Minggu, 22 Juli 2012

Televisi Swasta Indonesia ? … Aduh Mak !

Simbol beberapa TV swasta. Gambar:hijaukubumiku.wordpress.com
Beberapa rekan , sahabat , saudara atau kenalan , jika saya tanya  , suka nonton teve ?
Ogah ah , mending cari kesibukan lain, atau nonton teve cable aja.
Umumnya mereka berpendidikan S1 keatas.
Kalau anak2 muda ditanya , umur antara 15 – 30 tahun, pendidikan SMP/SMA/S1 ,suka nonton teve ?
Nggak , nggak  suka, mending online aja, lebih asyik.
Jika saya tanya pada mbok bakul dipasar tradisionil , seneng nonton tipi ?
Kalau sudah selesai semua kesibukannya ,  suka juga nonton , dia menyebut suatu sinetron klasik dan jika ada ndang-ndutan.
Ketika saya tanya, sekolahnya sampai apa , dia jawab 2 SMP saja.

Jadi saya ingin membagi masyarakat Indonesia dari segi pendidikannya.
Tidak terlalu akurat sih, tapi ini saya ambil dari Google , beberapa tulisan lain.
Juga dengan percakapan saya dengan beberapa yang saya sebutkan diatas.

Buta Huruf    :  masih ada/banyak ? , beberapa LSM membuat kursus buta –huruf.
Lulus  SD      :  50,38 % , lebih dari separuh penduduk Imdonesia.
Lulus SMP    :  18,90 %
Lulus SMA   :  14,65 %
Lulus S 1       :  kurang dari 4 % penduduk Indonesia.
Lulus S 2       :  27.000 orang
Lulus Doktor :  24.000 orang
Profesor         :  23.000 orang
( Koreksi jika salah ).

Ini hanya sebagai panduan saja, jika seseorang akan  membuat atau merancang ingin melempar suatu produk kepasaran/masyarakat.
Produknya bisa apa saja , dengan mempertimbangkan factor pendidikan, meskipun mungkin masih ada segi2 yang lain.
Tapi saya ingin terfokus pada televisi saja.

Televisi adalah merupakan hiburan murah , mudah dan terjangkau.
Seorang pengusaha, sebelum mengeluarkan suatu produk, pasti melihat dahulu segmen pasar yang bakal dimasukinya.
Dan dia pasti tidak ingin merugi dalam menjalankan usahanya.
Termasuk juga usaha televisi swasta , pasti TVRI tidak ikutan.

Televisi Indonesia dimulai tahun 1962 dengan adanya TVRI.
Selama 27 tahun , TVRI yang menguasai jagad hiburan murah meriah itu.
Baru pada 1989 , pada tgl. 21 Maret 1992 dimulainya TV swasta beroperasi.
Jadi umur TV swasta diIndonesia baru 20 tahunan , belum dewasa tampaknya.
Masih pontang panting , dan harus  jatuh bangun dahulu untuk tegar/tegak.

Sebelumnya mulai on air,  pasti sudah diadakan survey di masyarakat dahulu , men-survey pasar bidikannya.
Dan pasti mereka bisa menyesuaikan acara2 yang bakal tayang sesuai dengan hasil data yang  mereka kumpulkan itu.
Jadi kalau selama ini , TV swasta tumbuh  jadi  ,… ADUH –MAK ! ,.. siapa ya yang patut disalahkan  atau keliru strategi  ?

TV swasta mendapatkan uang dari hasil iklan yang disisipkan pada tayangan acara2-nya.
Kalau acaranya menarik, banyak ditonton, diharaapkan pemasang2 iklan akan berdatangan untuk memasarkan produknya dan laku laris manis.
Diapun mendapat keuntungan besar , karena iklan diTV cukup mahal.

Tetapi karena banyaknya persaingan , TV swasta terus bermuculan.
Untuk menarik penonton makin mbludak, sebanyak mungkin , kemudian dibuatlah acara yang agak ekstrem, dan makin menjadi.
Kadang malah kebablasan dan berlebihan , kaluar dari rel2 moral dan etika bangsa kita.
Dan apa2 yang berlebihan dan kebablasan , pasti kurang baik.
Nurani seseorang , siapapun pasti tertegun , terhenyak dan  pasti bertanya-tanya .
Langkah selanjutnya , kemudian mulai membatasi diri atau menghindar , agar tidak larut dalam yang “ bablas-bablas “ ini.

Pengelola TV swasta harusnya me-waspadai hal ini, jika tidak ingin tevenya bangkrut atau gulung tikar, karena sepi penonton.
Meskipun misinya cari duit, cari untung, tetapi karena mencarinya dibumi Pertiwi ini.
Ada baiknya juga ikutlah memperhitungkan/memberikan “keuntungan” , sebagai timbal balik untuk bangsa ini.
Paling sedikit ikut bisa mendidik bangsa ini , menjadi bangsa yang lebih baik.
Lebih cerdas , lebih bermoral, santun , mengerti adab dan manusiawi sesuai dengan kepribadian Indonesia.

Jangan mencontohkan prilaku2 yang berlebihan, karena apa2 yang kebablasan , pasti memberi dampak kurang baik.
Banyak yang meniru – meski ada peringatan/ warning – contoh yang tampak,bisa jadi panutan  yang berbahaya bagi masyarakat yang kurang wawasan dengan  pendidikan minim   ( ingat ,… 50 % lebih penduduk Indonesia lulusan SD ).

Saya melihat sekarang , banyak orang yang sudah mulai sadar , bahkan muak  dan menjadi bosan nonton teve.
Ngeri juga dengan acara2 yang seronok , sok kebablasan , lepas kendali dan tidak mendidik kepribadian yang mumpuni.
Terkesan seenaknya sendiri, semua ditabrak asal ada uang masuk.

Tetapi untuk TV swasta,tidak perlu pula berkecil hati.
Mungkin karena usianya masih muda, sering salah langkah , salah tingkah.
Mereka harus lebih banyak lagi belajar untuk mencari jati diri yang lebih  baik , mawas diri lebih cerdas , dengan wawasan  yang lebih luas.

Tentu saja agar  tetap bisa menjadi sahabat yang baik bagi masyarakat , bersahaja , akrab.
Dan pula bisa menjadi pemberi  masukan  dan inspirator yang berguna  pada masyarakat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar