![]() |
Veteran, penjaga bendera bangsa. Gambar:anggarezpector.blogspot.com |
Ingat Veteran , kita pasti ingat dengan perjuangan bangsa Indonesia
.
Ingat dengan cerita-cerita kepahlawanan bangsa kita merebut
kembali kemerdekaan
ini dari tangan
Belanda .
Yang konon sudah menjajah bangsa kita semua selama 350 tahun.
Kita bukan minta atau
mengemis tapi merebut kembali dengan
gagah berani, tanpa gentar disertai darah dan air mata.
Kisah-kisah heroik disetiap daerah pasti ada, semua
mendebarkan dan membanggakan. Tapi yang paling berkesan adalah perjuangan dari Surabaya.
Dimana “arek-arek Suroboya” dengan perkasa berusaha
menghadang sekutu yang ditunggangi Belanda.
Dengan hanya peralatan
seadanya, mereka berusaha menghalangi pasukan sekutu yang punya persenjataan
paling canggih saat itu.
Waktu itu Surabaya dihentak dari
laut dengan dentuman-dentuman meriam dari kapal perang Sekutu dari laut
Dan pesawat tempur – nya yang menyeruak dilangit Surabaya
Dengan bom –bom yang
menggeleggar, meraung-raung merambah ,
membahana di
persada Surabaya
Surabaya bergetar, rakyat panik dan lari berhamburan, tunjang-palang mengungsi keluar kota, menyelamatkan diri.
Tetapi diantara puing-puing Surabaya, masih berkeliaran pasukan-pasukan
kecil arek Suroboyo yang cuma “bondho nekat” .
Istilahnya modal
dengkul , bermodalkan tekad/dengkul saja .
Mereka hanya punya tekad , menghadang Belanda yang mau balik
lagi menggagahi Nusantara tercinta ini .
Mereka hanya cuma punya nyawa tok dengan senjata seadanya , seketemunya.
Sekutu kemudian mendarat, dengan gegap gempita .
Diawali pasukan
gurgha yang tampak garang, dengan sorban dan bajunya yang khas.
Gemeradak dibacking
tank-tank yang bergemuruh.
Mereka datang tidak dengan Caiya-caiya-nya Shahruk Khan . tetapi dengan senapan pemusnah canggih
yang menakutkan.
Dan yang selalu siap dihamburkan pada pasukan arek Suroboyo
yang menghadang mereka.
Pertempuran berhadap-hadapan
mengerikan terjadi , dan korban berjatuhan
bergelimpangan bersemburat darah.
Dari persenjataan , sungguh pertempuran yang tidak seimbang,
korbanpun bertumpuk dipihak kita.
Tetapi karena pasukan
sekutu kurang paham dengan jalan-jalan tikus di Surabaya .
Jadi mereka sering
dicegat diantara bangunan yang sudah runtuh porak poranda.
Dari pasukan sekutu yang terbantai itulah , baru pasukan “
arek-arek Soroboyo “ ini mendapat amunisi dan peralatan perangnya ,…. kasihan
sekali.
Tetapi pasukan sekutu, jagoan-jagoan perang dunia – pasti
tidak kurang taktik dan tidak gentar menghadapi pasukan arek Suroboyo .
Yang hanya bondo
nekad , seadanya , yang amat minim peralatan dan minim pengalaman
perang.
Setelah mundur 2 hari, pesawat-pesawat sekutu datang lagi,
disertai dentuman meriam dari kapal perang yang lego jangkar dilaut .
Mereka menyebarkan selebaran agar perlawanan dihentikan ,
mereka harus mundur .
Atau Surabaya akan di bumi-hanguskan jika tidak mau
menyerah.
Dan inilah jawaban mereka , jawaban arek-arek Suroboyo :
: “ Ayo ,…..rawe-rawe rantas , malang-malang
putung ,… maju terus ! “
Pertempuran yang terjadi menimbulkan korban yang amat besar , mengerikan .
Sehingga kemudian Surabaya
dijuluki sebagai kota
Pahlawan .
Ya , kenapa saya kok sok begitu tahu dengan perjuangan arek-arek Suroboyo ini
?
Betul ,…karena salah satu dari pasukan arek Suroboyo itu akhirnya jadi suami
saya.
Saya masih ingat, disetiap menjelang 17 Agustus , jiwanya seolah menggebu dan bergetar lagi , ada semangat menggelora
didada
Sayapun senang
mendengarkan kisah2 heroik, gila2-an , kadang
jenaka , lucu dan keberanian nekad ngawur , penuh
bahaya .
Betul2 nyawa taruhannya dari pasukan suami , yang rata2 masih amat muda itu.
Pertempuran hadap-hadapan serta penghadangan yang mereka
lakukan , banyak membawa korban.
Di peperangan , jika ada seruan “ AWAS – tiarap “ , mereka harus cepat tiarap , menjatuhkan
diri dimana saja.
Terlambat sedikit , nyawa terbabat melayang oleh tembakan/mortir
musuh yang menerabas kemana-mana.
Pernah seorang rekan suami yang nekad , meskipun sudah ada peringatan “ tiarap “ , dia
tetap berdiri dan berteriak “ maju !! “
, terus berlari kearah musuh.
Dan terbabatlah pejuang muda itu , putus berkeping bersimbah
darah dihadapan pasukannya.
Sesudah merdeka , disetiap peringatan kenegaraan jelang 17
Agustus .
Jadi persis setiap
tanggal 16 Agustus , ,jam 12 .00 tengah
malam, suami selalu hadir datang ke
upacara itu dengan semangat.
Untuk memperingati rekan2 –nya yang gugur dahulu sebagai kusuma bangsa , dan jasadnya berserakan dimana-mana .
Sekalian merekapun bertemu dengan rekan-rekan semasa
perjuangan dahulu.
Mertua perempuan sayapun suka nimbrung bercerita, tidak
kalah seru dan semangatnya.
Karena beliau juga salah seorang dari mereka , berjuang dibelakang dengan mendirikan dapur umum.
Pensuply makanan dari
garis belakang untuk pejuang garis depan.
Bagaimana beliau dengan bu Dar Mortir, pahlawan wanita Surabaya , lari
kocar-kacir , jika tempat dapur umumnya ketahuan dan diobrak-abrik Belanda.
Satu yang saya ingat dari beliau2 itu , bahwa perjuangan itu
amat didukung oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pejuang2 itu bukan hanya orang/pemuda Surabaya
saja , tetapi banyak pemuda2 dari seluruh pelosok tanah air , nimbrung
jadi satu , bertekad bulat seiya sekata .
Saudara2 dari desapun
dengan sukarela menyokong perjuangan
heroic itu.
Mereka berjuang bersama , satu padu , susah dan senang
sama-sama.
Bersama-sama melawan penjajah dengan satu janji , satu semboyan : MERDEKA
atau MATI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar