Sabtu, 02 Juli 2011

Komullus Nimbus di Jamrud Khatulistiwa


Jagad media di Nusantara yang akhir-akhir ini selalu mengekspose infotainment dirasa bakal segera mereda.
Kekaguman kepada para kawula muda yang sukses menggapai ketenaran dan berhasil meraup jutaan bahkan milyaran rupiah seolah membius kita semua.

Bagaimana gaya hidup mereka, perjuangan mereka, orang-orang terdekatnya, rasanya kita hafal dan , mengerti, bahkan saking seringnya tampil dimedia, sepertinya kita kenal akrab dengan mereka.

Tetapi era itu akan segera berakhir, sudah saatnya datang fenomena baru.
Pesohor gres itu adalah mereka yang terjebak dalam bidang yang kurang terpuji
yaitu korupsi, mereka yang bermain-main dengan uang Negara
Para politisi, pejabat Negara bahkan orang-orang yang seharusnya kita hormati karena menyandang kedudukan dan pangkat tinggi dan diberi wewenang untuk ikut mengatur Negara ini, ternyata masih juga sering memainkan kepercayaan rakyat.

Tetapi setelah akal-akalannya terendus dan mulai ketahuan , mereka pasti berkilah dan menghindar, bahkan tidak jarang yang mencoba lepas tangan atau bahkan mengalihkan kesalahannya kepada rekan yang lain, tanggung renteng.
Masak dia sendiri yang kena getahnya, makan nangkanya nikmat bareng kok.
Kalau sudah terdesak, mereka akan ngacir keluar negeri dengan dalih sakit.

Ada lho yang katanya sakit lupa ingatan segala ( wah, wah ), parah lagi, sehingga nggak ingat apa-apa blas, hati-hati nanti jadi sakit betulan.

Ada yang tidak terima kalau cuma dia yang dijadikan “ tumbal “, terus nyanyi disana, mungkin lagunya “ Uddin dimana-mana “.
Menyebut beberapa nama, bahkan mengancam akan membeberkan semua nama dan terjadilah perang bintang, adu otot bicara, mengelak, menuduh dengan bukti yang lengkap ( katanya, katanya ), reme banget, tanpa malu dan tanpa kendali.

Dan kalahlah segala acara favorit, dari infotainment, sinetron bahkan lawakan.,
Habis lebih asyik, kayak opera sabunnya Mexico tempo dulu, lebih dramatis,
mengejutkan, trik-triknya yang berbelit dan surprise ,tapi kok nggak malu ya.,
dengan santainya dibeberkan semua, tanpa rasa salah.
Lawakannya juga lucu banget, konyol, siap-siap aja Opera Van Java dapat saingan baru yang lebih gemesken dan lebih ck.ck.ck

Dan rakyat cuma bisa melongo mendengar dan melihat aneka tingkah langkah mereka. Alih-alih uang milyaran dan trilyunan, sekarang aja sedang bingung ngitung uang recehan karena harga segala jenis kebutuhan terus melambung jelang puasa.

Saya khawatir jika jagad politik di Indonesia makin semrawut laiknya awan comullus nimbus yang kian pekat dan siap mendatangkan prahara serta petaka
akan berakibat fatal bagi negeri Rayuan Nyiur Melambai ini

Rakyat sudah hilang kepercayaannya kepada Pemerintah karena sepertinya beliau-beliau sibuk mengurus urusan pribadi mereka yang ribet ribut dan lupa ngurus
keperluan serta janjinya pada rakyat.

Urusan dalam negeri banyak yang belum beres dan terbengkalai, belum lagi urusan dinun jauh disana, banyak TKI/TKW yang kena penalty, menanti vonis yang mengerikan.

Kalau awan itu kian pekat, kilat dan petir mulai menyambar, pasti hujan, badai dan angin puting beliung segera menerpa Negara ini, lantaklah semua.
Yang ketiban apes dan sial tetap rakyat kecil, kiasannya sudah terhempas, kecebur comberan pula.


Caprib ( Catatan Pribadi ) :

Kebahagiaan laksana bola, kita kejar pada saat ia menggelinding.
Dan kita tendang ketika ia berhenti.
( Goethe )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar