Sabtu, 01 Februari 2014

Swandari’s Mind : Bunda, Anak Saya Hamil , …


Sumber Gambar: gambardanfoto.com

Pertanyaan  :

Umur saya 46 tahun, suami 50 tahun, punya 3 orang anak, saya ibu rumah tangga dan suami bekerja di perusahaan swasta lumayan besar.
 Anak pertama wanita umur 21 tahun, mahasiswi, kedua juga perempuan umur 17 tahun, SMA kelas akhir dan yang ketiga laki2, masih di SMP.

Keadaan keluarga kami menengah, kami hidup sedang saja,  tetapi cukup  rukun bahagia.
Anak pertama sudah punya pacar, rekan kuliah, yang kedua (L) juga sudah punya pacar dengan mahasiswa semester empat, nama B

Bunda, anak yang kedua sudah berpacaran sejak setahun yang lalu, dan saya senang dengan pemuda itu karena saya pandang baik dan saya juga kenal dengan keluarganya.

Tetapi tiba-tiba saja, saya seperti disambar petir ketika mengetahui kalau L sudah hamil.
Padahal selama ini saya sudah menjaganya dengan baik, juga banyak saya nasihati macam2, demikian juga  dari segi spiritualnya tidak kurang.

Bunda,  saya marah sekali dan bingung sehingga kemudian   jatuh sakit dan diketahui saya kena darah tinggi, sampai masuk rumah sakit selama 4 hari,
 Suami sedih tapi juga bingung dan tidak bisa apa-apa.

Waktu marah itu saya sampai kelepasan ucap untuk menggugurkan saja kandungan itu, tetapi L tidak mau, minta dinikahkan saja. Waktu itu terjadi konflik yang hebat.

 B juga kena damprat ayahnya,  sampai sempat dihajar karena memalukan keluarga, tetapi katanya dia  juga minta  segera di nikahkan saja.

Saya sebetulnya ingin agar anak-anak saya sekolah tinggi bunda, tidak seperti saya yang hanya lulusan SMA saja dan merasa bodoh di pergaulan.
L itu termasuk pandai dan selalu ranking dikelasnya. Dahulunya saya mempunyai harapan yang besar padanya. Apalagi dia termasuk anak yang cantik dan gaul.

Pasti bunda mengerti harapan seorang ibu yang menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya.

Apa yang harus saya perbuat bunda,  keluarga B sepertinya menuduh L yang seolah mendesak untuk segera dinikahi, karena L selalu menuduh  B masih suka goda2 cewek lain.

Apa sebaiknya di gugurkan saja atau di nikahkan ya ? , saya bingung dan malu sekali.
Kalau mikir ini pasti penyakit saya kumat lagi dan selalu pengin marah terus, saya stress sekali, merasa gagal mendidik anak.
 Katanya dia sudah berhenti mens selama duabulan ini.

Kakaknya belum mengetahui  hal ini, atau  mungkin pura-pura tidak tahu.
Tetapi  sepertinya dia belum ingin menikah cepat, kakaknya ini memang lebih tenang dan tidak banyak tingkah seperti adiknya.

Bahkan dia merencanakan  masih ingin bekerja dahulu setelah lulus, dan mempersiapkan segala  sesuatunya dengan pacarnya sebelum menikah.
Saya rasanya  jadi makin  serba salah, karena memang kurang memperhatikan dia sebelumnya.



Swandari’s Mind  :


Ananda, saya ingin mengutip kata bijak yang patut kita renungkan

** Jika Tuhan  hendak mendidik manusia, IA akan mengirimkan kita  kesekolah kesukaran dan ke darurat-an **

Kesukaran dan keadaan darurat itu pasti akan terjadi disetiap keluarga, siapapun dia.
Dan kita harus menerimanya dengan tabah dan hati yang terbuka,  tetap pasrah tetapi terus berusaha.
Ingat ya,  jangan sampai lepas kendali, marah dan mengeluarkan emosi yang meluap.

Karena disamping kemarahan dan perkataan seoraang ibu itu merupakan tuah tersendiri bagi seorang anak,  kita sendiri  juga jadi sakit karenanya.
Emosi yang meledak akan berakibat  fatal dan parah bagi badan seseorang, terbukti nanda jadi sakit.

Ananda yang baik,  kesalahan yang satu jangan lagi ditambah dengan kesalahan yang lain. L dan B sudah melakukan kesalahan, jangan lagi ditambah untuk menggugurkan kandungannya.

Pengguguran kandungan itu sama dengan membunuh, dan yang dibunuh itu adalah calon cucu nanda sendiri., … aduh, ingat itu.
 Karena nyawa dan maut itu hanya milik DIA Yang Maha Kuasa.

 Jadi ini yang sebaiknya dilakukan,  ajaklah rembugan/kata sepakat/musyawarah antara keluarga nanda dengan keluarga B. Tidak usah saling menyalahkan, tetapi dicari jalan yang paling baik untuk penyelesaiannya.

Segala sesuatunya di bincangkan dengan kepala dan hati yang dingin, dicari solusi yang tepat serta  baik untuk keduanya.

Mereka bisa dan harus  menikah  kemudian  belajar bertanggung jawab untuk mengatur kehidupan selanjutnya.
Sudah tentu  mereka masih membutuhkan bantuan dalam segala hal, baik moril ataupun finansiel, itu juga bisa dibicarakan dengan tanpa melukai hati masing-masing pribadi atau keluarga.

Pendidikan bisa diteruskan, mereka harus tetap meneruskan sekolah dan kuliahnya, karena sudah nanggung.
Cita-cita untuk mendidik putra/i sampai kesekolah/kuliah yang tinggi masih amat mungkin, tergantung dari pribadi masing anak, juga dorongan keluarga.

Semua juga demi masa depannya, jadi mereka  harus terus belajar secara formal .
Sekaligus  juga belajar  menjalani kehidupan berumah tangga yang benar.
Dengan contoh dan teladan dari keluarga yang baik, bunda kira semua bisa di jalani dengan apik.

Untuk ananda sendiri, coba bertindak lebih pintar dan bijak. Minta nasihat dokter untuk pola hidup sehat. Jagalah hati dan emosi menjadi lebih stabil dan sabar.

Sepengetahuan saya hipertensi itu suatu silent killer, yang bisa merepotkan hidup nanda bahkan menyengsarakan jika tidak dikelola dengan baik dan benar
Yang pasti , semua itu demi untuk kesejahteraan  dan kebahagiaan nanda sekeluarga juga.
Semoga berhasil dengan penuh kasih sayang.


Swandari’s Mind :
Bercanda dalam pernak-pernik cinta dan berbagi hati dalam warna-warni kehidupan