Minggu, 09 Oktober 2011

Simbah dan Zero Hero di - Temu Kangen

Dari SD hingga fakultas, kalau ada reuni rasanya memang menyenangkan.
Kita bisa ketemu rekan lama, dan mengerti akan nasip dan keadaan mereka yang dahulu pernah bersusah payah menimba ilmu sama-sama disuatu jenjang pendidikan.

Waktu itu di SD , karena batas reuni antara 6 jenjang/tahun, jadi ya kita kadang memang benar lupa karena tidak pernah sekelas.
Yang saya ingat, pada kelas 5 tempo doeloe pernah punya teman yang bukan main, --bukan main bodohnya , karena sampai tahun ketiga dia nyangsang disitu, konon diapun pernah tinggal kelas sampai duakali sebelumnya.
Mungkin karena guru2 sudah bosan, dan kasihan , jadi dinaikin kekelas 6 kebetulan bersamaan dengan saya. Anaknya tinggi , agak gemuk dan lamban, laki –laki, cuman saya lupa namanya. Saya ingat karena dikelas itu dia, yang sering dipanggil dan dijuluki embah, menjadi ketua kelas dan saya wakilnya.

Eh, waktu reuni ternyata simbah ini bisa jadi militer, marinir yang bertugas di Ambon, dan dia menyempatkan diri hadir, surprice banget.
Dari orang yang dahulu sering diejek dan diolak-olak , sekarang dihargai dengan seragam dorengnya, semua rasanya tidak percaya dan kagum.
Tapi saya kemudian ingat, simbah ini dahulu punya suara komando, kalau menyiagakan barisan pasti semua grak dan dia amat setia kawan.
Jika ada teman sekelasnya diganggu oleh kelas lain bahkan sekolah lain, pasti akan disamperin sipengganggu dan ditonjoknya sampai kapok.

Waktu SMP dan SMA rasanya tidak ada yang istimewa, bahkan saya mendapati rekan2 wanita satu persatu keluar dari sekolah, terus menikah dan tidak pernah mau jika diajak reuni.
Juga waktu dikampus, ada beberapa rekan yang berpacaran, persis kayak truck gandeng, karena kemana-mana terus berduaan, waktu ditemu kangen kami , siwanita tidak mau datang, malu katanya, hanya rekan pria yang datang.

Karena saya dan suami satu almamater, kami bisa datang bersama, tapi setiba diarena bebas harus pisah, karena suami kegerombolannya dan sayapun kegrup rekan2 seangkatan.
Memang ada tawa-senyum sana sini, tetapi kemudian karena kami masing-masing punya kesibukan diluar, jadi ya perlahan hubungan jadi cair lagi.
Jadi meskipun kami dari fakultas yang sama, ternyata kami berpencar kerja ditempat yang berbeda, dan reuni itu cepat terlupakan karena keterbatasan waktu masing2.

Yang asyik sebetulnya waktu saya ikut dalam reuni suami saya. Kebetulan suami adalah seorang ex tentara pelajar, itu pejuang muda yang terkenal dengan sebutan
“ arek-arek Suroboyo “ . Mereka terkenal dalam mempertahankan kemerdekaan RI di Surabaya, hingga membuahkan Hari Pahlawan yang menggetarkan itu.
Diantara rekan seperjuangannya, ada yang betul jadi hero, tetapi ada yang biasa saja, belum berhasil dalam kehidupannya, alias tetep jadi si Zero.
Dari tukang parkir, tukang tambal ban sampai ada yang jadi Jendral , Panglima, Menteri dll.
Dan di MULO Praban ( sekarang SMPN 3 Praban Surabaya ), semua bertemu kumpul tumplek bleg jadi satu.
Ada yang datang jalan kaki saja, naik sepeda , motor, mobil , bus , dan pak Jendral yang panglima itu datang pake pesawat terbang disetiri sendiri bersama rombongan besar dari Jakarta.

Waktu makan bersama, mereka saling meledek, berseloroh dan tak lupa terdengar pisuhan2 ( sumpah serapah guyon akrab ) khas Suroboyoan keluar semua.
Dan kami, isteri merekapun berkumpul, meski nggak nyambung, tapi kita juga ikut terkekeh melihat tingkah konyol dari suami2 yang seolah berubah jadi pemuda belasan, akrab, spontan dan tiada jarak.
Dan pak tukang parkir , tidak segan2 minta duit pada pak Jendral dan pak Menteri, yang sudah pasti diberi banyak juga, ditambah pisuhan dan dibalas pisuh juga, disertai gelak.
“ Kapan maneh, isok misuhi mentri ambek jendral, nek gak nang kene, dikeki duik pisan rek, .. ( lalu misuh ) “
( Jw timur Suroboyoan : “ Kapan lagi bisa damprat menteri dan jendral, kalau enggak disini, dikasih duit lagi , … mengumpat guyon )
Lucu, kocak dan akrab banget

Paginya kamipun nyambangi rekan pejuang yang sedang sakit, untuk temu kangen dan memberi tali asih, dan berziarah kemakam pejuang yang gugur dibabad senjata sekutu waktu itu.
Rencananya reuni itu akan diteruskan dengan membentuk suatu yayasan, tetapi ternyata makin lama makin memudar dan kemudian hilang sirna karena kesibukan masing-masing.
Reuni memang menyenangkan, dan kemudian kita bisa belajar, bahwa kita memang sudah punya nasip dan takdir sendiri-sendiri, meskipun suatu saat, dahulu , pernah berkumpul bersama dengan akrab karena senasip.



Caprib ( Catatan Pribadi ) :
Saya sering memperhatikan, bahwa untuk mendapatkan sukses,
Biasanya orang harus bersikap sederhana namun cerdas.
( Monterquieu )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar