![]() |
Sumber Gambar: megapolitan.kompas.com |
Beberapa tulisan di media, saya lihat banyak berisi
tentang dimulainya gonjang ganjing
menghadapi pemilu 2014.
Dari yang meng iklankan kecap nomor satu sampai beberapa
polemik, antar partai atau bahkan internal partai sendiri.
Yang paling menonjol
adalah tentang PDI Perjuangan denga Jokowinya yang unik.
Saking menggebu nya, terus banyak yang kebablas-bablas, membanding-bandingkan
Jokowi dengan Megawati. Komentarpun bak gayung bersambut dan terus bergulir.
Saya sedih sebenarnya dengan keadaan ini, sepertinya kita
tidak pernah mau belajar sejarah dari bangsa ini.
Kita harus ingat akan sejarah bangsa kita sendiri, bagaimana kita yang
mempunyai wilayah begitu luas, akhirnya bisa di caplok oleh Belanda, yang wilayahnya
hanya kurang dari Jawa Timur, Padahal
provinsi di Indonesia ada 37 buah,
yang tiap wilayahnya tidak kalah luas
dari Jatim.
Kenapa bisa seperti itu
?, karena kita gampang di adu-domba, gampang termakan issue, basak-bisik
dan cepat tersulut, sehingga segalanya
jadi lali lupa, sibuk gontok2-an sendiri, dengan persepsinya dan kepentingannya masing2
Sekarang kita kembali pada Megawati dan Jokowi.
Untuk membangun dengan baik suatu Negara, kita tidak cukup
hanya punya dan butuh seorang presiden dan wapres saja. Tetapi kita membutuhkan
Menteri, gubernur, bupati sampai RT, angkatan perang yang kuat juga rakyat yang
mumpuni., dan lainnya.
Dan semua harus kerjasama, membentuk titik-titik yang
kemudian saling berhubungan, dan membentuk suatu jaringan yang kuat, membentuk
persatuan untuk bersama-sama mengangkat harkat dan martabat bangsa ini bersama
gotong royong men-sejahterakan semua.
Ada
kata bijak, sebetulnya Negara ini juga seperti battle field, dan kata bijaknya
adalah , you might lose the battle, but you win the war.
Jadi sebelum membentuk suatu pemerintahan, pasti terjadi
suatu “perang” antar partai dan antar person, ini pasti terjadi dimana-mana. Di
partai juga terjadi perang antar person masing2, untuk merasa paling unggul dan
diunggulkan, itu juga lumrah.
Tetapi kita harus tetap berpegang pada win the war,
memenangkan pertempuran, pertempuran untuk saling menggapai kesejahteraan
rakyat, bukan saling gontok2-an masing2 demi kepentingan pribadinya.
Sebagai rakyat kita juga harus bijak, jangan belum apa2
sudah cocok dengan Jokowi tetapi kemudian men deskridit – kan Megawati. Kita harus mengerti mengapa
Jokowi begitu santun dan tetap menghormat Megawati, pasti ada sesuatu yang hanya Jokowi saja yang tahu.
Dan kita juga makin tahu,yakin, bahwa sosok
unik itu memang punya nurani dan kepribadian yang amat terpuji
Hal itu tidak bakal
menjatuhkan namanya samasekali, bahkan melambungkan ketempat yang
terhormat di mata semua orang.
Sebagai rakyat yang baik,kita harus mendukung, siapa saja
calon pemimpin bangsa ini yang beriktikad baik.
Yaitu yang cinta pada Negara ini, jujur, tidak srakah dan mau bekerja keras,
amat memperhatikan nasip rakyat.
Jangan malah jika melihat pemimpin baik, terus kita ingin saling benturkan, sehingga
menjadi saling silang antar mereka
Kita juga harus ingat pepatah, jika dua ekor anjing saling
berebut tulang, pemenangnya niscaya anjing ketiga yang mengharapkan keduanya
babak-belur.
Anjing ketiga biasanya pasti lebih licik, licin dan itu disekitar kita yang senang mengipas-ipas,
mengintip, menawarkan posisi, berharap pertempuran diantara kedua makin seru,
dan bisa mengambil manfaat yang menguntungkan bagi diri dan partainya
masing-masing.
Saya mengharap anda pasti mengerti dengan apa yang saya maksud, terus
bersatu dan maju dalam kebersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar