Sabtu, 24 September 2011

Glamur Ber- Digital

Banyak yang mengatakan kalau belajar itu tidak mengenal umur.
Pokoknya punya hasrat dan semangat, never mind, pantang mundur, maju terus.
Sebenarnya sih saya tidak punya tekad seperti motto itu, terlebih sesudah saya harus menyaksikan beberapa sahabat karib meninggal secara mendadak karena serangan jantung ,dan saya juga pernah masuk rumah sakit 23 hari karena lemah jantung, hati ini seolah patah semangat.
Tetapi anak saya selalu mendorong untuk belajar sesuatu yang baru , computer.
Karena tempo doeloe saya pernah bekerja dimedia , koran dan majalah, kalau urusan ketik-mengetik, itu yang jadul berisik merdu, sambil tutup matapun jadi
Tetapi computer, nanti dulu.

Eh, ya ngomong perkara umur, saya ini terus terang tergolong glamur, golongan laju umur, istilahnya konon sama dengan lansia, tetapi saya tidak suka dengan istilah itu, kayaknya lebih suka dengan glamur, terkesan lebih segar, bersemangat dan exotic ( bener ya ? … hihihi, bisa aja ).
Umur saya baru … sweet – dak , alias enampuluhan ( Jawa ) lebih sedikit, pasnya 66 tahun plus beberapa bulan.
Dan seperti kisah klasik yang lain, dosen pembimbing saya adalah anak sendiri, pemuda ganteng, baik hati dan sabar.
Saya juga dengar jika para sesepuh ingin belajar computer, mereka juga diajari anaknya sendiri, jadi tidak perlu malu, mereka nyatanya memang lebih jago dari kita.


Sampai sebulan saya masih kepleset - pleset untuk menghafal segala seluk beluk mesin ini, untung pak dosen selalu memberi semangat pada saya.
Kadang saya tertawa sendiri, computer ini sungguh sangat canggih, bahkan sering menjulukinya dengan si -“ kemeruh “ artinya sok tahu.
Sering jika mau ketik sesuatu, belum selesai klik, sudah ada sederet jawaban. Saya juga suka menggoda dengan pertanyaan yang rada rada aneh, nyleneh dan konyol, eh bisa jawab juga, meskipun kadang melenceng kemana – mana.


Sayapun menghubungi beberapa rekan “ tempo doeloe “, tetapi umumnya jawabannya sangat mengecewakan, mereka malas belajar computer, alasannya katanya belum apa apa sudah mumet/pusing lihat banyaknya tuts di keyboard, itu kan mainannya anak muda.
Mereka malah memilih ketemu saja, atau pakai telpun/. hape lebih intim, bila pengin kontak dengan saya,…dasar glamur.
Beralih mencari diFB, saya pilih yang tampak diphoto sepantaran dengan harapan sepertinya lebih nyambung.
Yang lucu , terpampang dua wanita, satu muda satunya seumur saya, ternyata yang muda malah yang njawab, salah sasaran dong.
Beberapa rekan memang sudah saya temukan, tetapi penginnya sahabat yang bisa memberi api semangat hidup pada nurani.
Sepertinya FB memang banyak dimanfaatkan oleh para kawula muda.


 Setelah cari sana sini, akhirnya ketemu Kompasiana, saya tertegun, ini sahabat yang saya tunggu dan cari.
Secara bebas kita bisa menumpahkan segala uneg-uneg, pengalaman hidup, suka duka dan mungkin mimpi-mimpi mendatang.
Membaca tulisan yang beraneka ragam di Kompasiana betul bisa menambah wawasan saya, layaknya kita membuka bola kristal ajaib, tinggal ketak-ketik, apapun terpampang didepan mata.
Penulisnyapun dari semua golongan, buruh, bos, laki wanita, muda tapi kok jarang yang sepuh ya ? Ayo dong sahabat glamur, growing old does not mean you stop growing, tak tunggu beneran.

Terlebih setelah ada Kompasiana Freez, yang rencananya mau bikin tabloid, aduh saya makin semangat. Karena disamping mau menghargai karya kita, menampilkan dan dipublikasikan dalam media cetak , juga diberi honor,.. saya sudah merasakan icip-icipnya, sudah pernah kebagian lho… asyik.
Maju terus Kompasiana Freez, kami pasti dukung, jabat hati.
Rasanya kenangan waktu masih muda kembali tergambar, manis sekali.



Caprib ( Catatan Pribadi ) :
Orang yang memiliki ilmu dan ketrampilan
dengan mudah mengatasi kesukaran.
Oleh karena itu mari kita isi diri kita dengan ilmu
Pengetahuan dan ketrampilan yang pasti akan berguna
setiap waktu. ( Anonymous )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar