Sabtu, 16 April 2011

Dijual cepat B.U : bayi sehat , imut .


Baru-baru ini di Surabaya, ada anak muda yang ditangkap polisi karena dituduh menjual bayi mungil, anaknya sendiri.
Ketika ditanya, jawabnya, dia tidak menjual bayinya, cuma menitipkan ( dengan imbalan ? ) , besok kalau dia sudah berhasil, akan diambil kembali.

Ibu si bayi masih belia, 17 tahun dan bapak si bayi masih dibawah 20 tahunan.
Dua-duanya pengangguran, dan rupanya orang tua merekapun tidak bisa membantu.
Bapak muda itu baru usaha SIM, untuk bisa jadi sopir.
Mereka bingung karena tidak punya beaya untuk menghidupi anaknya.

Secara logika barangkali perbuatannya itu benar, tetapi secara nurani perbuatan itu jelas salah besar dan tidak bertanggung jawab.

Saya pernah mengikuti , membaca maksud saya, suatu keluarga miskin yang punya beberapa anak., dan salah satunya diberikan ( dijual ? ) pada keluarga bule , yang kemudian dibawa pulang kenegerinya.

Bertahun sudah, dan setelah dewasa si anak ini , yang sudah menjadi wanita muda, ingin kembali bertemu dengan keluarganya di desa, di Indonesia.
Dan berkat pertolongan media, mereka berhasil kembali bertemu.
Saya lihat waktu itu, karena banyak disorot di media, disamping pertemuan yang mengharukan, saya lihat betapa perbedaan antara si anak yang diasuh oleh bule dengan saudara sekandungnya yang di desa.

Seperti bumi dan langit, sulit ya membayangkan ?, gampangnya layak nyonya besar dan pembantunya, padahal mereka seayah dan satu Ibu.
Perbedaan financial sepertinya tampak jelas.

Ya, benar, anak itu anugerah, anak itu titipan TUHAN.
Tetapi kalau kita tidak mampu merawat titipan itu, ( dengan berbagai alasan ) secara baik, bahkan sepertinya tidak nyaman , memberatkan , dengan titipan itu.,
sehingga tidak jarang orangtua hilang kesabaran, dan melakukan penyiksaan phisik yang mengenaskan, menghajar, menghukum, tidak dikasih makan, mengunci anaknya dirumah sendirian dan banyak yang sejak kanak-kanak dipaksa membantu orang tuanya cari nafkah.

Yang lebih sadispun banyak terjadi, dengan ditemukan mayat bayi yang menyedihkan., ditempat pembuangan sampah atau hanyut disungai.

Apakah tidak lebih baik jika si anak/bayi diserahkan kepada orang tua .lain atau yayasan yang sanggup menghidupi dan mendidiknya dengan lebih baik ?
Daripada nanti si anak tersiksa, dan orangtua berdosa karena menelantarkan anaknya ?

Memang, hidup adalah pilihan dan semua pasti penuh resiko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar