![]() |
Sumber Gambar:www.108csr.com |
Jika melihat teve saya suka ganti-ganti channel, kalau
acaranya menarik bertahan, jika tidak langsung ganti.
Tetapi sejak ada fenomena Jokowi, saya selalu berhenti jika
melihat sosok yang unik itu tayang diteve, apapun yang sedang dilakukannya.
Melihat sosok sederhana, lugu, santun dan santai, tetapi
ternyata pekerja keras, hati ini rasanya terhibur, layak ada secercah harapan
kedepan bagi Negara ini.
Karena rasanya pedih dan miris , melihat beberapa pesohor
kita – pejabat kita, penegang keputusan dan kekuasaan kita, ternyata
dimana-mana digelandang petugas karena kasus korupsi atau beberapa tindakan
tercela lainnya.
Apalagi jika lebih memperhatikan dan mengikuti beberapa
kronologis dan beberapa persidangan di pengadilan yang terjadi, hati makin ketar-ketir saja.
Ini pejabat maunya apa, bekerja untuk kepentingan nusa
bangsa, sesuai dengan janji2-nya waktu dilantik dahulu, apa mau bikin
konspirasi maling atau merampok kekayaan Negara
Ini kan
negaranya juga, tempat tumpah darah pribadinya.
Seharusnya dia harus
ikut berbakti, bagi kesejahteraan rakyat, bangsanya sendiri – sanak dan saudaranya juga. Kenapa
di porak-porandakan sendiri ?
Ah, sudahlah, rambut boleh sama hitam, otak dan hati ternyata
berbeda-beda.
Kembali ke sosok Jokowi, yang sedang naik pamornya di
Republik ini.
Kemarin, waktu sedang dikerumuni oleh nyamuk-nyamuk pers,
yang selalu penasaran dengan sikapnya yang anteng, tenang, tentang hasrat
banyak orang dan fihak yang mengharapkan dia men-capres-kan diri : “ Bagaimana
pak, sudah siap mencalonkan diri, sudah siap jadi RI 1/satu. Sudah siap ke
Pemilu 2014 ?”.
Dan dengan santainya Jokowi menjawab : “
Siap-siep-siap-siep,… saya enggak mikir, saya enggak mikir ( sampai 3 kali )…
hehehe, kok enggak ngerti-ngerti saja sih – saya masih repot mikirin Jakarta,
banjir, macet, banyak masalah, saya harus lari sana sini, loncat sini sana,…
etc dll
Entah kenapa, jawaban atas pertanyaan dijawab dengan gaya
njawani, lugu, sederhana dan santai, malah membuat orang ber sympati padanya,
orang tambah respeck dan kagum pada dia, tambah mencintai dia, … terlebih
melihat kinerja kerjanya yang tanpa pamrih.
Berbeda jika kita melihat “jagoan” lain, pesohor lain yang
sepertinya banyak yang merasa kebakaran jenggot melihat Jokowi yang sederhana
malah dikagumi.
Mereka sekarang banyak bertebaran diteve, bak pahlawan
kesiangan berteriak lantang,
Ini aku, aku begini begitu beginu, aku ini pahlawan rakyat,
dan terpampanglah aneka kesibukan si “pahlawan” menunjukkan sorga dunia yang
semu ( hiks ) – jadi sayalah orang yang paling tepat memimpin Negara ini, …
ealah, itu to tujuannya.
Sebetulnya tidak perlu seperti itu, harusnya mereka
menunjukkan kinerja jauh hari sebelum dekat Pemilu, bukan aktif dan kaget-kaget
jika dekat Pemilu saja.
Ditunjukkanlah dahulu darma baktinya pada Negara, contoh,
diselesaikan dahulu tragedy Lumpur Lapindo, mereboisasi hutan yang sudah
digunduli, kayunya di godol, diganti dengan hutan sawit yang menguntungkan
kantongnya pribadi, … pedih.
Mengembalikan ekosistem yang rusak parah karena penggalian
batu bara dan beberapa tambang lain, mereklamasi pantai yang tercemar berat dan
masih banyak lagi.
Juga segudang masalah yang membutuhkan pahlawan tulus tanpa
minta imbalan.
Rakyat makin lama juga makin pinter karena terus di bodohi
dengan trik yang tidak mereka mengerti, mudah2-an tidak terjadi penumpukan
kekecewaan yang mengerikan saja.
Diharapkan, jika Jokowi benar menjadi Presiden kita,
diharapkan bisa menjadi pemimpin yang baik dan bijak.
Mampu mengalihkan arah arus birokrasi , lingkaran setan,
yang bergulir salah dinegara ini. Harus mampu meluruskan kejalan lurus yang
benar, beralih untuk kepentingan rakyat.
Jangan sampai Jokowi masuk dan terjebak masuk dalam
lingkaran setan birokrasi yang membelit memutar kearah korupsi berjamaah tanpa
terasa, harus mampu membuat gebrakan dimanapun dia terlontar membubung tinggi.
Pastilah Jokowi tidak bisa bekerja sendiri, harus pintar
juga memilih rekan kerja, ksatria2 sekelasnya, dinegara yang mental pejabatnya
sudah berantakan seperti ini.
Mudah2-an harapan rakyat Indonesia tidak pupus, karena masih ada sinar terang disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar