![]() |
Sumber Gambar: gambardanfoto.com |
Pertanyaan :
Umur saya 46 tahun, suami 50 tahun, punya 3 orang anak, saya
ibu rumah tangga dan suami bekerja di perusahaan swasta lumayan besar.
Anak pertama wanita
umur 21 tahun, mahasiswi, kedua juga perempuan umur 17 tahun, SMA kelas akhir
dan yang ketiga laki2, masih di SMP.
Keadaan keluarga kami menengah, kami hidup sedang saja, tetapi cukup rukun bahagia.
Anak pertama sudah punya pacar, rekan kuliah, yang kedua (L)
juga sudah punya pacar dengan mahasiswa semester empat, nama B
Bunda, anak yang kedua sudah berpacaran sejak setahun yang
lalu, dan saya senang dengan pemuda itu karena saya pandang baik dan saya juga
kenal dengan keluarganya.
Tetapi tiba-tiba saja, saya seperti disambar petir ketika mengetahui
kalau L sudah hamil.
Padahal selama ini saya sudah menjaganya dengan baik, juga
banyak saya nasihati macam2, demikian juga dari segi spiritualnya tidak kurang.
Bunda, saya marah sekali
dan bingung sehingga kemudian jatuh sakit dan diketahui saya kena darah
tinggi, sampai masuk rumah sakit selama 4 hari,
Suami sedih tapi juga
bingung dan tidak bisa apa-apa.
Waktu marah itu saya sampai kelepasan ucap untuk
menggugurkan saja kandungan itu, tetapi L tidak mau, minta dinikahkan saja. Waktu
itu terjadi konflik yang hebat.
B juga kena damprat
ayahnya, sampai sempat dihajar karena
memalukan keluarga, tetapi katanya dia juga minta segera di nikahkan saja.
Saya sebetulnya ingin agar anak-anak saya sekolah tinggi
bunda, tidak seperti saya yang hanya lulusan SMA saja dan merasa bodoh di
pergaulan.
L itu termasuk pandai dan selalu ranking dikelasnya.
Dahulunya saya mempunyai harapan yang besar padanya. Apalagi dia termasuk anak
yang cantik dan gaul.
Pasti bunda mengerti harapan seorang ibu yang menginginkan
hal yang terbaik untuk anaknya.
Apa yang harus saya perbuat bunda, keluarga B sepertinya menuduh L yang seolah
mendesak untuk segera dinikahi, karena L selalu menuduh B masih suka goda2 cewek lain.
Apa sebaiknya di gugurkan saja atau di nikahkan ya ? , saya
bingung dan malu sekali.
Kalau mikir ini pasti penyakit saya kumat lagi dan selalu
pengin marah terus, saya stress sekali, merasa gagal mendidik anak.
Katanya dia sudah
berhenti mens selama duabulan ini.
Kakaknya belum mengetahui
hal ini, atau mungkin pura-pura
tidak tahu.
Tetapi sepertinya dia
belum ingin menikah cepat, kakaknya ini memang lebih tenang dan tidak banyak
tingkah seperti adiknya.
Bahkan dia merencanakan masih ingin bekerja dahulu setelah lulus, dan
mempersiapkan segala sesuatunya dengan
pacarnya sebelum menikah.
Saya rasanya jadi
makin serba salah, karena memang kurang
memperhatikan dia sebelumnya.
Swandari’s Mind :
Ananda, saya ingin mengutip kata bijak yang patut kita
renungkan
** Jika Tuhan hendak mendidik
manusia, IA akan mengirimkan kita kesekolah kesukaran dan ke darurat-an **
Kesukaran dan keadaan darurat itu pasti akan terjadi
disetiap keluarga, siapapun dia.
Dan kita harus menerimanya dengan tabah dan hati yang
terbuka, tetap pasrah tetapi terus
berusaha.
Ingat ya, jangan
sampai lepas kendali, marah dan mengeluarkan emosi yang meluap.
Karena disamping kemarahan dan perkataan seoraang ibu itu
merupakan tuah tersendiri bagi seorang anak,
kita sendiri juga jadi sakit
karenanya.
Emosi yang meledak akan berakibat fatal dan parah bagi badan seseorang, terbukti
nanda jadi sakit.
Ananda yang baik, kesalahan yang satu jangan lagi ditambah
dengan kesalahan yang lain. L dan B sudah melakukan kesalahan, jangan lagi
ditambah untuk menggugurkan kandungannya.
Pengguguran kandungan itu sama dengan membunuh, dan yang
dibunuh itu adalah calon cucu nanda sendiri., … aduh, ingat itu.
Karena nyawa dan maut
itu hanya milik DIA Yang Maha Kuasa.
Jadi ini yang
sebaiknya dilakukan, ajaklah
rembugan/kata sepakat/musyawarah antara keluarga nanda dengan keluarga B. Tidak
usah saling menyalahkan, tetapi dicari jalan yang paling baik untuk
penyelesaiannya.
Segala sesuatunya di bincangkan dengan kepala dan hati yang
dingin, dicari solusi yang tepat serta baik untuk keduanya.
Mereka bisa dan harus menikah kemudian belajar bertanggung jawab untuk mengatur
kehidupan selanjutnya.
Sudah tentu mereka
masih membutuhkan bantuan dalam segala hal, baik moril ataupun finansiel, itu
juga bisa dibicarakan dengan tanpa melukai hati masing-masing pribadi atau keluarga.
Pendidikan bisa diteruskan, mereka harus tetap meneruskan
sekolah dan kuliahnya, karena sudah nanggung.
Cita-cita untuk mendidik putra/i sampai kesekolah/kuliah
yang tinggi masih amat mungkin, tergantung dari pribadi masing anak, juga
dorongan keluarga.
Semua juga demi masa depannya, jadi mereka harus terus belajar secara formal .
Sekaligus juga
belajar menjalani kehidupan berumah
tangga yang benar.
Dengan contoh dan teladan dari keluarga yang baik, bunda kira
semua bisa di jalani dengan apik.
Untuk ananda sendiri, coba bertindak lebih pintar dan bijak.
Minta nasihat dokter untuk pola hidup sehat. Jagalah hati dan emosi menjadi
lebih stabil dan sabar.
Sepengetahuan saya hipertensi itu suatu silent killer, yang
bisa merepotkan hidup nanda bahkan menyengsarakan jika tidak dikelola dengan
baik dan benar
Yang pasti , semua itu demi untuk kesejahteraan dan kebahagiaan nanda sekeluarga juga.
Semoga berhasil dengan penuh kasih sayang.
Swandari’s Mind :
Bercanda dalam pernak-pernik cinta dan berbagi hati dalam
warna-warni kehidupan