Malin Kundang ? Gambar:id.wikipedia.org |
Saya sering merinding,
merasa ngeri dan
miris, bila melihat
disuatu tayangan media atau teve .
Tentang betapa perkasanya
seorang bunda yang berhak
menjatuhkan kutukan pada
anaknya dan merubahnya
menjadi batu.
Yang saya maksud
adalah adanya tayangan di teve
versi cerita Malin
Kundang.
Tayangan2 itu pasti
berlebihan karena setiap adegan
diteve selalu diset /diskenario. Dibuat
sedramatis dan sesetimentil
mungkin.
Yang saya khawatirkan
adalah bila kisah itu
kemudian bisa dijadikan
inspirasi atau alasan
pembenar bagi
bunda2 yang bernasip
kurang baik.
Seolah memang sepantasnya kita
berhak untuk men-judge
“ titipan TUHAN
“ itu sesuka
kita .
Terlebih kalau
keadaannya memang kurang
berkenan, tidak menyenangkan.. dan membuat mereka lepas kendali .
Jadi memang harus
seperti itulah seharusnya kalau seorang bunda
murka, benar2 suatu pola pemikiran yang
mengerikan.
Buktinya
ditayangan nyata, sering
terlihat.
Banyak terlihat
seorang ibu menelantarkan
anaknya, mengabaikan bahkan
menyiksa anaknya.
Tidak jarang kita
lihat, banyak anak2
yang babak belur
dihajar emaknya
Tidak dikasih
makan , ditinggal pergi
begitu saja, dan
disuruh cari kerja /
cari duit .
Padahal dia
masih amat kecil , di-stopan anda
pasti sering melihat atau ditempat strategis lain.
Yang ekstrem juga
sering kita jumpai,
banyak bayi yang
diperlakukan amat kejam. Dibuang, dibunuh,
yang barusan saya
lihat bahkan dimutilasi.
Itu belum termasuk yang di aborsi.
Padahal
seharusnya kasih Ibu
itu tak terhingga,
ibaratnya bila kasih
anak sepanjang galah,
kasih ibu itu
sepanjang jalan.
Bila kasih anak
sedangkal kolam, kasih
Bunda itu sedalam
lautan dan seluas
samudera.
Beliau pasti akan
bersedia memaafkan kesalahan
anaknya betapa pilu
luka pedih dan
perih rasa sakit
hatinya.
Karena seorang anak
adalah amat penting dan
itu merupakan tanggung
jawab abadi untuk
mencurahkan seluruh hati
kita kepadanya.
Dan pendidik
pertama dan utama
dimuka bumi ini
adalah seorang ibu,
seorang bunda, perempuan
yang diharapkan berhati
mulia itu.
Konon, seorang anak
adalah ibarat buku
putih bersih ,
dan yang pertama
kali menulis dibuku
itu adalah bundanya.
Kalau kita selalu
menuliskan hal2 yang
baik, mencontohkan hal2
yang terpuji, pasti
hal itu akan
menjadi fondasi dari
mentalnya .
Atau tameng
dari wataknya, dikemudian
hari, betapapun milieu
atau lingkungan yang
didatanginya kelak.
Binatang saja akan
bersikap baik/jinak jika
kita selalu perlakukan
dengan baik, apalagi
anak manusia.
Saya mengusulkan,
sebaiknya cerita Malin
Kundang dirubah, siapa
tahu hal ini
juga akan juga bisa
merubah “ inspirasi “ yang
terbentuk dengan adanya
kisah ini.
Yang saya maksud ,
yaitu disaat terakhir,
setelah Malin sudah
menjadi kaya raya Dan
dia merasa
malu serta tidak
mau mengakui ibunya
yang sudah tua , renta
dan miskin.
Pasti, bundanya akan
tetap bersabar hati .
Dia hanya memohon berdoa
kepada TUHAN YME, agar
anaknya diberi peringatan
olehNYA.
Kisahnya setelah
Malin naik kekapal
kembali dan masih dengan sumpah
serapahnya.
Kemudian kapal itu mulai
bertolak , saat itulah datang
petaka dari TUHAN.
Terjadi tsunami dahsyat,
dan kapalnya terhempas
kepantai.
Agar lebih dramatis,
sebaiknya Malin digambarkan
terlempar dan jatuh
persis didepan kaki
bundanya.
Dan disitulah ,
diantara deru dan
debur ombak, Malin
mohon ampun dibawah
telapak kaki ibunya.
Bundanyapun
memaafkan perilaku anaknya
yang sedang alpa
dengan hati yang
tulus dan ikhlas.
Ceritanya pasti indah
dan tetap mengandung
pesan dan kesan
yang apik dan
manis.
Dari segi pendidikan
rasanya juga baik, untuk
anak maupun bundanya,
jadi tiada lagi ada si
anak durhaka atau
bunda yang terkesan
demikian arogan.
*** Kalau tentang
batu2-an yang konon seperti bentuk
tambang2 kapal dan bentuk manusia yang menyembah , dimitoskan Malin Kundang ?
Lebih baik kita berpikir positif dengan logika yang masuk akal.
Karena diperkirakan bahwa setiap 175 – 200 tahun sekali
didaerah itu pasti terjadi Tsunami yang dahsyat.
Akibat lentingan dan pergeseran lempeng dan kerak bumi,yang
selalu bergerak, kemudian saling menekan dan terjadi patahan yang menimbulkan
gejolak.
Mungkin hal ini lebih menarik , terlebih bagi
ilmuwan/wisatawan, karena batu2-an itu mungkin berumur jutaan tahun lalu dan
sekarang tersembul keluar.