Kamis, 23 Juni 2011

Stop Lokalisasi , Bom Simalakama

Mulai 8 Juni 2011 diharapkan lokalisasi diseluruh Jawa Timur sudah harus ditutup.
Ini berdasarkan instruksi Gubernur Jawa Timur , dengan alasan untuk mencegah meluasnya AIDS di wilayah itu.

Harapan yang bagus , pasti didukung oleh sebagian besar orang yang berdomisili
didaerah ini, siapa yang tidak ngeri bila ditakuti-takuti AIDS, yang konon belum ada obatnya yang ces-pleng hingga sekarang.

Tetapi, segampang itukah ?, ditutup terus semua berjalan mulus.
Ternyata beberapa kabupaten menolak menutup lokalisasi didaerahnya - kelihatannya
mereka lebih kritis, atau aparat setempat memang benar mengerti tentang permasalahannya dengan betul.

Masalahnya bukan cuma menutup lokalisasi prostitusi saja, tetapi akan banyak dampak yang bakal terjadi dan mereka harus mencarikan solusinya yang tidak gampang dan tidak sepele.

Saya pernah diajak oleh salah seorang aktifis perempuan kedaerah lokalisasi
yang terkenal di Jawa Timur.
Setelah bla bla bla. kami mendapat penjelasan dari salah seorang penguasa didaerah itu, bahwa seorang PSK tidak akan tahan lama disatu tempat, mereka pasti di rolling ketempat lain, karena pelanggannnya pasti bosan dengan yang itu-itu saja. “ Pelanggan itu kan Raja “ katanya dengan dua jempolnya.
Sepertinya PSK dianggap layaknya barang dagangan saja, yang bisa dibuang atau diganti , bongkar pasang sanasini sesuai dengan hasrat keinginan pelanggannya. Menyedihkan.

Didaerah Malang terdata ada 5 lokalisasi besar, SumberPucung, Gondang Legi, Kepanjen, Wonosari dan Kromongan. Dan tercatat ada 700 PSK dengan pelanggan
12.600 orang. Dan saya pastikan ada lebih banyak lagi diluar sana yang tidak terdata., PSK maupun pelanggannya.

Jika kemudian ternyata lokalisasinya jadi ditutup dan penghuninya dibawa kepanti
rehabilitasi untuk diberdayakan, apa yang bakal terjadi dengan para pelanggannya ?
Orang-orang yang mempunyai temperamen sex dan hasrat yang tinggi, kelainan sex, perilaku liar dan nylenah, dimana mereka melampiaskan hasratnya ?
Mereka akan mencari tempat lain, kalau tempat lain tutup, mereka akan merambah ketempat yang seharusnya tidak layak , terlarang untuk dimasuki.


Karena predator sex ini bukan cuma preman yang jelas tampak kasad mata, tetapi mereka mungkin orang yang ada disekitar kita, orang yang mungkin kita hormati ada didekat kita. dikeluarga kita , dilokalisasi yang saya datangi itu, saya lihat beberapa remaja putih abu-abu saling berboncengan, melaju pelan celingak-celinguk cekikikan. Bagaimana ya cara pamit mereka pada ortunya tadi, saat itu masih jam 10 pagi lho.


Predator sex pasti mencari tempat lain, terpaksa menyebar masuk kekomunitas steril dari prostitusi, masuk kedaerah kita , kekomunitas kita mungkin masuk kerumah kita. Dan kalau ada AIDS pasti juga ikut menyebar kemana-mana tanpa
kontrol, dan kendali . Perkosaan atau roda paksa yang lain makin mengkhawatirkan
dan mengintai gadis baik-baik, perempuan yang tidak berprofesi sebagai pelacur.

Dilokalisasi, yang tertata rapi, diharapkan segala perilaku “ lain “ dan juga penyakitnya ( bukan cuma AIDS saja, banyak penyakit kelamin yang lain ) bisa terdeteksi, terkoreksi dengan cepat dan bisa dilokaliser setempat, tidak merambah kemana-mana.

Jika penutupan itu sampai batas nanti tahun 2016, masih punya waktu untuk berbenah diri. Disamping memberdayakan PSKnya , tidak kalah penting adalah memberdayakan mental para calon pelanggannya , “ Raja “ dibisnis itu.
Bahwa masih banyak prilaku atau kegiatan lain yang lebih bermanfaat daripada berkeliaran ditempat prostitusi dan mengumbar naluri sexnya gila-gilaan.

Karena bagaimanapun laiknya sebuah bisnis, tanpa pelanggan, usaha itu pasti akan mati sendiri. Dan lokalisasi pasti akan bangkrut tanpa adanya pelanggan yang rajin
menyambangi tempat seperti itu.
Memang harus ada kerja keras dari banyak fihak untuk menanggulangi masalah
yang cukup rumit ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar