Keluarga bahagia. Gambar:blogs.indonesianpod101.com |
Dari kantor , saya langsung meluncur ke sebuah bakery.
Tadi pagi anak saya pesan pengin sate donat , itu lho donat2
kecil yang ditusuk .
Setelah mengambil nampan dan jepit kue, saya mondar-mandir
memilih aneka kue yang menantang selera, mentul2 dan kebul2 fresh from the
oven.
Tiba-tiba kaget saya, didepan saya berdiri seorang pria menghadang.
Saya perhatikan, agak lupa lupa ingat.
Saia lihat kumisnya bergerak-gerak seirama dengan gerak
bibir nya yang tersenyum menggoda.
Dia menyalami saya :
“ Sudah lupa ya ? “
Saya lebih menajamkan pikiran saya,
mengingat.
Ternyata pria itu adalah Harsadi , salah seorang rekan
kuliah saya tempo dulu.
Diantara rekan pria , Harsadi ini terkenal paling “ laris “ diantara semua .
Dia selalu berhasil “
menempel “ cewek yang paling top
sekalipun , untuk masa itu.
Orangnya sih tidak
terlalu istimewa, tapi amat
simpatik dan perhatian banget.
Tetapi setelah dia ,
ganti sana comot sini , tinggal sini gaet sana , kami , cewek2 ini pada
ilfil dan geregeten semua.
Lebih-lebih bila dia mulai gerilya kerumah dan melancarkan
jurus rayuan mautnya.
Kami lalu ramai2 mulai
bikin siasat , buat kapok dia.
Sehingga kemudian dia mengerti bahwa bukan dia yang bisa
mempermainkan cewek , tetapi malah dia yang dikibulin cewek.
Saya pernah jadi kambing hitamnya, menjebak dia , karena kebetulan pacar saya
bekerja diluar kota .
Saya tersenyum geli ingat peristiwa itu , dan Harsadi pun
rupanya ingat dan mengerti .
“ Eh , tapi aku sekarang nggak seperti dulu lagi lho , aku sekarang sudah alim kok.
Isteriku,.. begini lho
“ , dia mengacungkan jempolnya.
Kamipun omong santai , sempat ditraktir minum dan cake, dan
dia kemudian memberikan alamatnya.
Diapun mengundang datang kerumahnya dengan rekan tempo dulu
, saya mengerti banget siapa yang dimaksud.
Karena acungan jempolnya yang menggelitik itu , suatu sore ,
saya dan Menuk datang kerumahnya ,
disebuah daerah permukiman baru yang bagus dan asri.
“ Aku pengin tahu, bagaimana sih isteri jempolan versi dia
“ kata Menuk sambil nyetir mobilnya.
Ya , Menuk inilah yang dimaksud Harsadi rekan tempo dulunya,
Menuk inilah yang amat parah sempat “
diremuk “ hatinya oleh Harsadi.
Seorang wanita setengah baya, amat sederhana , umur diatas
kami , membuka pintu dengan kalem tanpa ekspresi.
Dan saya jadi keheranan ketika kemudian Harsadi
memperkenalkan wanita itu sebagai isterinya.
Wanita itu , isteri Harsadi , berumur agak jauh diatas kami,
mestinya juga jauh diatas Harsadi.
Amat sangat sederhana, lugu , tanpa ganti baju dan tanpa
memperbaiki make-up samasekali , meski
sudah duduk menemani kami diruang tamunya yang serba manis dan apik.
Bahkan sang nyonya ini hanya mendengar , meladeni minum ,
kue , tanpa embel2 komentar yang asyik dan tanpa ekspresi.
Jadi persis semacam seorang kakak lembut yang baik hati ,
ngemong dan menemani kami bertiga yang sedang bernostalgia.
“ Aneh memang laki-laki itu
“, komentar Menuk geleng geleng waktu kami dijalan.
Sayapun cuma bisa garuk2 kepala yang nggak gatal aja.
“ Kami ingat waktu dia sesumbar dahulu ? , bahwa isterinya pasti akan paling istimewa
diantara kami semua , ingat ? “ Menuk
mengingatkan , dan saya cuma mengangguk.
“ Wanita itu mungkin paling istimewa diantara sekian
gadis2-nya. Nurut , setia , jujur, lugu ,rajin , nrimo , dan pandai mengurus
rumah tangga , tetapi,…rasanya kok “ , dia berpikir
“ Cemburu ya ? “ aku goda dia.
“ Iiih , ..enggaklah, suamiku kan lumayan juga ,…” diapun tergelak.
“ Aku kira , jika laki-laki masa kini pasti tidak menyukai
wanita type seperti itu.
Harsadi kan
type laki-laki tempo doeloe , yang merasa derajadnya lebih tinggi dari wanita.
Dia pasti tersinggung jika isterinya sampai berani membuat reaksi atau bahkan
meng kritik atas segala tingkahnya. Bahaya lho wanita seperti itu “ ,.
“ Kok ? “ , saya
heran.
“ Iya dong, kalau laki-lakinya selalu benar sih enggak apa2.
Tetapi kalau lakinya suka aneh2 dan nyeleweng
, dan isterinya ,…diaaammm terus , apa jadinya ? “
Sayapun berpikir atas kata2 Menuk itu. , benar kayaknya ya
?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar