![]() |
Sumber Gambar: putra23.wordpress.com |
Pertanyaan :
Saya gadis berumur 26 tahun, sudah bekerja dan bisa membantu keuangan keluarga yang
pas-pasan. Di kantor saya sudah mulai membangun hubungan dengan seorang pemuda
, kawan kerja, tapi dia neruskan kuliah.
Keluarga itu dari keluarga baik2, sederhana dan kelihatannya
selalu memperhatikan saya. Kawan sekantor mengatakan kalau dia menaruh minat
dengan saya, sayapun tertarik padanya, perilakunya baik, santun dan tidak
banyak tingkah, pekerja keras juga untuk membantu keuangan ortunya yang juga
pas2-an.
Tetapi ibu, yang mengherankan dan tidak saya sangka, ayah
saya yang sudah berumur 51 tahun, berhubungan dengan janda yang berumur 45
tahun, seumuran dengan ibu saya.
Janda itu dahulu pacar ayah yang sekarang ketemu lagi – dia
memang lebih cantik dari ibu saya dan amat ramah tamah sekali.
Ayah kelihatannya sudah lupa daratan dan ibu selalu marah2
saja, mereka sering tengkar, cekcok terus. Saya sangat sedih dengan keadaan
ini, lagipula saya malu dengan pemuda yang sedang dekat saya itu, kelihatannya
keluarganya tidak ada hal yang aneh2 seperti ayah saya itu.
Apa tindakan saya bu, saya jadi serba salah dan ragu-ragu,
rasanya malu sekali dengan tindakan ayah saya. Umur saya juga tidak muda lagi
bu, hampir 27 tahun, teman2 saya banyak yang sudah berkeluarga dan punya anak.
Swandari’s Mind :
Rupanya ayah anda sedang terkena syndrome puber kedua , apalagi ketemu pacar lama,
repot juga nih.
Ada
baiknya sekali-kali bicara empat mata dengan ayah, ceriterakan dengan terus
terang posisi anda dalam hubungannya dengan keluarga pemuda itu.
Bahwa anda saat
ini sedang menata langkah untuk
membentuk hubungan baik dengan pemuda rekan kerja itu, yang sepertinya
keluarganya masih menjunjung tinggi moral etika dalam masyarakat.
Hadapkanlah semua masalah ini kepada beliau, mohonlah budi
baiknya untuk menolong anda. Seorang ayah, bagaimanapun, jika “ditangisi” oleh
putrinya yang demikian lembut seperti anda, pasti akan luluh, sadar dan mawas diri. Ulangi terus permohonan
anda, jangan pernah putus asa, berbuka hati lah pada beliau dengan tetap santun
pada beliau.
Dan jika sang ayah sudah sadar, anda harus bicara dengan ibu
anda, bicara saja terus terang, mohonlah bantuannya. Sudilah beliau mau
berusaha “memikat” lagi perhatian ayahanda.
Kalau dahulu selalu marah-marah dan cemberut pada ayah,
mohonlah mulai sekarang untuk sedikit murah senyum, dandan sedikit cantik, juga
sedikit mau me masak makanan favorit ayah yang mungkin sudah terabaikan.
Pokoknya tarik lagi perhatian ayahanda pada beliau.
Tetapi kalau “tangisan” anda tidak mempan, cara sedikit
keras mungkin berguna – stop bantuan anda, apa boleh buat -- bahkan kalau perlu, datangi si janda dan
peringatkan dengan serius.
Swandari’s Mind :
Bercanda dalam pernak-pernik Cinta dan Berbagi Hati dalam
Warna-warni Kehidupan
Caprib :
Cinta kasih tidak pernah mengenal putus asa, sebab cinta
kasih itu penuh sabar, dimana kesabaran akan membawa pengharapan dan
pengharapan bukanlah putus-asa. (NN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar