Senin, 06 Februari 2012

Diangkat Jadi Chef,….. Ups !!

Karena ada panggilan dari “ belahan –jiwa “ di Palembang , sayapun terbang kesana, meski ada kerjaan di Surabaya..
Dan sewaktu di Palembang, saya mengikuti rapat mendampingi suami dengan beberapa staf lain dengan isteri , diinstansi suami.
Acaranya ada Menteri mau meninjau ke Palembang dan ,…bla..bla..bla, kemudian sampailah pada acara ibu-ibu.
Tiba-tiba saya ditunjuk sebagai ketua konsumsi, alasannya karena bapak Menteri dan isterinya itu orang Jawa, jadi saya pasti tahu selera wong Jowo.
Saya langsung menolak, karena saya memang tidak tahu bidang itu…sstt, malah saya babar-blas ( sama sekali ) nggak ngerti lho,…xixixi..
Tapi saya punya alasan, dari 4 staf , kita saling berbagi saja.
Ada Batak, Banjar , Manado, Sunda dan Jawa. Saya yakin setiap daerah pasti punya makanan favorit yang patut diketengahkan., jadi kita sama-sama saja , berbagi ,untungnya semua setuju.

Begitulah , hari jadinya dan segala tetek-bengek seremonialnya berlangsung dan berjalan dengan mulus.
Kemudian sampai pada acara santap siang , segala masakan tersedia digelar dengan rapi dan apiknya.
Tiba-tiba pak Menteri mendatangi ibu ketua yang lagi omong-omong dengan saya, masih sambil membawa piring penuh dan memegang paha ayam goreng Kalasan : “ Ibu,.. siapa ya yang masak ini, enak banget ,…”
Ibu Ketua langsung memperkenalkan saya : “ Ini pak, ..Ibu ..( beliau menyebut nama suami saya ), memang jago masak “ .

Saya sempat melirik suami saya, yang kelihata radak geli, karena dia tahu benar kwalitas isterinya dalam bidang satu itu, yang jauh dari jago masak.
Kan saya bisanya cuma masak sop , semur ( maksudnya sop yang dikecapin ) dan rekayasa mie instant ( ditambah sayur-mayur , telur plus ayam ).
Tapi pak Menteri tak henti-hentinya memuji ayam goreng versi saya itu.
Bahkan beliau juga menyuruh isterinya belajar membuat ayan goreng Kalasan seperti itu, kepada saya.

Ayam Goreng Kalasan. Sumber:Google

Acarapun segera ditata, saya langsung diangkat jadi chef untuk mengajar ibu-ibu yang hadir sebagai acara tambahan besok.
Sebenernya saya menolak tugas ini, karena ,..swear, saya memang bukan jago masak, dan baru masak kalau ada mood saja.
Sepertinya Ibu Ketua memaksa karena permintaan pak Menteri dan buktinya tiga piring besar masakan saya habis licin tandas tersapu.
Jadi apa boleh buat, never mind , what will be – will be !.

Malamnya saya kontak suhu saya di Surabaya, ibu dan ibu-mertua saya, minta petunjuk.
Saya catat dengan teliti,..oh, ya waktu itu belum ada hape atau internet.
Susahnya kedua pakar itu selalu pakai ilmu kira-kira dan pandang.
Kalau dikira dan dipandang pas, ya langsung masak, herannya kok ya masakannya selalu uenak dan pas tenan lho.

Kira-kira jam !0.00 pagi, acara masak itupun digelar.
Dan bagaimanapun saya harus sportif , dihadapan bu Menteri dan ibu-ibu hadirin yang lain, saya utarakan kalau sebenarnya saya tidak biasa memasak.
Kalau lagi rajin dan ada mood saja saya masak, itupun untung2-an.
Kalau lagi pas ya masakannya enak, kalau nggak pas ya dipas2-kanlah.

Anehnya tidak ada yang percaya, dikira saya merendah dan mbanyol saja.
Mungkin karena tongkrongan saya seperti Farah Quinn kali ya ( hihihi,..yang jadul tapi ),jadi nggak ada yang percaya kalau saya tidak biasa memasak.
Untungnya acara berjalan mulus , dan,..wallaaa, jadinya kok ya enak.
Di Surabaya, saya sempat ditelepon bu Menteri, bahwa beliau sekarang sudah pinter masak ayam goreng Kalasan versi saya itu dan jadi resep keluarga.
Ya, berkat ayam goreng itu, saya jadi cukup dikenal di instansi suami saya.
Meskipun yang pasti suami , ibu dan mertua saya pasti ngakak ketawa geli , karena mereka mengerti siapa saya sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar