Sabtu, 22 Oktober 2011

Asrinya Desa Tempo Doeloe

Waktu kelas 6 SR / Sekolah Rakyat ( sekarang SD ), entah kenapa , rasanya kami teman sekelas menjadi begitu akrab.
Mungkin kita makin sering bertemu , belajar bersama , jadi tambah akrab karena harus menhadapi ujian akhir SR., senasip.
Dan tiba-tiba saja ada ide untuk setiap minggu kita saling mengunjungi rumah masing-masing teman, sambil melepas penat, rekreasi dari kegiatan kami semua yang selalu belajar, rutin asah otak.

Ternyata teman –teman saya banyak yang berasal dari daerah pedesaan disekitar Jombang, kota kecil saya itu.
Rumah mereka sekitar 7 - 15 km dari Jombang, dan banyak yang setiap hari pulang balik naik sepeda kesekolah, beberapa saja yang mondok di Jombang, itupun setiap minggu pasti mudik.
Giliran minggu ini pada seorang teman yang berumah sekitar 15 km dari Jombang, dusunnya bernama Nggambang, dari jalan raya Perak masih masuk kedalam lagi beberapa kilo.

Minggu pagi teman-teman sudah datang kerumah saya, rumah saya memang sering dipakai pos untuk pertemuan dan kegiatan kami.
Kami naik sepeda, ada 9 orang yang ikut, 4 perempuan dan 5 laki-laki.
Kami saling berboncengan, pagi ini yang perempuan yang setir duluan, laki-laki digonceng, nanti kalau kami sudah capai, agak jauh, baru kami yang digonceng anak laki-laki, gantian.

Waktu itu tahun 1957-an, udara diluar Jombang masih bagus, segar, masih banyak sawah, ladang, kebun tebu dan dipinggir jalan berjajar pohon asam yang lumayan lebat daunnya
Kami menelusuri jalan kecil yang bersebelahan dengan rel kereta api Surabaya - Jakarta. Jalan itu amat teduh, karena berderetnya pohon asam yang sedang berbuah Disepanjang jalan banyak kita lihat para petani lagi asyik menggarap ladangnya, saya lihat padinya sudah dipanen, mereka sepertinya lagi berkebun, seperti jagung, timun, blewah, juga beberapa umbi-umbian dan sayuran.

Kira-kira sudah separuh jalan , kami mengaso dipinggir jalan, kami cari pohon asam yang amat lebat buahnya , dan kita buka bekal yang tadi dibuat oleh ibu saya , yang bergantungan disepeda kami., waktu itu ransel belum umum kayak sekarang, tas kresek plastik juga belum ada.
Ada teh manis, pisang goreng, kacang goreng, juga bolu kukus yang sudah diiris-iris besar, aduh dua tas besar penuh habis licin tandas dalam sekejap.
Beberapa rekan laki-laki malah naik pohon asem dan merontokkan buah asem yang besar yang kecutnya bukan main, dan ada beberapa petani yang lagi panen timun memberi sumbangan pada kami, timun segar baru petik, mereka tidak mau diberi uang,…. sedaap.
Kami melanjutkan perjalanan, bahkan kami saling balapan, perempuanya gonceng semua, kita nyanyi-nyanyi , sendau gurau dan gila-gilaan teriak-teriak dan zig zag ditengah jalan, maklum anak-anak, lagian waktu itu jalan sepi-sepi saja, jarang ada mobil lewat.

Kamipun memasuki jalan desa yang masih tanah, dipinggir jalan banyak pohon-pohon bambu, kelapa, dan pohon buah-buahan, keadaannya teduh sekali, agak kelelahan kamipun gantian saling gonceng.
Akhirnya kami sampai, sebuah rumah desa yang amat besar, didepan ada joglonya dan pekarangan amat luas penuh dengan berbagai tanaman, besar kecil.
Rupanya teman saya sudah nunggu disertai rekan lain yang rumahnya tidak jauh dari situ, senang sekali.
Kamipun dijamu, minum ys degan dan jajan-jajan desa yang jarang kami jumpai ada ubi goreng, singkong / talas godog, kacang kulit godog, ketan, pisang godog, rondo royal ( tape goreng ), beberapa kerupuk warna/i, satu meja penuh.
Pangon sedang mengembala bebek2nya. Sumber:Google.

Setelah melepas lelah, kamipun segera jalan-jalan sekeliling rumahnya., ada dua buah lumbung padi yang besar, kolam ikan lele, yang diberi pagar tinggi, takut lelenya loncat kalau musim cari pasangan.
Ada beberapa sumur besar, saya ingat satu didekat rumah , dua lagi dhalaman.
Kemudian ada kandang kambing, bebek dan ayam, baunya bukan main.
Kami melihat ada dua pekerja sedang menggali tanah, ketika saya tanya, mereka bikin joglangan, untuk tempat buang kotoran ternak, sampah kebun dan sampah dapur. Jika sudah penuh ditutup, saya lihat mereka mengurug joglangan lama yang kelihatan sudah sarat, dan beberap bulan lagi joglangan itu bisa jadi sumber pupuk .
Pohon kelapanya juga banyak, diselang-seling pohon rambutan, mangga , nangka ada juga jambu klutuk/biji, dan banyak lagi.
Kitapun melihat mereka sedang menurunkan nangka yang sudah matang dan lihat cara mengulitinya, nangkanya itu nangka nyonya, masih segar, enak, renyah, kulit buahnya tebal, manis sedang, kemremyes ( kalau dimakan bunyi kremes - kremus).
Kamipun sempat lari-lari dipematang sawah, sampai kepleset-pleset, kenalan dengan beberapa bocah desa situ.

Agak siang kami dijemput untuk makan siang, wah, diperjalanan sudah tercium aroma bau gurihnya ikan dan ayam panggang, santer menyapa hidung kami
Dipendapa ada tikar yang digelar penuh dengan makanan. Ada ayam panggang, pecel lele /lele penyet sekarang, tempe dan tahu goreng, ayam goreng, telur asin, sayur asem, seingat saya banyak sekali kayak kenduri., dan nasinya dua bakul.
Makan sambil duduk lesehan, nikmay banget. Rupanya semua produk yang digelar dihasilkan lokal dari halaman rumah ini , jadi masih segar banget..
Yang lucu kamipun disuguh limun, kami suka ketawa kegelian karena gelembung limun itu seolah menggelitik lidah kita,… katrok banget ya, waktu itu soft drink belum ada., yang ada limun bergelembung yang selalu bikin geli.


Ketika kenyangnya sudah hilang, kitapun bergerak kembali, banyak permainan yang kami lakukan., main petak umpet, egrang, anak laki main kelereng, gasing dan kami main bekelen sambil terkantuk-kantuk, karena dipendopo itu anginnya sepoi, semilir, silir silir , udara terasa nyaman.

Terasa matahari mulai condong kebarat, dan kami lihat ayah siteman datang diiring beberapa kerbau serta cah angonnya yang membawa keranjang berisi rumput sabitannya.
Kemudian bebek-bebeknyapun datang, ramai sekali diiringi pangonnya yang membawa tas berisi telur bebek yang masih hangat, fresh from the … hehehe.
Kitapun ikut memberi makan sore bebek-bebek itu dan menghitung telurnya hasil seharian ini, ada 57 butir, banyak banget ya ?

Mataharipun mulai turun, kami berpamitan dan tidak lupa dibekali oleh-oleh untuk rumah, sehingga sepeda kami sarat , ramai bergelayutan oleh-oleh itu.
Pulangnya ngebut, anak laki pegang setir semua, dan persis hampir magrib kami selamat sampai dirumah.
Pengalaman menyenangkan dari desa yang tak terlupakan


Caprib ( Catatan Pribadi ) :
Orang-orang yang lemah, menunggu datangnya kesempatan, sedangkan
Orang-orang kuat membuat kesempatan.
( Marden O,S )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar