Dahulu , Ibu saya mempunyai pembantu , perempuan tua, tetapi
masih gesit.
Dia bekas koki Belanda, yang masih amat suka memasak
masakan-masakan Belanda tempo doeloe.
Amat rajin , necis , dengan seragam baju putih lengan pendek
dan kain/jarit batik.
Amat senang sekali menunjukkan kepiawaiannya masak ,
terlebih Ibu suka melengkapi segala kebutuhan bahan masakan yang dibutuhkan.
Yang amat istimewa, dia latah berat, dan namanya , kita
biasa memanggilnya mbok Mah.
Ketika saya tanya apa sedari kecil dia sudah latah seperti
itu.
Dia bercerita, bahwa waktu masih kecil , dia biasa2 saja ,
normal.
Tetapi suatu malam dia mimpi , bahwa disekitarnya banyak
bergelantungan ,…maaf banyak kemaluan/kelamin laki-laki , yang kemudian berputar-putar
mengelilingi dia.
Dia takut setengah mati , sampai menjerit-jerit – mengigau (
Jw : tindihen ) , dan sampai dibangunkan orang tuanya.
Katanya dia sampai terengah-engah, dadanya terasa sesak dan
setelah diberi minum orang tuanya dia betul-betul
sadar.
Sejak itu dia menjadi latah berat , amat sangat latah.
Sebenarnya banyak yang tidak mau memakai dia, ya karena perangainya itu .
Tetapi dia merupakan
“ tulang punggung “ keluarganya, jadi Ibu merasa kasihan juga.
Dan entah kenapa Ibu
saya kok suka dia , tetapi beliau wanti-wanti orang2 jangan ada yang berani
menggoda dia,….hehe, kecuali Ibu sendiri jika lagi iseng , dan saya sendiri
yang memang sok jahil, …..like daughter like mom , tentu saja.
Disamping masakanannya yang memang enak, kelatahannya sering
jadi guyonan.
Banyak sobat , famili dan kenalan keluarga kami , sering
menggoda iseng dia , jika ingin hiburan gratis murah yang konyol.
Kalau membawa apa2, disuruh mbanting atau buang , langsung
saja dibuang.
Sering kita goda : “
Ayo , cincing,..cincing ( tarik kainnya
keatas ), …diapun langsung menarik kainnya tinggi-tinggi dengan melenggang
lenggok.
Tetapi sejenak ingat, dia pasti lari malu terbirit
–birit dan kita masih tergelak-gelak dan terkekeh-kekeh.
Saya perhatikan, gerak reflexnya amat cepat, dia akan
menirukan setiap gerakan yang mungkin merangsang syarafnya , terlebih yang dirasa agak ekstrem.
Hari itu Ibu datang ke rumah saya dengan membawa serta mbok Mah .
Ibu ingin kepiting ngglembosi, sejenis kepiting yang lembek,
yang memang enak buangeet.
Mbok Mah saya ajak ke pasar Pucang, salah satu pasar dikota
saya, yang cukup lengkap bangsa ikan2-annya.
Lihat2 ikan, tiba-tiba dilorong ikan itu ada pengemis cacad,
dekil kurus compang camping dan lusuh.
Tangan dan kakinya pengkor/cacad , jalannya terseok-seok.,
penuh perban lusuh ada kelihatan luka obat merah , rambutnya awut2-an ditutupi topi yang
kotor. Mulutnya mencong,
memelas , sambil menadahkan tangannya pada setiap orang :
“ Sakwelase , sakwelase , nyuwun sakwelase (
serelanya , serelanya , minta serelanya ),
Saya membuka dompet mencari uang receh, tiba-tiba bangak
terdengar tawa ngakak geli dari
bakul-bakul disekitar lorong itu.
Saya lihat , ternyata si latah ikut bertingkah persis
seperti yang dilakukan pengemis itu.
Berjalan terseok , mulut mencong dan sambil menengadahkan
tangan pada bakul2 sekitar lorong itu., minta-minta.
Herannya , sayapun
lihat sipengemis asli ikut tertawa sampai terpingkal-pingkal hingga
terduduk dan jadi lupa dengan action yang dijalaninya.
Ternyata pengemis itu masih muda dan tidak cacad samasekali,
bahkan sempat menggoda si-mbok sampai beberapa kali.
Sesudah seolah sadar, diapun langsung ngeloyor keluar dari
lorong penjualan ikan itu.
Alhasil siang itu, bakul2 pasar Pucang dapat hiburan gratis
sampai tertawa terpingkal-pingkal.
Sayapun berpikir , ada-ada saja cara orang cari duit, -
abote wong golek sandang pangan.
Beratnya orang cari penghidupan, sampai berlagak seperti
pengemis cacad.
Tetapi sekali ini dia kena batunya, karena ulah si mbok Mah yang
latah itu.
Maaf ya, terganggu sedikit pekerjaan untuk cari nafkahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar