Tetap indah. Gambar:sarwingsdiary.blogspot.com |
“ Memangnya dari keturunan mana sih calon mantunya bu
Marno ? “ tanya Annie penuh ingin tahu.
“ Mana aku tahu,…kenal aja belum, dengar-dengar sih masih
termasuk kerabat dekat istana….. “ , saya angkat bahu.
“ Ah , masak bangsawan rupanya kayak gitu ? “ , dia seolah mencibir .
“ Kalau betul-betul priyayi itu kelihatan . Dari sikapnya ,
gayanya , tingkah laku dan tutur bahasanya , pokoknya kelihatan deh “ , tandas terdengar suaranya.
Heran saya : “
Priyayi atau bukan ,… apa sih urusanmu ?
“ , jawab saya jengkel , biasanya sih Annie tidak sebawel itu.
Annie tertawa terbahak-bahak , kayaknya geli sekali.
“ Begitulah , saya ini tadi lagi menirukan gaya bu Marno setiap ketemu orang .
Menyebalkan, persis seperti petugas sensus , yang selalu tanya perkara
keturunan orang “ , Annie terus kegelian , mungkin dia lagi agak kumat miringnya.
Menurut Annie, Raden Ayu Marno adalah warga baru didaerah
kami , pindahan dari daerah elit ( bukan main,…ckckck ).
Dan terkenal sebagai priyayi tulen, raden ayu sejati berdarah
biru.
Kemudian , karena saya ingin kenal dan kepingin tahu ,
kali-kali beliau mau aktif ditempat barunya.
Juga karena saya dan Annie pengin cari “ hiburan gratis “, sore itu kami memerlukan
kerumah Ibu ( Raden Ayu ) Marno.
Agak lama juga kami berdua duduk diruang tamunya , menunggu “ndoro
putri “ yang sedang siram/mandi.
Dan karena iseng, seperti maling saja, mata saya melayang
kesana kemari.
Kursi2-nya besat , berukir dan disetiap dinding dan mejanya
berjejer foto-foto kuno dari leluhurnya.
Kira-kira setengah jam, baru nyonya rumah muncul , dan saya
diperkenalkan Annie pada beliau.
Seorang wanita sepuh berumur kira-kira hampir menjelang enampuluhan tahun.
Saya perhatikan , ya seperti manusia biasa juga , warga
Negara Indonesia ,
seperti juga kita2 ini.
Dan betul juga Annie , seperti petugas cacah jiwa, beliau
langsung bertanya tentang silsilah keluarga saya,…… mungkin bisa tercatat mau
dapat bagian jatah beras ya , seperti BLT,…hehehe.
Tetapi setelah itu , semua cerita diborong oleh bu Marno.
Tentang silsilah keturunannya, dengan tidak lupa selalu
menyebut segala gelar dan embel2 dimuka dan dibelakang nama setiap kerabat dan
keluarga-keluarganya.
“ Saya ini putrinya Raden Mas Kusumo …., itu bupati ( menyebut sebuah daerah kabupaten ),.. iya ,
masih sepupu dengan Raden Mas Ario B-Ningrat , yang punya putra Jendral ( menyebut sebuah nama ) , itu lho yang
menjadi Atase Militer dinegara Antah Berantah,….” Saya mencoba
menghubung-hubungkan ceritanya
“ … dan masih
kepernah keponakan dari Profesor Raden Mas D--, yang jadi rector di Universitas
Z ,…lha itu dari isterinya kan
masih termasuk kerabat dari ……” saya termenung, karena bingung dengan silsilah
keturunannya.
Karena siapa dan jadi apa beliau sendiri ,saya malah tidak
tahu dan malas juga menanyakan.
Baru tigapuluh menit omong-omong, saya lihat Annie sudah
mulai bosan , celingukan.
Merasa tak kerasan, pengin pulang, karena mungkin dia sudah
pernah dengar cerita itu-itu berulang kali.
Ketika kami sudah bisa keluar dari rumah beliau, Annie
bernafas lega.
“ Persis deh, baru melihat pertunjukkan komidi putar yang
membosankan ,pusing kepalaku,….aku dah denger itu empat kali lho , ya cerita
itu juga “ , komentarnya.
Saya ketawa geli , saya janji ngajak dia untuk kelima
kalinya, biar dia stroke !
Yang saya herankan, kenapa mesti semua dipamerkan pada kami
,orang yang baru dikenalnya.
Seolah bu Marno tidak yakin dengan dirinya, sehingga harus
promosi kemana-mana.
Padahal menurut nasihat orang tua , kita bisa menilai
seseorang itu dari tingkah laku, pribadi dan
tutur bahasanya , dari si person sendiri.
Dan samasekali bukan dari keturunan siapa dia itu .
Kata Annie, kalau seperti itu sih , namanya priyayi
kesiangan,….ada-ada saja !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar