![]() |
Jembatan Ampera yang megah. Gambar:variety-indonesia.blogspot.com |
Waktu itu suami masih tugas di Palembang
dan saya kerja di Surabaya.
Kami sering
pontang-panting dan mondar mandir dikedua kota
itu.
Hari itu saya akan pulang ke Surabaya, diantar di airport oleh suami.
Bandaranya belum Sultan Mahmud Badaruddin II , tetapi masih
TalangBetutu.
Ternyata ada yang ketinggalan di mobil , mainan titipan anak
saya.
Suamipun kembali ketempat parkiran mobil dan saya duduk
dikursi tunggu
Tiba2 ada seorang laki2 duduk didekat tempat saya duduk,
tengok sana-sini :
“ Mau kemana Cik ? “
, dia tanya.
Oh iya, jangan heran, jika ia memanggil “ Cik “ pada saya , karena jika orang belum mengenal saya, pasti
mengira saya Chinese , meskipun saya Jawa tulen.
“ Ke Surabaya “ , saya jawab , perhatikan sekilas dia , seorang pria
Chinese perlente, pakai kacamata hitam.
Dia membawa koper besar dan travel-bag yang dijinjing.
Tanpa ditanya, dia cerita
kalau dia dari Singapore
dan akan ke Jakarta
dan banyak lagi ceritanya yang tidak sempat saya dengar ,… tiba-tiba dia
bangkit dan :
“ Saya mau ke toilet ,… saya titip koper ini sebentar “ ,
dia langsung beranjak …
“ loh , saya nanti cepat berangkat ,… “ , dia menoleh dan cuma menunjuk kearah
kopernya , mungkin memberi tanda tinggalkan saja.
Belum lama , ada 2 orang pria datang diiringi 2 laki-laki
pakai seragam dan menunjuk kearah koper itu.
“ Ini kopernya ? “ ,
dia tanya pada saya
“Bukan ,… orangnya lagi ke toilet “ , keempat orang itu melihat-lihat koper itu
“ Suaminya ke toilet ya
? “ , seorang tanya.
“ Nggak , suami saya ke parkiran ngambil mainnan “ , mereka ganti memperhatikan saya.
“ Yang punya koper itu suaminya ? “ mereka tanya.
“ Bukan , bukan suami saya ,.. ini koper orang lain, dia
sedang ke toilet “ , sayapun langsung berdiri , karena mereka sepertinya makin
mendesak.
Untung suami saya datang , “ “ Ada apa ya ? “ , dia tanya.
Mereka berempat memandang suami saya , yang juga berseragam
dan mereka langsung memberi hormat.
Sayapun kemudian bercerita pada mereka berlima, tentang
koper itu sampai ada didekat saya , beberapa orang saya lihat mulai merubung
kami.
Sambil meminta maaf , merekapun menanyakan ciri2 pria
siempunya koper itu , dan kira2 kemana perginya.
Saya agak repot juga karena memang kurang memperhatikan dia.
Seorang bapak tiba2 tampil dan bisa menjawab dengan tepat
setiap pertanyaan para petugas itu serta kemana kira2 perginya.
Rupanya dia memperhatikan peristiwa itu dari jauh , saya
patut berterima kasih padanya.
Karena ada panggilan untuk memasuki pesawat , mereka saya
tinggalkan dan suami mengambil alih
“tanggung jawab “ saya itu.
Malamnya sesudah saya tiba dirumah , suami menelpon.
Pemilik koper itu sudah diincar oleh petugas sejak di Medan , sayangnya belum
tertangkap, masih dicari seputar terminal dan pelabuhan.
Koper itu berisi narkoba yang ditaruh , dilapisan koper
paling bawah dijahit , dilapisi aluminium foil dan dibungkus rapi.
Yang banyak ada di travel bag yang dijinjing dan dibawanya
kabur.
Dan bapak yang bisa memberi banyak info itu , ternyata hanya
orang iseng yang melihat peristiwa itu dari jauh.
Dia melihat waktu suami mengantar saya,dan setelah suami
pergi, ternyata ada pria lain mendatangi saya.
Dia pikir saya punya janjian dengan pria perlente berkoper
besar itu.
Jadi dia memperhatikan dan bisa menceriterakan secara detail
segalanya tentang pria itu.
Saya ketawa waktu suami cerita seperti itu ,… ada-ada saja.
Sial bener saya sehari itu ,… sudah dikira jadi kurir
narkoba , malah ada yang mencurigai saya
punya selingkuhan lagi.
Betul-betul ini :
layak seperti ,… sudah kepleset , kecebur comberan pula , beneran !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar