Bunga-bunga cinta. Gambar:nuansasurga.wordpress.com |
Nia, salah seorang kenalan saya dari kalangan “ high –class
“ , menelepon :
“ Kau tahu , si Aan lagi operasi ? “ , terdengar dia terkikik..
“ Hah , sakit apa dia ? “ , kaget juga saya, karena belum pernah dengar si Aan
sakit serius , mengeluh saja rasanya
nggak pernah.
Kok tiba-tiba dengar dia dioperasi.
“ Ssst,…operasi …hahaha
“ , Nia terdengar ketawanya makin
kegenitan.
“ Eh , kau sinting ya ? , ada teman operasi kok malah
kesenangan ? “ , saya makin heran.
Dengan suara basak-bisik campur geli, Nia bercerita bahwa
Aan operasi untuk bisa menjadi “ dara “
alias perawan lagi.
Tentu saja saya jadi terbelalak dan heran bukan main.
Menurut Nia , suami Aan , pak Martief kabarnya lagi “ ada main” dengan seorang dara yang masih berbau kencur
, amat muda.
Dan untuk menandingi si-dara itu , Aan berbuat gila2-an
seperti itu.
Memikirkan ada seorang sobat yang kebingungan seperti itu ,
saya jadi sedih juga.
Dan sebelum saya
sempat kerumahnya, Aan sudah menelepon.
Ceritanya tak jauh berbeda dengan ceritanya ke Nia.
“ Aku pengin ngobrol nih , tapi jangan dirumahmu , aku segan
sama ibu mertuamu “.
“ Emangnya kita mau selingkuh , kok pakek sungkan segala ? “ saya goda dia.
Sayapun sepakat
kerumahnya , agar kita lebih bebas saja ngobrolnya.
Suatu sore saya datang kerumahnya, dan lebih-lebih lagi saya
keheranan.
Aan saya lihat banyak perubahan.
Bukan wajahnya, tetapi penampilan , juga perangainya.
Lagaknya layak kalau dia baru berumur
tujuh-belasan-tahun , jika orang belum
dekat mengenalnya dan mengamati wajahnya.
“ Beginilah, seharusnya jika seseorang punya suami
mata-keranjang kayak suamiku.
Harus punya banyak akal dan tidak boleh ketinggalan jaman !
“ , dia berkata centil , menjelaskan secara meyakinkan.
“ Tetapi apakah kita harus selalu berlagak seperti anak
belasan tahun , padahal umur kita kan
hampir limapuluhan ? “ , saya bertanya .
“ Soalnya Martief selalu berhubungan dengan wanita2 yang
masih muda, perawan yang masih kinyis. Dan aku pasti tak mau kalah dengan mereka.
Juga dengan Martief , apa yang dia buat , aku juga bisa,
kenapa tidak ?.
Wanita tidak boleh kalah dong dengan laki-laki , enak saja !
“
Saya perhatikan dia , menata hidangan dan menawarkan aneka
minuman di meja tamu yang dilayani dua pembantunya.
Rupanya Aan memang tidak mau pernah kalah dengan pak Martief suaminya sendiri.
Pernikahan itu rupanya bagi Aan seperti ajang peperangan ,
jadi harus ada kalah dan ada yang menang. Aneh dia .
“ Emangnya waktu kamu nikah dulu, kamu niat cari musuh ya ,
bukan cari rekan untuk kerjasama berbagi suka duka dalam mencapai cita-cita
keluargamu ? “ , saya bertanya.
Kami saling berpandangan , kemudian dia mengiris kue lapis
keju dan mengambilkan piring kecil ,
menyodorkan pada saya dan mendekatkan
tempat tissue.
Saya pandangi dia , terlihat dia menerawang., seolah
berpikir.
Strategi perkawinan yang mengutamakan kebahagiaan bersama ,
rupanya dirubahnya menjadi strategi peperangan.
Peperangan yang mengutamakan kemenangan satu fihak dan mengalahkan
fihak lain, tidak peduli apa yang terjadi.
Saya lalu berpikir, kalau toh dia menang ( saya
sebetulnya kurang mengerti dengan versi kalah dan menangnya dia ), lalu
mau apa dia dan apa gunanya ?
Seharusnya perkawinan selalu didasari atas saling mengerti
dan memahami , saling menasihati dan memperingatkan antara kedua insan yang
membentuk rumahtangga itu, demi kebahagiaan bersama sekeluarga.
Tidak lagi saling memandang satu dengan yang lain, kalau terus
saling pandang , jangan2 malah saling selidik untuk mencari kekurangan atau
kesalahan masing2.
Tetapi seharusnya kita harus memandang kesatu titik yang dituju
bersama untuk mencapainya .
“ Tetapi dia selalu
berkhianat , dengan anak2 belia
pula , siapa nggak sakit hati ? , herannya anak2 muda itu kok ya mau aja dengan
dia , dasar buaya darat ! “ dia menghela nafas.
“ Itu kamu sudah tahu dari dulu kan ? “
, saya ingatkan dia.
“ Suamimu bukan dewa atau malaikat , dia manusia biasa saja,
bisa salah, khilaf, sengaja atau tidak, pasti banyak punya kekurangan dan
keterbatasan, lebih2 pak Martief yang
suka iseng sana-sini. Heran kamu ? ,
baru sadar ? “ , saya bertanya heran.
“ Aku pengin balas dia, supaya ngerti sakitnya hati
dikhianati ! “ dia meremas tissue.
“Balas dendam tidak pernah bisa menyelesaikan masalah ,
malah dia terus bergulir, saling balas
lagi, terus menerus kan
? “ , saya kok tiba2 ingat jika melihat film silat , shao Lin, dimana setiap
suhu atau biksu melarang adanya balas dendam.
“ Tapi apa aku salah melakukan semua ini ?
, “ , dia seolah mempertontonkan penampilannya.
“ Tidak juga, apapun upayamu, bila itu bisa menunjang rasa
percaya dirimu, kurasa baik2 saja “ ,
saya mengambil beberapa snack lagi , dan dilayaninya dengan menambah
lagi.
“ Asal itu bukan lagi jadi ajang/sarana untuk pelampiasan
balas dendam saja “ , saya pandangi dia
lagi, dia termenung , matanya berkedip-kedip.
Jika telah terjalin rasa saling pengertian, memandang
dititik yang sama , tentu akan timbul kebersamaan dan tekad bersama untuk mencapai tujuan itu.
Segala aral pasti bisa diatasi, dan dengan sendirinya segala
macam “ topeng “ bisa ditanggalkan.
Tidak perlu berlagak gaya aneh2 , berlagak sok
muda dan dikagumi banyak orang , sampai melakukan perubahan phisik yang
mengherankan.
Jika semua berjalan wajar dan sederhana bahagia , hati ini
menjadi tenteram.
Dan kita semua tahu, bahwa ketenteraman merupakan jamu yang
paling ampuh untuk seseorang , bisa bikin awet muda, baik jasmani
maupun rohani.
Tidak usah melakukan segala
rekayasa “ memper-sempurnakan
“ bagian2 tubuh kita.
Kecantikan dan keindahan itu bakal keluar sendiri , dari hati nurani yang tulus murni.
Dan itu adalah kecantikan dan keindahan dari dalam, suatu
inner beauty yang mumpuni yang selalu bersinar sepanjang kehidupan.
Percayalah !.
Kesederhanaan menciptakan dan memupuk kebahagiaan serta
menambah kegembiraan yang timbul daripadanya.
Sebaliknya, barangsiapa yang melampaui batas-batas
kesederhanaan, baginya barang yang menyenangkan/dahsyat sekalipun , akan tetap
menjadi sesuatu yang menyedihkan.
( Demokritos ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar