wanita.
Mbak Mieke yang sebetulnya patut diangkat jadi isteri teladan, tetapi  rupanya untuk jaman emansipasi ini sudah tidak  up-to-date  lagi.

Hobbynya memang penuh kewanitaan  ( … tapi jadul  ).
Suka masak, bikin kue , membersihkan seisi rumah dengan segala seginya.
Rumahnya teratur rapi,  bahkan kelewat rapi menurut pendapat saya.
Para pembantunya tidak pernah bertahan lama jika ikut padanya , mungkin terlalu capek, karena pasti ada saja yang harus dikerjakan.
Tidak ada secuilpun kotoran berceceran dirumahnya , ataupun sesuatu yang menceng/melenceng dirumahnya.
Semuanya bersih/kinclong , rapi  dan teratur rapi.

Pernah saya kerumahnya, mbak Mieke sedang  “ melantai “ ( ngepel = membersihkan lantai ) rumahnya, yang kelihatan sudah mengkilat.
Tahu ada saya , dia malah ngomel  ( tentunya tidak pada saya ) :
  Sorry …, sebentar ya , - ini lho tadi , pembantu-pembantu goblok , masak ngepel saja enggak becus ! “ , sambil tetap melanjutkan kerjanya.
Saya jadi salah langkah masuk dalam rumahnya dengan memakai sepatu , meskipun dia melarang untuk mencopotnya.

“ Jika dirumah, aku malah seperti diruang operasi saja “ , mas Antok buka suara lagi.
“ Ruang operasi ? “, tentu saja saya heran.
“ Iya, apa2 selalu diatur , teratur. Bahkan abu rokok yang tercecer sedikit saja, bikin seisi rumah ribut. Rumahku persis seperti ruang operasi,…bersih, rapi, teratur dan…steril. Bau karbol terus ,…nanti dulu … “, dia menyetop saya yang mau tergelak.
“…. ditambah dengan jururawat galak yang ngomel sepanjang hari, dan dengan…. seragamnya yang itu-itu saja , tidak pernah ganti, sang daster , itu-itu saja, … coba, siapa nggak bosan ? “ , saya tidak jadi tertawa.
Saya lalu  teringat , pada waktu ada salah satu tokoh organisasi wanita pusat yang datang kekota saya.
Selain persoalan organisasi, pengarahan beliaupun sampai pada bagaimana seyogyanya sikap seorang isteri yang baik.
Disebutkan agar benda satu itu  ( daster kummel itu ), jangan terus menerus melekat dibadan, menempel terus dibadan dan dibawa kemana-mana, sampai kekamar tidur , atau malah dibawa sampai keluar rumah.

Seorang suami yang beraktifitas diluar rumah , dikantor , dijalan , pasti banyak menjumpai wanita2 yang selalu bersolek , cantik dan wangi.
Sesampai dirumah, , pasti kehilangan seleranya “ segala selera “ , jika setiap waktu, berhari , minggu , melihat “ benda “ itu menempel , melekat dan dibawa kemana-mana oleh isterinya, bahkan sampai kekamar tidur.

Dan kabarnya pria  akan cari –cari  seribu satu alasan untuk menyudutkan wanita jika kebosanan itu sudah mulai melandanya.
Dan biasanya sang isteri baru sadar, jika keadaan sudah terlambat.
Sang suami sudah kadung mulai lirak-lirik dan senyam-senyum pada yang lebih segar.
“ Tapi kau kan harus sportief,, sebaiknya mbak Mieke diber tahu dong  ! “ , saya mengusulkan.
Mas Antok berpikir sejenak , sepertinya jengkel.
“ Dia kan orangnya sensitive , kalau diberi tahu , dia tersinggung dan pasti bertengkar.
Jadi mestinya dia harus bisa mengerti sendiri . Orangnya juga nggak mau kalah, selalu merasa paling benar ! “ , dia berkata seolah menegaskan.
“ Kamu kira dia dukun  , ngerti semua  apa yang kau mau , tanpa kamu bilang ? “ sayapun berkata menegaskan maksud saya.
Dia memandang saya tajam  : “ Pokoknya aku sudah bosan ! ‘ mas Antok berkata tegas.
“ Itu namanya kamu egois ! “ sayapun  berkata tegas.
Serba repot memang jadi wanita ya ?