Jumat, 04 Februari 2011

Roda selalu berputar ... mbeng, rombeng

Nasip manusia memang bisa berubah, katanya bak roda berputar, bisa dibawah lalu berputar keatas, atau sebaliknya.
Saya dapat tilpun dari seorang teman, katanya sekarang si –Dw- , salahsatu kerabat saya
, kehidupannya terbanting, bangkrut, jatuh miskin.
Saya ingat-ingat, Dw ini dahulu terkenal sebagai orang sukses. Pendidikannya S2 dari Amerika
Berasal dari keluarga berada, pokoknya membikin setiap orang berdecak kagum
Kemana-mana naik BMW kinclong model terbaru, kediamannya disebuah Apartemen mewah
di-Jakarta,disebut-sebut punya usaha besar milik pribadi., dikompleks elit pula.
Kaget saya, tiba-tiba saja ,si-Dw sudah berdiri didepan saya dengan beberapa kantong plastik
Tas dan beberapa dos.. Untuk menolak saya tidak sampai hati dan dia mohon izin menginap beberapa hari dirumah saya ,alasannya untuk mengurus usahanya..
Saya yang masih terbengong-bengong itu kemudian setiap hari disuguhi cerita-cerita tentang
kegagalannya dalam usaha karena menghadapi suatu kelompok yang meleburkan usahanya..
Karena tidak mendapat dukungan dari keluarga terdekatnya , diapun terhempas jatuh bangkrut.
Dari seorang yang dikagumi , dia menjadi si-pecundang, hartanya ludes, tiada BMW, tidak ada
apartemen mewah, usaha keren, malah sekarang dia luntang lantung, hinggap dari satu rumah
kerumah kenalan dan kerabat, menjual cerita melankolis, sekedar untuk bisa nunut makan dan
tidur., menyedihkan
Setelah 1,5 bulan dirumah saya diapun pamit, entah mau melanglang kemana, beritanya tidak

terdengar sampai sekarang.



Ceritanya berbeda terbalik dengan si-Kusno, tukang rombeng langganan saya.
Kira-kira 12 (duabelas) tahun yang lalu, kebetulan saya lagi butuh tukang rombeng untuk meloak

koran bekas yang sudah menumpuk.

Tiba-tiba dijalan depan rumah ada anak laki-laki sekitar 15 tahunan , lewat naik sepeda pancal

……mbeeng, rombeeng.

Aku panggil dan bertanya : kok kamu masih kecil ngrombeng, apa nggak sekolah ?.

Dia bercerita, tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena ibunya sakit dan ayahnya sudah kehabisan beaya , sekolahnya baru SMP kelas 2.
Saya perhatikan badannya kurus, lusuh serta bajunya kumal. Topinya dimasukkan dalam-dalam kekepalanya , seolah sengaja menutupi wajahnya.
Waktu saya tanya, kenapa kok topinya dimasukkan dalam-dalam kekepalanya sehingga mukanya tidak kelihatan , dia bercerita amat malu dengan teman sekolahnya kalau ketahuan sampai putus sekolah dan dia ngrombeng.
Sejak itu saya selalu langganan dia kalau butuh ngrombeng dan setiap saat selalu ada perubahan bagus yang terjadi. pada diri si-No kecil dulu yang lusuh, kurus dan dekil.
Suatu saat, ada sepeda motor berhenti dimuka rumah saya , melihat rengkek dibelakang sepeda motor saya tahu itu tukang rombeng, dan ketika dia membuka helmnya ternyata itu No. sepeda pancalnya sudah menjadi sepeda motor.
Sering dia curhat, cerita berpanjang lebar tentang kehidupannya dan nasip keluarganya.




Ibunya meninggal karena kanker, tetapi sekarang ia sudah yakin kalau rombeng itu jalan hidupnya., karena tidak ada pilihan lain.
Kemudian dia cerita, sudah punya rumah dan sudah berumahtangga.
Kali lain, saya kaget ketika dia datang sudah membawa mobil bak dengan seabrek barang dagangannya , barang-barang rombengan.
Kalau lagi ngrombeng, saya selalu bertanya tentang kehidupannya, dan dengan bahasa berlepotan dia selalu cerita apa adanya, polos.
Waktu berjalan, duabelas tahun berlalu, dan jangan kaget, jika sekarang si-No kecil itu sudah jadi juragan didesanya.
Sepeda pancalnya sudah jadi dua sepeda motor, dan ada dua mobil bak terbuka yang siap mengangkut rombengannya.
Rumahnya diperluas dan dipugar rapi dengan seorang isteri dan hampir dua anak
Sapinya delapan ekor dan beberapa puluh kambing, sawah dan ladangnya juga luas.
Membandingnya dua kisah itu mau tidak mau saya harus percaya, jika roda kehidupan itu selalu berputar. Perlahan naik keatas dan perlahan juga turun kebawah, tiada yang abadi.
Rasanya kalau kita sedang beranjak naik keatas, harus siap juga untuk turun kebawah.
Tidak perlu berlebihan jika sedang naik, tetapi tidak harus putusasa, menyesali nasip jika
kehidupan mulai merosot...
Menganggap wajar dan selalu menata hidup lebih berhati-hati,barangkali sikap paling bijak.
Bagaimanapun roda berputar itu akan dialami setiap manusia , jadi….siapa takut ?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar