Sabtu, 28 Januari 2012

Napza : Yang Terhempas Atas Nama Disiplin.

Napza = Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lain.
Zat-zat yang mengacu /memiliki resiko kecanduan pada penggunanya.
Dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang, pikiran, perasaan
dan perilaku.

Napza yang marak beredar. Sumber gambar:Google.

Saya yakin jika seorang pengguna Napza adalah orang yang punya masalah besar dalam diri dan kehidupannya.
Bisa dari kehidupan pribadi/keluarga atau kehidupan sosialnya.
Sayang, untuk mengantisipasinya, dia lari ke –Napza, padahal barang itu bukan menyelesaikan masalah, tetapi malah tambah bikin persoalan baru.
Disini sebetulnya orangtua harus bisa bertindak bijak dan tegas.

Kisah nyata berikut, barangkali bisa untuk contoh.
Keluarga Henry, salah satu kerabat saya, adalah seorang militer yang ditugaskan didaerah luar Jawa.
Mas Henry adalah militer yang tegas, jujur,disiplin tinggi dan amat keras.
Dan disiplin itu bukan cuma diterapkan pada kesatuan yang dipimpinnya tetapi juga harus ditaati oleh keluarganya.
Tidak jarang saya dengar, dia menghajar anak2-nya , jika melenceng dari disiplin yang sudah dicanangkan.

Saya ingat ,hari itu ada pertemuan kerabat dirumah mas Henry.
Memasuki rumahnya yang besar, saya merasakan adanya tatanan nan apik disegala sudut rumah itu.
Di ruang tengah, disudut yang artistic ada suatu rangkaian Ikebana cantik, dan disana sini ada sentuhan Indonesianya yang manis.
Bisa saya rasakan bahwa ini pasti hasil karya seseorang yang berhati lembut.
“ Siapa ya yang nata ini , bagus banget ? “, saya bertanya.
Keluarga itu mempunyai beberapa putra dan putri , dan setiap mata rasanya justru tertuju pada Antok, pemuda remaja yang segera menghampiri saya.

Dimeja makanpun, saya kagum dengan sentuhan aduhai disana.
Bukan cuma makanan yang tersaji, tetapi semua diatur dengan piawai oleh tangan dan hati yang begitu nyeni , manis sekali.
Antokpun menunjukkan kamarnya pada saya, betul2 kamar seniman yang indah.
Begitupun waktu dia menyajikan pudding khusus untuk saya, ditatanya dengan rapi , apik dan manis, dipiring mewah , sehingga saya berkata sambil berkelakar : “ Aduuh, saya jadi nggak tega , sayang memakannya , ..bagus sekali “
Itu sekilas kenangan dengan keluarga Henry.

Agak lama tidak bertemu, keluarga saya sendiri sedang pontang-panting, karena suami dipindah tugaskan ke-Palembang.
Sedangkan pekerjaan dan keluarga saya masih ketinggalan di Surabaya.

Hanya samar saya dengar, bahwa Antok sekarang terlibat ganja –waktu itu – akibat salah pergaulan.
Saya heran, kurang yakin dan tidak percaya, Antok dengan pribadi yang begitu lembut dan santun, masa iya sih .

Suatu saat, saya mendapat kabar bahwa Antok sedang dirawat di RKZ, sebuah rumah sakit Katolik besar dikota saya
Karena saya sedang di Surabaya, sayapun menjenguknya, ada apa ya, kabarnya simpang siur.
Saya lihat mbak Nunik , isteri mas Henry lagi duduk termenung diteras kamar Antok, kitapun berpelukan, dia menangis.
Dan didalam kamar, saya lihat Antok terbaring dengan kaki di-gips (?), tangan , muka dan kepalanya sana sini berbalut perban/plester , dengan beberapa peralatan medis menempel dibadanya, dan seorang gadis manis menunggunya dengan setia, pacarnya.

Karena saya melihat mereka berdua berantakan, saya menawatkan diri untuk menjaga Antok, sementara biar mereka pulang untuk berbenah diri.
Kemarin mereka karena kaget dan bingung , panik, tidak sempat mempersiapkan diri berjaga dirumah sakit, jadi tidak membawa apa-apa.
Meskipun babak-belur tetapi Antok sadar dan bisa bicara dengan baik, senang melihat saya datang, mau ditinggal ibu dan pacarnya pulang berbenah diri.
Rumah merekapun tidak begitu jauh dari RKZ.
Saat itulah dia cerita,kenapa dia sampai terjerumus begitu jauh keduania narkoba.

Sejak kecil sang ayah menerapkan aturan keras pada keluarga, terutama anak2-nya.
Harus ini, itu, begini, begitu, dan yang tidak bisa dimengerti Antok, ayahnya ingin anak laki2-nya masuk militer.
Harus belajar olahraga,karate, bela diri , dan olahraga khas laki2 yang keras dan jantan.
Kalau tidak, tangan melayang atau benda2 pernak pernik ciptaan Antok hancur berantakan untuk menghajarnya.
Dia paling takut jika dihajar dengan sabuk militer ayahnya, karena sakit sekali.
Padahal Antok tidak suka, dia lebih nyaman berkreasi dengan pernak pernik ciptaannya yang indah dan berseni.

Dipergaulan si Antok bertemu dengan teman2 yang salah, yang akrab dengan ganja, geng motor dan dia terjerumur mulai SMP akhir.
Lulus SMA dia dipaksa masuk AKABRI, terang saja tidak diterima dengan kondisi seperti itu, dan sang ayah makin murka.
Sebenarnya dia ingin masuk di fak. Seni rupa, tetapi yang dianggap ayahnya sebagai bukan pekerjaan laki-laki, memalukan.
Didalam konflik serius, dia diusir keluar rumah, tanpa fasilitas apa-apa lagi, parahnya dia masuk dalam geng yang kurang baik itu, bergumul dengan ganja dan kebut2-an.
Secara sembunyi2 mbak Nunik tetap mensupport finan sial si Antok, tetapi tidak berani melawan “ kebijaksanaan “ suaminya terang-terangan.
Kerusakan jiwanya makin parah, suka mabuk2-an,ngganja, kebut2-an,tidur dimana saja, padahal dia dari keluarga terpandang dan baik serta mapan.
Sampai terjadi peristiwa malam itu, dia memang diperalat oleh teman2-nya, mereka berencana mendobrak apotik untuk mengambil /merampok obat2-an disana.
Ternyata polisi sudah mengincar mereka dan terjadilah kejar2-an di-jl.Diponegoro.
Yang berakhir dengan, karena dia nyerempet beberapa lapak pedagang dipinggir jalan itu, dia terhempas dan masuk nyungsep dalam got.
Temannya tewas seketika, setelah terpental dan kepalanya membentur trotoir yang ada disitu.

Sejak itu, setiap ada berita tentang narkoba, saya seolah trauma dan berusaha mengerti.
Memang , setiap peristiwa yang terjadi jika ada unsur narkoba, sebaiknya dilihat dari dalam keluarga, seberapa dekat hubungan antar keluarga itu.
Jika ada masalah sebaiknya ortu, dan saudara bertindak cepat dan tegas, sebelum dia mencari solusi lain ,diluar yang tidak jelas.
Kadang sebagai orangtua, kita merasa serba salah, terlebih bila si-anak masih serumah dengan kita.
Dididik dengan disiplin keras, dia akan memberontak /ngawur, dan si narkoba siap menolong memberi jalan pintas, tapi pasti yang menyesatkan.
Dilepas bebas,kita tidak mengerti kemana arah jalannya si anak, dan selalu disalahkan jika si anak berbuat salah diluar.

Sebaiknya disiplin tetap harus diberikan, tetapi jika terasa memberatkan, kita wajib mengevaluasi lagi target untuk anak sesuai dengan kemampuannya.
Manusia dan anakpun pasti mempunyai bakat tertentu tetapi dia juga punya keterbatasan tertentu pula.
Kita harus selalu “ peka “ dengan “ jeritan jiwa “ si buah hati, berusaha memahami, dan terbuka dalam kebersamaan suatu keluarga.
Sehingga apapun yang terjadi diluar, dia akan kembali dahulu kerumah, sebelum dia melakukan tindakan yang extreme untuk memecahkan masalahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar