Selasa, 29 Maret 2011

S-u-r-t-i … S-u-r-t-i

Saya sebenarnya tidak suka nonton sinetron Indonesia, yang bertele-tele, penuh air mata, cengeng, , mengumbar emosi berlebih, cinta mati-matian sampai lupa segala.
Cerita juga gampang ditebak, nonton beberapa seri kita sudah tahu endingnya, jadi males nonton terus.

Tetapi entah kenapa, saya sering juga nonton sinetron “ Putri yang ditukar “, tapi kalau ceritanya sudah bolak-balik di-flashback, saya klik pindah chanel, bosen ah.

Ada Prabu Wijaya yang manly dan ganteng, Amira si-cantik, tapi kelewat bijak untuk gadis seumur dia.
Rizky yang cowok banget dan sicantik lembut hati Zahira.

Antagonisnya sikribo Wisnu, juga Marlena dan Meisya, kombinasi yang cukup asyik, dan menarik.
Yang paling saya sebel sebenarnya Surti, pembantu yang kelewat sok cantik dan
pede banget , centil lebay, tapi ada sisi baiknya.

Saya suka gemes, tapi kasihan juga melihat karakter Surti.
Tetapi karena sinetron ini punya rating yang bagus, dengan tiga piala yang bergengsi itu yang diraih, pasti akan lama tayang.

Untuk memperpanjang cerita , saya punya usul :

1. Surti kan cukup tua, dan sudah amat ngebet kawin.
Kasih dia pasangan, yang cocok mungkin Teddy Syach atau Anjasmara yang
sudah sering main jadi orang desa.
Plot dia jadi juragan kaya raya, dari dusun di Jogya, dengan gaya bahasanya
yang lemah gemulai khas, yang ternyata adalah saudara jauh Prabu, gantengnya
tidak kalah kok. Cerita cintanya yang agak konyol gitu., tapi jangan lebay.
Boleh dong Surti punya belahan jiwa, yang cinta dia tentunya.

2. Kalau Zahira jadi dengan Dr,Hendra ( kok nggak kerja , ikut Zahira terus ? )
Arman dicarikan jodoh lain, mungkin Chelsea Olivia.
Kalau Zahira jadi dengan Arman, dr.Hendra mungkin pantas dengan
Asmirandah, rekan sesama dokter.

3. Yang antagonis biar TUHAN yang menghukumnya, seperti yang lalu, lebih
mengena dan lebih pedih terasa.

Jangan seperti sinetron yang lain, cuma sedih , sengsara dan nangis melulu.
Indinesia ini sudah penuh dengan tangisan, jangan diperparah dengan tontonan yang
dramatis, sentimentil , melankolis berlarut, nanti bisa jadi bangsa yang melempem.

Beri dan tebar senyum dan tawa segar, asal jangan berlebihan, biar bangsa ini
lebih bersemangat dan berani menatap hidup dengan tegar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar