Rabu, 25 Juli 2012

Arti Ke-SETIA-an Dalam HATI Wanita

Persahabatan manis. Gambar:funacid.com
Karena agak lama diluar kota , saya baru mengerti kalau mbak Narti , salah seorang sahabat saya masuk rumah sakit.
Tapi sekarang saya sudah dirumahnya , menemani dia yang masih tergolek dikamarnya.
Persahabatan kami  ini sudah lama,semenjak kami masih muda , sampai sekarang.

Sebenarnya persahabatan ini cukup aneh , karena kami merupakan pribadi yang  “bersimpang jalan” berlawanan dan bertolak belakang.
Seperti anjing dan kucing ? , … mmm , bukan-bukan.
Saya lebih suka  , kalau menurut saya, kalau di blantika musik , mbak Narti itu berirama slow-romantis-mendayu , sedangkan saya seperti irama pop-rock ,….hehehe.
Dia lebih tua 2 tahun dari saya , tapi tidak mau dipanggil mbak , merasa tua.
Dalam banyak hal  kita sering saling-silang dalam pertemuan2 yang terjadi.

Tetapi bagusnya kita selalu “seolah” bisa menemukan  titik temu , mencari keseimbangan dari dua sifat kami yang berbeda.
Berbagai peristiwa mewarnai persahabatan ini , sampai masuk keranah persoalan pribadi.
Ah,ya masalah apalagi kalau bukan masalah C-I-N-T-A  , yang merupakan benang merah dari setiap langkah tahapan  di-kehidupan manusia.

Waktu itu , dia seolah terhempas setelah tunangannya yang dikirim ke Amerika  , tiba2 menikahi gadis lain, dengan alasan MBA – married by accident.
Meskipun saya tahu , dia berurai air mata dan hatinya berdarah-darah dengan peristiwa itu , tetapi dengan tulus ( ? )  dia memaafkan tunangannya itu.
Dia berdalih layak seperti lilin yang rela habis agar bisa menerangi kekasihnya.

Saya ? , …pasti  lihat sikon-nya dahulu , tidak setuju begitu saja.
Perumpamaan lilin , yang bersedia berkorban untuk orang lain.
Kalau kita bicara tentang beberapa tokoh , yang mempunyai rasa perikemanusiaan tinggi, hati suci ,panggilan jiwanya.
Yang bersedia berkorban dan menolong orang lain  yang sedang berduka dan sengsara , seperti Florence Nightingale atau Bunda Theresia .
Mereka punya misi dalam hidupnya , misa kemanusiaan
Pasti tidak bisa disamakan dengan peristiwa cinta antar 2 manusia.

Di cinta , ada komitmen/persetujuan/ikatan  untuk saling berusaha membangun suatu kehidupan masa depan bersama yang bertanggung jawab.
Kalau salah satu ingkar janji, berarti persetujuan itu gagal atau batal , kita tidak perlu mematuhi perjanjian itu lagi.
Saya bersaling silang dengan mbak Narti, tetapi sekali itu tidak ada titik temunya.
Dia tidak bisa mengerti pemikiran saya dan saya juga tidak bisa mengerti perasaan dia.
Tapi bagaimana lagi , … ya bagaimana lagi ya ?

Saya jengkel sekali dan sedih melihat dia terus suntuk serta  berurai air mata ,
Sambil memperlihatkan semua pernak-pernik kenangan indah  kasih mereka  bersama
Rupanya nasi sudah jadi bubur , saya berpikir , bagaimana cara bubur ini bisa  berubah jadi bubur ayam yang hangat dan nikmat ?

Heran ,tiba-tiba saja mobil saya sudah berhenti didepan rumah kekasih sahabat saya itu.
Saya sebetulnya juga tidak mengerti mau apa , lagian sebetulnya  juga bukan urusan saya.
Hanya jengkel saja melihat sahabat saya disakiti seperti itu.

Saya lihat pria itu lagi duduk berdua dengan wanita “ lain “ , dan dia langsung bangkit ketika melihat mobil saya berhenti.
Menyambut saya didepan rumahnya.
“ …. Aku betul-betul minta maaf atas kejadian ini , …. bla bla bla 
Saya memandang dia, ingin juga bisa  mengerti, sebenarnya hatinya terbuat dari apa.
“Harusnya kamu minta maaf pada dia , bukan pada saya “ , saya berkata.
Saya dengar hanya keluarganya yang mengembalikan cincinnya pada keluarga mbak Narti , dia tidak ikut.
“ Kejadian itu karena aku alpa dan nggak sadar telah melakukan hal itu, …jadi aku terpaksa bertanggung jawab , dia hamil  “ , dia berusaha menjelaskan panjang lebar.
“ Waktu itu kamu ada di dusun ,  belahan Amerika sebelah mana, apotiknya pada tutup semua ya ? “,
Sayapun menjawab jengkel , kontrasepsi di  USA sudah bukan barang langka.
Dia juga bukan anak ingusan kemarin sore ,yang tidak mengerti apa-apa soal sex.

Dia agak menghalangi ketika saya mau masuk kedalam.
“ Please , jangan membuat keributan disini  ?!  “ , dia memohon.
“ Aku  ? ,…aku masih mengerti aturan dan etika . aku mau kenalan sama calon kamu ! “
Saya terus saja masuk kedalam rumahnya.
Untungnya dia tidak menghalangi, karena kalau sampai menghalangi, saya yakin pasti ada keributan dirumahnya.

Seorang wanita ayu menyambut uluran tangan saya.
“ Maaf , saya kira tadi , dia itu teman saya waktu di Amerika dulu , ternyata saya salah orang ,dia orang lain  mungkin hanya mirip saja  “ , saya berkata.
“ Oh , tidak apa-apa,… “ terdengar lembut suaranya dan begitu saja percaya dengan apa yang saya katakan.
Aduh , … ternyata wanita itu se-type dengan sahabat saya , baik hati , filosofi lilin, tulus , lembut , gampang percaya sehingga gampang dikibuli dan digombali.
Meskipun andai saya katakana , kalau laki-laki itu , waktu bercinta dengan dia hanya karena  alpa , hilang ingatan sekejab.
Dan tidak sadar serta terpaksa bertanggung jawab , karena dia hamil , dia juga pasti akan memaafkannya  dengan tulus , …  yah ,apa boleh buat.
Itu peristiwa pertama saya berkaitan dengan mbak Narti.

 Peristiwa keduanya terjadi setelah saya menikah dan punya anak.
Tetapi terlihat mbak Narti  belum juga punya pasangan.
Seperti biasa , kami saling silang dan mencari titik temu , keseimbangan.
Saya berusaha meyakinkan dia, bahwa diapun berhak untuk mendapatkan kehidupan yang lain , berusaha mencari kebahagiaanlah.
Kalau terus seperti itu, sepertinya dia tidak  “tulus “ melepas tunangannya.
Saya perkenalkan dia dengan seorang kawan saya , pokoknya melebihi segalanya dari ex. tunangannya.

Apa yang dikatakan ? ,  dia lebih muda dan terlalu ganteng untuk saya , karier bagus.
Apa aku nanti tidak cuma dipermainkan lagi , seperti yang dulu ?
Jawaban itu bikin saya geregetan, karena sepertinya mengada-ada,atau  mencari-cari  alasan , belum dicoba kok  sudah komentar
Padahal teman pria saya itu serius ingin melanjutkan hubungan , karena dirasa cocok dengan  type yang diidamkan.
Saya lihat dia juga mencoba berusaha  mendekati mbak Narti , tetapi sepertinya bertepuk sebelah tangan.
Ketika kami , saya dan mbak Narti mencari titik temu , saya tidak suka menyebutnya berdebat, kata keseimbangan lebih manis.
Sayapun harus sadar , bahwa setiap orang punya hak untuk memilih jalan hidupnya masing-masing.
Yang  dirasa paling nyaman yang bisa dijalaninya, dengan berbagai alasannya.

Dan sekarang , didepan saya mbak Narti , sahabat saya itu , sedang terbaring diranjangnya ,sendirian , sepi ,  dan sudah sepuh.
Rumah yang besar itu  meskipun tampak mewah , tapi lengang dan kosong.
Kemudian dia memegang tangan saya : “ Harusnya aku memang berani mendapatkan kehidupan yang lain, seperti katamu dulu ya ? “ , saya memandang dan memperhatikan  dia , menyimak kata2-nya yang terdengar lirih.
“ Harusnya aku bisa  belajar keberanian darimu , berani nyrempet2 bahaya “ , dia menelan ludah , memandang pedih, terbatuk sedikit.
“Minum ? “ saya tanya , dia menggeleng.

Tiba-tiba ada butiran bening mengalir dari matanya.
Saya tertunduk, diam-diam ada yang luruh dan runtuh  juga dalam hati ini.
“ Ayolah , katanya mau belajar berani , hapus dong air mata itu “ , saya mengambilkan tissue dimeja.
“ Kita cari titik temu lagi ?  “ , saya mencoba berseloroh, menggugah menantang hatinya.
“ Tidak ,aku sudah menemukan titik temu itu ,aku harus lebih berani lagi untuk hidup, tidak trauma dan cengeng “ , dia menatap  mata saya.
Meskipun sudah amat terlambat , tapi apa boleh buat , never mind.
“ Akupun harus banyak belajar dari kamu, …ketulusan , kesabaran dan berusaha menjadi lilin bagi orang lain ? “ , saya berkata dan  tersenyum.
Kami berangkulan, -- ah , betapa baik hati dan lembut sekali sahabat saya yang satu ini , saya harus belajar lebih banyak lagi darinya.
Sayapun berpamitan , : “ Harus Berani ! “ , dia berkata.
  P-a-s-t-i    !! “ , sayapun mengacungkan dua jempol saya . sambil ketawa.
Ya, saya tetap ingin berusaha mencari  “ titik-temu “  ,keseimbangan yang lain dengan dia , setelah dia sehat dan bugar kembali nantinya.
Semoga cepat sembuh sahabat.


Caprib  :
Sahabat sejati adalah orang-orang yang dapat berkata benar denganmu ,
Dan bukan orang-orang yang selalu dapat membenarkan kata-katamu.
                                   ( Prof.Dr. Hamka )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar