![]() |
Hai everybody,nice to meet you. Gambar:benarnggak.wordpress.com |
Sebetulnya sejak kecil saya tidak doyan minum kopi. Pertama , mungkin saya lihat warnanya , kok hitam pekat gitu
, mengerikan.
Kemudian baunya , menurut saya ( waktu kecil dahulu ), bisa bikin agak nggliyeng
,agak melayang , kurang nyaman.
Sesudah menikah, ternyata mertua dan suami sendiri selalu
minum kopi untuk pembuka paginya.
Karena ketularan , saya jadi ikut2-an, meski sering tersedak
, karena waktu itu jika menyediakan kopi
selalu pakai ampasnya… aneh.
Solusinya untuk saya, kalau lagi pengin nyoba , kopinya
harus disaring dulu dengan saringan lembut , - ih , repot banget , emangnya
bayi minum saja pakai disaring-saring segala.
Mulai doyan setelah sering diajak suami mancing malam hari - ssttt, mancing beneran lho dilaut lepas ,
mancing ikan , suami hobbynya mancing.
Udara laut kalau malam dingin dan berangin cukup kentang ,
jadi selalu pakai baju tertutup.
Juga aneka makanan dan minuman dipilih yang bisa
menghangatkan tubuh , antara lain , kopi panas.
Sejak itu saya mulai sering ketagihan , -- belum , belum
kecanduan kok.
Saat itu segala aneka kopi sachet-an mulai beredar , dengan
aneka merek dan rasa.
Dokter ahli gizi yang pernah saya tanyapun mengatakan
( untuk saya ) , tidak apa2 minum kopi, asal jangan lebih dari dua
cangkir sedang per hari…. siiip lah.
Sebenarnya kopi luwak sudah lama saya dengar, tetapi saya
tidak tertarik, karena prosesnya yang
saya anggap menjijikkan dan mengerikan.
Bahkan waktu Oprah Windfrey memperagakan minum kopi luwak ,
sambil tunjuk jempol, -- wow, sambil membelalakkan matanya , sayapun tetap
bergidik.
Suatu hari salah seorang kerabat datang kerumah , dan pagi
sehabis jalan pagi dia membawa sebungkus besar kopi luwak sachet , yang dia
beli promo di super market dekat rumah.
“ Murah banget , ini diluar harganya mahal lho , enak
kok “ , dia berkata sambil nyeruput kopi
hasil seduhannya sendiri.
Saya waktu melihat itu , malah terbayang ….-nya luwak ( maaf ) , aduh, amit-amit deh.
Waktu dia pulang , kopinya ketinggalan, masih banyak lagi ,
ada 15 sachet.
Sorenya , mungkin karena iseng , anak saya mencobanya.
“ Enak kok ma , …
lagian enggak mungkin ini asli , kayak yang sering diberitakan media. Yang asli
kan mahal ,
-- ini pasti kopi biasa , tapi dikemas lebih , jadi kayak aslinya “ , dia ikut
promosi.
“ Masak harganya lebih murah dari kopi biasa nya “.
Kok hati ini rasanya agak tergoyah , pengin nyoba – dan anak
saya terus me minumnya dengan santai , dan dia tampak sehat-sehat dan baik
saja.
Kami memang enggak punya keturunan sakit lambung kok.
“ Dicoba saja ma , nanti kalau tidak mau ,tak habiskan “ , anak saya menantang.
Sayapun mencoba dan memang enak , tetapi tiba-tiba saya
terbayang yang enggak-enggak , jadi saya urungkan niat saya dan berhenti minum.
Sayapun membuat kopi favorit saya sendiri , luwaknya saya
serahkan pada anak saya.
Sedikit demi sedikit, lama kelamaan jadi doyan juga , dan
bayangan itu hilang setelah banyak membaca dan melihat teve
Mendapat penjelasan
beberapa ahli dari beberap disiplin ilmu ,juga melihat prosesnya di
pabrik tempat kopi itu di kerjakan yang
begitu modern , higienis dan steril.
Kopi luwak itu white coffee , yang katanya lebih ringan dari
kopi biasa.
Sekarang saja sudah beredar aneka white ciffee dari aneka
merek.
Kadang masih terpikir dan terbayang proses itu , - tapi
sudahlah –pokoknya yang dahulu amit-amit , sekarang harus jadi klomat –klamut/jilat bibir , merasakan
sedapnya
Tetapi betapapun, saya masih sering mencoba kopi baru yang
beraneka rasa dan aromanya , barangkali ada yang lebih tampak enak cara prosesnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar