Persahabatan ibu mertua dan menantunya. Gambar:okezone.com |
Persahabatan saya
dengan ibunda , pasti tidak mengherankan setiap orang.
Saya putrid tunggal beliau dan bunda saya mempunyai pribadi
yang amat baik.
Disamping sabar luar biasa, beliau juga mempunyai sence of
humor yang tinggi.
Kadang kami bisa saling mengerti , dan bisa saling melihat
sesuatu dari sisi kelucuannya.
Indahnya masa kecil yang menyenangkan.
Tetapi teman2 saya tidak habis mengerti dan keheranan, kok
bisanya saya juga hidup rukun dengan ibu
mertua saya.
Padahal menurut mereka, bentrok dengan ibu mertua itu malah
sudah lumrah , sudah agenda rutin harian
mereka.
Bahkan ada yang tanya , saya punya ilmu atau ajian apa ,
atau mungkin kiat khusus agar bisa “
damai “ dengan ibu mertua.
Perasaan, saya tidak pernah
“ menerapkan ajian “ atau jampi2
khusus (…ada2 saja ,…xixixi ),
kepada ibu mertua , juga tidak ada trik2 tertentu.
Swear lho , biasa2 saja kok , lagipula saya kan orangnya sedikit jail dan suka bergurau.
Saya dengan ibu mertua itu serumah.
Bukan berarti beliau tidak punya pilihan , beliau masih
mempunyai rumah pribadi., yang cukup luas disebuah kota kecil.
Juga kakak perempuan suami , putrid beliau mempunyai
kehidupan yang lebih dari cukup , dan selalu mengharapkan beliau bersedia
serumah dengan kakak.
Tetapi beliau memilih tinggal dengan kami , dan saya pasti senang sekali.
Profile beliau, seorang priyayi sepuh yang sabar dan amat
menyayangi kedua putra/i-nya.
Tetapi terkesan beliau lebih sayang pada putranya, suami
saya.
Seperti priyayi sepuh jaman dahulu, beliau masih cekatan,
rajin, tetap santun.
Kadang cerewet , tetapi saya dan suami malah suka menggoda beliau.
Saya dengan suami sama2 bekerja, sehingga punya beberapa
kekurangan dan keterbatasan waktu untuk mengurus dan selalu memperhatikan
keadaan rumah.
Jadi saya malah berpikir, bersyukur , amat terbantu dengan
adanya beliau dirumah .
Jadi ada yang selalu mengawasi segala seluk beluknya , dan pasti amat
bisa dipercaya dan diandalkan.
Kalau kita sudah jadi keluarga, jadi ya harus bersatulah,
saling bantu dan saling percaya.
Itu semua saya dapatkan pada beliau.
Apalagi waktu itu saya mempunyai anak kecil yang harus
diawasi secara extra.
Kadang malah ada adik beliau dari luar kota , yang selalu datang menemani beliau ,
yang berlama-lama ditempat kami untuk bernostalgia dan menemani beliau.
Dan seperti priyayi2 sepuh yang lain , beliau juga hobi
memasak.
Untungnya saya bukan orang yang perfeksionis, saya senang
saja masakan beliau.
Kalau saya suka dengan masakan beliau , saya puji masakan
beliau, tetapi kalau nggak sesuai ya , pilih makan saja diluar.
Ceritanya sih pernah terjadi, waktu itu adik beliau datang
dan membawa makanan favorit keluarga beliau , yaitu brengkesan larva tawon ,
yang konon uenak banget.
Mendengar itu langsung bulu romaku (
bener nich ) berdiri semua.
Bayangan saya, waktu makan itu ada , pasti ada ribuan tawon
yang ikut masuk dan tertelan dimulut. …. hiiii.
Sayapun minta maaf , juga pada suami , enggak bisa deh saya makan bersama mereka.
Sepulang kerja , sayapun mengajak anak saya , kok kebetulan
anak saya juga tidak suka makanan itu, kesebuah super market dan makan disana.
Malamnya, sebelum tidur ,
diranjang ,saya kok jadinya
melihat suami jadi tawon yang
buesar,…saya bergidik , kita bergurau dan saling ejek lucu
, eh , ternyata diapun bener lho jadi
tawon , yang siap ,…menyengat ,….ups, sensor .. ah …hehehe.
Oh, apa ya ceritanya tadi , sampai lupa saya , gara2 tawon.
Ya, beliau , ibu mertua saya itu memang hobi masak, ini
berhubungan dengan pengalaman beliau
dulu .
Beliau adalah salahsatu rekan dekat dari Ibu Dar Mortir , pejuang wanita di
Pertempuran Soroboyo yang heroic itu.
Beliau bertugas di dapur umum , yang mensuplai makanan untuk
pejuang arek2 Suroboyo , yang berjuang
habis2-an dimedan laga.
Saya suka mendengar
kisah beliau dijaman muda waktu aktif didapur umum itu..
Senang sekali melihat beliau yang masih berkobar semangatnya
mengingat jaman pertempuran itu.
Saya dan anak , kadang dengan suami suka tidur2-an, menemani
beliau ditempat tidurnya yang wangi bau
melati.
Kami sekeluarga juga punya hobi memancing dilaut.
Jika beliau ingin ikut , kita cukup di dermaga/kade saja,
tidak berani naik kapal, kawatir beliau agak pusing kena angin dan ombak.
Sudah disiapkannya sambel bajak atau kecap dan lombok rawit
iris., serta nasi hangat .
Jika dapat ikan yang enak , kerapu atau kakap , lobster/bandeng
laut yang gemuk , kadang cumi ,
dimasak/goreng langsung disana dan ramai2 makan dikade.
Saat indah yang tak terlupakan.
Waktu suami dipindah tugaskan di Palembang , beliaupun tetap berkenan ikut.
Saya dan suami harus pontang-panting, mengatur waktu dan
jadwal yang kadang bertabrakan.
Saya bekerja di Surabaya ,
dan sepertinya menjadi tugas beliau untuk tetap mengawasi putra kesayangannya , jika saya ada di Surabaya .
Banyak kesulitan , halangan dan kesukaran di kehidupan kami ?
Pasti banyak, tetapi dengan kerjasama yang baik, kami
berusaha untuk tetap tegar menghadapinya., sebagai suatu keluarga , yang ingin
meraih kebahagiaan.
Meskipun kami toh tetap manusia biasa, yang pasti banyak
mempunyai kekurangan dan keterbatasan tertentu , menghadapi aral yang
melintang.
Aduh , tiba-tiba tulisan saya ini terasa bergetar dan jadi tersendat.
Ternyata saya harus menerima kenyataan , bahwa orang2 tersayang
didekat saya.
Ayah dan ibunda tercinta, ibu mertua dan juga suami saya
semua sudah meninggalkan saya , satu persatu.
Pasti ada luka dihati ini dengan kepergian orang2 tersayang
dan menyayangi kita.
Kadang jika hati ini sedang merintih serta merindu
, dan mengenang orang2 tersayang.
Rasanya saya terhenyak, dan seolah terhempas didimensi yang tidak
saya mengerti.
Dan luka didada ini seolah terkoyak lagi , bak sembilu yang
menyayat.
Dan akan kembali berdarah-darah , hingga terasa ada yang
runtuh didada, pedih sekali.
Saya harus tertunduk dan pasrah.
Tetapi never mind, saya harus tetap berani menatap kedepan
bersama anak saya tersayang , seorang pria muda ganteng yang baik hati.
Yang sepertinya dia juga
bisa bersahabat dengan saya , mendampingi saya yang sudah sepuh , uzur dan mulai rapuh ini .
Ya , untuk menggantikan beliau2 yang sudah meninggalkan
saya., terlebih dahulu.
Bagaimanapun saya juga
masih merasa bersyukur , karena sudah
pernah diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan yang apik dan manis
seperti itu bertahun yang lalu.
Caprib :
Hal-hal terbaik dan terindah didunia , tak dapat dilihat dan
disentuh
Mereka hanya bisa dirasakan dengan hati.
( Helen Keller )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar