Saling silang yang tidak perlu. Gambar:eka-mama.ru |
Karena sudah lama janji dengan Lina, salah satu saudara
sepupuku, hari ini aku memerlukan datang
kerumahnya.
Lina dengan aku cukup akrab , kita biasa berhahahihi bersama
dan dia merupakan pribadi yang menyenangkan juga.
Sesudah Lina menikah kemudian suaminya dipindah kedaerah Indonesia timur
, kita seolah terputus hubungan.
Aku sendiri saat itu
juga masih pontang-panting, karena suami ditugaskan di daerah Indonesia barat.
Tapi dari sana dia masih saja
sering menulis surat
dengan berpanjang lebar tentang hidup perkawinannya , yang terasa jauh dari
harapan dan mimpi2nya dahulu.
Ternyata ibu mertuanya ikut dengan mereka pindah juga
bersama , dan inilah pokok permasalahannya.
Ketika aku datang , kami berangkulan, dan aku lihat dia kurusan dan sepertinya kurang segar
, tampak agak murung.
“ Kok kamu langsing ?
“ , aku tanya , nggak enak bilang dia kurus dan lusuh.
“ Makan ati ! “ , dia jawab ketus.
“ Enak dong, apalagi dibikin sambel goreng , pakek kentang
wortel pete , pedes2 dikit , pasti gurih …. “ aku coba nggoda dia.
“ Mending,…. “ , kami duduk dan dia mulai cerita tentang
pernikahannya.
Bercerita yang mengharu-biru , dan sering aku coba berkelakar , ingatkan cerita2
lucu tempo dulu , aneh, sepertinya enggak nyambung , dia banyak berubah dari
perangai dulu waktu kita masih muda.
Ditengah ceritanya yang menggebu, tiba2 dia melihat jam.
Dan dia seolah terpaku, kulihat jam itu juga , jam 14.00,
jam dua.
“ Oh , mas Adi dan mami sebentar lagi datang “ , dia langsung bangkit dan membenahi segala
yang tadi berserakan dimeja.
Minumanku dan segala
kue dan kudapan diangkat pula ,
“ Ntar aku ganti
“, dan dia memanggil dua
pembantunya dan acara berbenah itupun lanjut.
Sebentar kemudian minuman itu dan segala kue dan kudapan plus tempatnya datang lagi tapi sudah berganti semua , lebih rapi tertata .
Ibu Lina yang kebetulan
berkunjung juga ikut ribut berbenah, meja makan ditata dan bersih2 perabot pula, suasananya ribut jadinya.
Aku merasa bersalah juga, bertamu kok lama banget , sampai
mungkin mengacaukan jadwal harian mereka.
Aku lihat Lina juga berganti baju, aku bertanya-tanya.
Untung suamiku datang
menjemput , maunya sih langsung pamit , nggak enak juga lihat suasana ribet
gitu.
Tiba-tiba seperti ada komando, nyonya rumah tergegas lari membuka pintu , kami juga serentak
berdiri.
Dan seperti acara2 resmi diteve, saya lihat betapa sang
suami datang bersama maminya,
Dan setelah melihat kami, beliau menyalami dan maminya
memeluk aku dan langsung matanya menatap meja yang penuh hidangan.
Kemudian mereka berdua ngeloyor langsung kebelakang.
Suasana diruang tamu itu terasa sunyi sepi, kayak ada setan
lewat.
Ketika aku dan suami mau pamit, dua pembantu itu masuk dan
membenahi kue dan kudapan plus minumannya juga.
Aku kok bingung ya ?
Sebentar kemudian sang mami keluar, sudah ganti baju beserta
sang putra , suami Lina , yang sudah ganti pakai batik lengan panjang.
“ Aduh , maaf ya , ada tamu kok suguhannya kayak di
warung,….bla, bla , bla, ( beliau tanya2 kabar keluarga aku ) ….tante tadi
punya macaroni schotel enak lho , ini harus dicicipi
…” dan dua pembantu itu datang
lagi , membawa satu tea set indah komplit dengan piring kue besar- schal- yang berisi macaroni schotel yang enak ,
penuh lelehan keju , juga ada piring kuwe kecil plus sendoknya.
Temu ramah ini suasananya kaku, resmi dan rasanya aneh
sekali.
“ Wah , tante
schotelnya enak sekali “ , aku coba
memecah kesunyian itu.
Dan sang mami itu langsung bertepuk : “
Iya kan ,
tante selalu bilang, gitu kalau masak,… dll…dsbnya….etc…etc” dan banyak lagi
perkataan beliau, yang menurutku amat , seolah menyudukan Lina.
Saya lihat Lina duduk diam saja, seolah tanpa ekspresi
meskipun tampak senyum.
Dimobil aku termenung , memikirkan adegan drama dirumah Lina
.
Lucu juga seperti baru diundang pada jamuan resmi acara “
minum teh “ dari maharaja diatas angin, antah berantah.
Beberapa waktu kemudian
Lina datang kerumahku , masih kusut saja.
“ Nenek sihir itu suka sama kamu “. katanya tanpa ujung pangkal.
“ Maksudmu ? “, aku tanya tidak mengerti.
‘ Iya, maminya Adi suka sama kamu, katanya kamu itu menantu
ideal, santun ,ngerti dan menurut sama
mertua “ kata Lina serius.
Aku berpikir sejenak
, mencoba ingat2 apa yang aku perbuat dirumah Lina, sampai mertua Lina
yang sok galak itu langsung “ jatuh hati
“ padaku.
Aku ketawa : “ Hei ,
dengar , kamu kenal aku sejak muda kan ?, Aku ketemu mertuamu cuma beberapa
saat , kalau dia ngerti asliku, dia pasti setrok dadakan ! “ aku ketawa , tiba2 Lina kemudian juga ketawa.
Dia mungkin baru sadar bahwa aku bukanlah seperti yang
dibayangkan mertuanya.
“ Mungkin kamu nggak pernah memuji dia ya ? “ aku pancing
dia.
“ Memuji ? , lihat mukanya aja aku sudah stress , sudah
nek/mual duluan ! “ ekspresinya tampak sengit.
: Coba deh, puji dia. Yah, sekedar sedikit rasa terima kasih
kamu, karena dia sudah mendidik suami kamu sejak bayi, sebenarnya suami kamu kan cukup baik.
Kamu lebih muda, sepatutnya ngalah dan kamu juga pasti kalah
pengalaman dari beliau ,
Terlebih dia pasti lebih mengenal suamimu lebih lama dari kamu ,…see ? “
“ Tidak segampang itu , “ dia termenung.
Hidup rumahtangga Lina penuh dengan aturan2 yang diterapkan
oleh keluarga suaminya.
Dan itu samasekali berbeda dari cita2-nya semula , sejak
menikah.
Tapi suaminya tidak berdaya, ibu mertuanya kelewat dominant .
Hidupnya penuh penderitaan, korban perasaan , harus ini,
harus itu, yang sesuai dengan pola yang
dibuat oleh mertuanya.
Kepribadiannya hilang, dan dia selalu mengorbankan ego dan perasaannya
sendiri.
Hidupnya selalu bersandiwara, sandiwara pahit tentu saja.
Aku mendesah, ah, tragisnya wanita Indonesia .
Pada jaman yang katanya sudah emansipasi ini, dijaman
millennium ini, ternyata mereka masih dijajah juga.
Dijajah oleh suaminya sendiri, layak seorang dictator tangan besi ,
Dan herannya segala bentuk penjajahan itu berasal dari doktrin ibunya .yang
mestinya seorang wanita juga.
Seyogyanya kejadian ini bisa sebagai bahan untuk renungan
bagi ibu2 yang mempunyai anak laki2.
Mereka dapat mendidik putranya untuk berlaku baik, wajar dan
selalu menghormati serta tidak merendahkan wanita.
Ini pasti demi kepentingan wanita juga, mestinya harus dari wanita jua.
Bukankan wanita adalah pendidik pertama dan utama dari semua
generasi ?
Aku tergelak ketika terima undangan masak bersama dengan Lina dan
mertuanya.
“ Kamu sudah memujinya kan ? “ aku bertanya .
“ Belum , aku baru cerita pengin belajar masak sama
dia,..eh, beliau “ dia terkikik.
“ Dan kamu harus datang , nanti kita puji bersama , supaya
dia,.eh. beliau makin yakin ! ,….ayo,
bantu aku , please ? , bener ya ? “ dia seolah merayu.
“ Bawa suami dan anakmu, sekali-kali mingguan dirumahku.
Beri aku semangat !”
Aku sanggupi , senyampang minggu ini juga tidak ada acara
bagi keluarga.
“ Satu loyang aku bawa pulang ya , mahal lho ngundang
aku ? “
“ Kata mami , beliau
mau keluarin resep rahasianya khusus
buat kamu , pasti boleh kamu bawa pulang , dua loyang juga boleh kok “ , dia ketawa renyah.
Caprib ( Catatan
Pribadi ) :
Adalah suatu kesalahan untuk membiarkan kehidupan itu menjadi rumit ,
Kehidupan sebenarnya sangatlah sederhana , dan hanya dengan
memikirkannya secara positif , ia dapat
menguasainya.
(
Feather ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar