 |
Sumber Gambar: pramareola14.wordpress.com |
Sebetulnya saya tidak percaya dengan data yang disampaikkan
oleh KomNas PA, maksudnya KomNas Perlindungan Anak beberapa waktu yang lalu.
Disebutkan, menurut survey yang mereka lakukan, bahwa 62,7 %
remaja wanita SMP sudah tidak perawan lagi, bahkan dinyatakan pula bahwa data
itu merupakan sebuah gunung es saja. Konon kenyataannya lebih banyak lagi lebih
dari 90%,… waduh.
Tetapi kemarin, saya sempat melihat salah satu tayangan di Youtube, tentang perilaku gaya berpacarannya para Anak Baru Gede SMP.
Saya akan ceriterakan secara rangkum singkat saja, karena
kalau kelewat detail, bisa di cap menyebarkan pornografi.
Disuatu tempat, didalam bilik sempit, sepertinya terbuat
dari papan/bambu, sehingga banyak celahnya yang bisa diintip. Saya lihat
sepasang remaja putih biru yang masih amat lugu dan imut, umur sekitar 13
tahunan sedang pacaran.
Adegan itu diintip oleh seseorang dengan menggunakan hape
biasa,melalui salah satu celah dilubang dinding bilik itu.
Aksi kedua bocah itu tidak usah diceriterakan, pokoknya
mereka melakukan permainan sex, yang sepertinya sudah sering mereka lakukan,
dilihat dari kepiawaian masing-masing, plus beberapa cara menghindari
kehamilan.
Sesudahnya mereka cepat2 membuka hape dan mendiskusikan
sesuatu, dengan serius.
Saya termenung, dan sekarang mulai mempercayai hasil survey
Komnas PA diatas.
Meskipun, pasti tidak semua remaja SMP biasa melakukan,
tetapi melihat dengan mata kepala sendiri adegan seronok seperti itu, bisa membuat
setiap orangtua pasti amat prihatin, miris dan merinding.
Tiba-tiba saya merasa kasihan dengan mereka, apa yang
terjadi dengan mereka ? Dimana orangtuanya dan ngapain saja mereka selama ini ?
– saya yakin merekapun mbolos waktu melakukan hal itu.
Anak2 yang masih begitu belia dan melakukan hal yang belum
waktunya dilakukan dan kurang pantas, rasanya amat menyedihkan dan membikin
pedih dihati.
Sebenarnya anak remaja umur 9 – 12 tahun memang sudah mulai terdorong untuk berkumpul dalam
kelompok dengan kawan sebayanya , didasari oleh keinginan bertukar pikiran dan
pengalaman. Pada usia 12 – 16 tahun , kelompok mulai agak renggang karena mulai
ada kompetisi diantara mereka, juga antar anggota kelompoknya, sering terjadi
gontokan dan tawuran.
Didasar hati mereka menghendaki
dasar prinsipiel, mereka belajar menyerap nilai2 pokok dan kehidupan
masyarakatnya. Karena masalah tata nilai mulai di renungkannya, sesuai dengan
falsafah hidup yang mulai dipilihnya – dan itu akan dipertahankan dalam jangka
panjang, mungkin seumur hidupnya. Mulai terus bertanya-tanya dan memilah dan
memilih, juga mencoba serta meniru.
Ini merupakan estafet perjuangan kebudayaan, tata nilai
diambil alih oleh generasi penerus, yang biasanya mengalami perubahan sesuai
dengan situasi jamannya.
Perbedaan interprestasi antara generasi muda dan generasi
yang terdahulu sering menyebakan suatu saling silang dan terjadilah generation
gap.
Disini orangtua, sebagai pembuka jalan bagi generasi
penerusnya harus berperan, agar anak yang masih lugu ini tidak mencari jalan dan pengertian sendiri
diluar.
Kalau mereka tidak mendapat penjelasan apa2 yang mereka
ingin ketahui dari ortunya, mereka akan mencarinya diluar via kawan, buku,
majalah, hape internet dll.
Disini mereka akan terjebak dengan penjelasan yang kadang
malah menyesatkan, menarik dan berlebih-lebihan, tanpa tanggung jawab. Dan di
usia rawan seperti itu mereka merupakan
pribadi yang gampang meniru dan selalu ingin mencoba.
Harus ada sesuatu/sosok panutan dan contoh yang mestinya
dihadirkan dalam kehidupan mereka.
Saya menarik kesimpulan yang sekiranya berguna :
SATU : Remaja kita butuh pengertian juga bimbingan
serta pengertian tentang perubahan2-an dirinya serta segala sesuatu yang masih
awam bagi mereka.
DUA : Remaja butuh
kesibukan2 positif juga contoh, panutan yang bermanfaat untuk persiapan mereka menata
hidupnya kelak dengan baik dan terarah.
Dan kita harus menyiapkan semua bekal yang dibutuhkan itu
dengan cermat dan pintar, sebelum mereka melangkah mencari tahu ditempat yang
keliru.
Sekolah TK amat dibutuhkan, sebagai pendidik pertama
diluar rumah sesudah pendidik utamanya
dirumah, ibunya, Kemudian di Sekolah
Dasar dengan guru2 yang mumpuni, untuk mengarahkan anak2 yang berumur 6 – 12 tahun
kejalan yang baik dan benar, dengan moral dan etika yang terpuji.
Saya juga salut dengan beberapa penulis dan pendongeng anak,
sekolah alam dan sebagainya, yang berusaha untuk menarik anak2 yang masih belia
, berusaha menarik anak2 ke hal-hal benar, baik dan sehat, yang sesuai dengan
umurnya.
Juga salam hangat saya bagi usaha komunitas Fiksiana
Community yang mengadakan event Fiksi Anak, suatu event yang diharapkan bisa
menggali kembali cerita anak juga dongeng yang mungkin bisa mengilhami atau
memberi landasan semangat juga morel,
suatu contoh bagi prilaku yang terpuji untuk perjalanan hidup
mereka selanjutnya.
Jadi sebelum mereka melangkah berprilaku yang keliru, kita harus mencegahnya dan
membelokkan mereka dengan contoh dan prilaku
baik yang kita harapkan semua.
Karena ditangan mereka lah
kelak Negara dan bangsa ini di
serahkan, dan harusnya generasi penerima
estafet ini juga harus merupakan pribadi yang mumpuni serta bisa di andalkan.