![]() |
Gambar :yustisi.com |
Saya seorang ibu rumah tangga , yang berumur 42
tahun. Sudah menikah hampir 20
tahun. Anak tiga orang , semua sudah
remaja.
Bunda, bagaimana sikap saya terhadap suami yang suka
nyeleweng, artinya dia suka keluar malam , ketempat yang memalukan ,
lokalisasi.
Sudah berkali saya peringatkan , dengan nasihat, tengkar ,
juga akibat2-nya bagi kesehatan atau nama baik - saya malu sekali bunda – terlebih anak-anak
saya yang sudah remaja.
Mereka sudah kritis dan selalu bertanya-tanya tentang ayah
mereka.
Keadaan keuangan keluarga memang tidak terganggu, tetapi
saya kan
ingin sesudah pulang dari kantor , dia ada dirumah bersama keluarganya- bukan
malah bergadang tidak karuan – dikantor nya diapun cukup punya kedudukan yang
lumayan.
Usaha saya tidak kurang-kurang , sering saya ajak bertandang
kerumah keluarga yang suaminya betah di rumah atau ketempat2 hiburan keluarga
dan makan2 bersama anak2.
Ustad juga pernah saya datangkan dan dia dinasihati
macam-macam.
Tetapi begitu segala acara selesai, diapun berangkat lagi
bergadang sampai jauh malam.
Perilakunya sebenarnya tidak berubah , sampai marah-marah
atau kawin lagi juga tidak.
Dia selalu berkata – sudahlah , aku tidak pernah menghalangi
kesenanganmu , jadi kamupun tidak usah menghalangi kesenanganku..
Pokoknya aku tidak bakalan lupa tanggung jawab terhadap
keluarga ,tidak bakal kawin lagi- meskipun nikah siri sekalipun.
Kalau sudah begitu , saya memang tidak bisa berbuat apa-apa
lagi.
Bunda , apakah memang begini nasip seorang wanita ?. Untuk
minta cerai , sayapun bingung , karena selama ini saya tidak pernah bekerja ,
jadi saya 100 % tergantung pada suami. Kesenangan saya hanya masak makanan kesukaan seluruh keluarga dan
mereka memuji keenakan masakan saya.
Bunda, kadang-kadang saya malas dan jijik jika kumpul dengan
suami , mengingat dia tentu sudah amat kotor ,karena hampir tiap malam dia
bergaul dengan wanita “gituan “.
Bagaimana cara menginsyafkan dia – apa akalnya ya bunda ?
Swandari’s Mind :
Rupanya nanda lupa menyebut umur suami dan juga apakah “ hobby “-nya itu memang merupakan hobby
sejak dulu – sejak muda – atau setelah lewat 40 tahunan.
Ini penting untuk mencarikan jalan keluarnya .
Kalau umurnya lewat 40 tahun , ada kemungkinan suami mulai
memasuki puber kedua.
Banyak yang tidak percaya , tetapi secara logika bisa
diterima.
Pria seumuran itu setidaknya mulai mapan, punya kuasa dan
duit berlebih., sementara kondisi badannya mulai menurun.
Dia takut kehilangan “ kejantanannya “, dan pasti ingin
membuktikan kalau dia tetap fit segar gagah perkasa , memppunyai kemampuan
hebat , banyak pengagumnya , jadi pada umur segitu , banyak pria yang kumat
genitnya.
Dan kepuasan untuk mendapatkan hal seperti itu , pasti bisa didapat suami di
tempat-tempat “ begituan “ , yang memang menyediakan bidadari2 penghibur
nomor wahit.
Bunda pernah survey ditempat seperti itu disebuah lokalisasi
yang besar – dan disana memang diajari cara2 untuk meladeni bagaimana
menyenangkan laki2 berbagai type.
Ananda , kalau suami memang sudah hobby gituan sejak muda ,
..mmm,.. bagaimana kalau sekali-kali kita juga mau meniru gaya
mereka – kan-
katanya seorang isteri itu harus multi talenta
…ups – tapi bener nih – ini tidak bercanda lho.
Seorang isteri disamping harus bisa menjadi sahabat , juga
menjadi ibu , tapi ada lagi yang penting , yaitu bisa jadi “ begituan “ bagi
suaminya.
Kedengarannya memang terlalu kasar , tetapi apa boleh buat ,
daripada sang suami terus bergadang dan kabur2 dari rumah melulu.Kalau nanda
tidak sanggup bertindak bak bidadari penghibur bagi suami , yah , anda akan
terus sakit hati sampai suami loyo.
Atau ditunggu beberapa tahun , hingga pubernya usai dan dia
bakal balik pulang kerumah dengan santun , layak seorang anak yang pulang dari
pengembaraan yang asyik
Tetapi betapapun hal seperti itu sudah nanda jalani lama ? .
Bunda jadi malah heran kenapa nanda baru meyadari sekarang ?
Sudah putus asa ? , ananda putus asa itu tidak baik , atau
untuk bercerai ? --- ah , bercerai itu tidak menyelesaikan masalah , malah
nambahi masalah – percaya sama bunda . Lagipula kok terlambat banget untuk
putus asa , petualangan suami itu hampir usai ,tunggu saja – atau mau merubah
haluan ?
Sepertinya menjadi bidadari penghibur itu tidak sulit kok –
itu kan
memang bakat alami setiap perempuan ? , lagipula dilakukan dengan suami sendiri
, tidak ada dosa.
Saya yakin suami pun bakal betah dirumah menekuni hobby itu
bersama isterinya , lebih asyik kan
? , dan tidak bakal kabur-kabur lagi.
Sementara itu untuk nanda pribadi , cobalah berusaha untuk
menekuni suatu ketrampilan untuk membangun diri dan menambah rasa pede dihati.
Bunda lihat nanda pinter masak ya ? , kenapa tidak
diteruskan hobby yang berguna itu ?
Sepertinya sekarang banyak usaha kecil2-an rumahan yang bisa
berkembang jadi usaha yang lumayan , kenapa tidak dicoba ?
Ayolah , masih banyak jalan untuk berbahagia ,jangan
suntuk pada sesuatu dengan hanya menangisinya – tidak
setiap wanita bernasip jelek seperti
itu.
Nasip perempuan tergantung ditangannya , semangatnya sendiri dan otak yang dianugerahi Tuhan
kepadanya untuk bisa dipergunakan sebaik mungkin.
Bunda percaya , masih ada fajar disana – bangkit ananda !.
Swandari’s Mind :
Bercanda dalam pernak-pernik cinta dan berbagi hati dalam
warna-warni kehidupan.
Caprib ( Catatan Pribadi ) :
Cinta yang tidak memperbaharui setiap hari , akan menjadi
kebiasaan , lalu menjelma menjadi perbudakan.
( Kahlil Gibran
: Pasir dan Buih )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar