Jumat, 29 Juni 2012

Rubah cerita Malin Kundang , Anak Durhaka vs Arogansi Bunda ?


Malin Kundang ? Gambar:id.wikipedia.org
Saya  sering  merinding,  merasa  ngeri  dan  miris,  bila  melihat  disuatu  tayangan  media atau teve .
Tentang  betapa  perkasanya  seorang  bunda  yang  berhak  menjatuhkan  kutukan  pada  anaknya  dan  merubahnya  menjadi  batu.
Yang  saya  maksud  adalah  adanya  tayangan  di teve  versi  cerita  Malin  Kundang.
Tayangan2  itu  pasti  berlebihan  karena  setiap  adegan  diteve  selalu  diset /diskenario.   Dibuat  sedramatis  dan  sesetimentil  mungkin.

Yang  saya  khawatirkan  adalah bila  kisah  itu  kemudian  bisa  dijadikan  inspirasi  atau  alasan  pembenar   bagi  bunda2  yang  bernasip  kurang  baik.
Seolah  memang  sepantasnya   kita  berhak  untuk  men-judge    titipan  TUHAN    itu  sesuka  kita .
 Terlebih  kalau  keadaannya  memang  kurang  berkenan,  tidak  menyenangkan..  dan  membuat mereka lepas kendali .
Jadi memang  harus seperti itulah seharusnya  kalau  seorang  bunda  murka,  benar2  suatu  pola  pemikiran  yang  mengerikan.

Buktinya  ditayangan  nyata, sering terlihat.
Banyak  terlihat  seorang  ibu  menelantarkan  anaknya,  mengabaikan  bahkan  menyiksa  anaknya.
Tidak  jarang  kita  lihat,  banyak  anak2  yang  babak  belur  dihajar  emaknya
Tidak  dikasih  makan ,  ditinggal  pergi  begitu  saja,  dan  disuruh  cari  kerja /  cari  duit .
Padahal  dia  masih  amat  kecil , di-stopan  anda  pasti  sering  melihat atau ditempat strategis lain.
Yang  ekstrem  juga  sering  kita  jumpai,  banyak  bayi  yang  diperlakukan  amat  kejam. Dibuang,  dibunuh,  yang  barusan  saya  lihat  bahkan  dimutilasi.
Itu belum termasuk yang di aborsi.

Padahal  seharusnya  kasih  Ibu  itu  tak  terhingga,   ibaratnya   bila   kasih  anak  sepanjang  galah,  kasih  ibu  itu   sepanjang  jalan.
Bila  kasih  anak  sedangkal  kolam,  kasih  Bunda  itu  sedalam  lautan  dan  seluas  samudera.
Beliau  pasti  akan  bersedia  memaafkan  kesalahan  anaknya  betapa  pilu  luka  pedih  dan  perih  rasa  sakit  hatinya.

Karena  seorang  anak  adalah  amat  penting dan  itu  merupakan  tanggung  jawab  abadi  untuk  mencurahkan  seluruh  hati  kita  kepadanya.
Dan  pendidik pertama  dan  utama  dimuka  bumi  ini  adalah  seorang  ibu,  seorang  bunda,  perempuan  yang  diharapkan  berhati  mulia itu.
Konon,  seorang  anak  adalah  ibarat  buku  putih  bersih  ,  dan  yang  pertama  kali  menulis  dibuku  itu  adalah  bundanya.

Kalau  kita  selalu  menuliskan  hal2  yang  baik,  mencontohkan  hal2  yang  terpuji,  pasti  hal  itu  akan  menjadi  fondasi  dari  mentalnya .
Atau  tameng  dari  wataknya,  dikemudian  hari,  betapapun  milieu  atau  lingkungan  yang  didatanginya kelak.
Binatang  saja  akan  bersikap  baik/jinak  jika  kita  selalu  perlakukan  dengan  baik,  apalagi  anak  manusia.

Saya mengusulkan,  sebaiknya  cerita   Malin  Kundang  dirubah,  siapa  tahu  hal  ini  juga  akan juga  bisa  merubah  “ inspirasi “  yang  terbentuk  dengan  adanya   kisah  ini.
Yang  saya  maksud ,  yaitu  disaat  terakhir,  setelah  Malin  sudah  menjadi  kaya  raya  Dan  dia  merasa  malu  serta  tidak  mau  mengakui  ibunya  yang  sudah  tua , renta  dan miskin.

Pasti,  bundanya  akan  tetap  bersabar  hati .
Dia hanya  memohon   berdoa  kepada  TUHAN  YME, agar  anaknya  diberi  peringatan  olehNYA.

Kisahnya setelah  Malin  naik  kekapal  kembali  dan  masih  dengan  sumpah  serapahnya.
Kemudian  kapal  itu  mulai  bertolak , saat itulah datang  petaka  dari  TUHAN.
Terjadi  tsunami  dahsyat,  dan  kapalnya  terhempas  kepantai. 
Agar  lebih  dramatis,  sebaiknya  Malin  digambarkan  terlempar  dan  jatuh  persis  didepan  kaki  bundanya.
Kan menurut  ceritanya  pondok  sang  Ibu   ada  didekat  pantai.

Dan  disitulah , diantara  deru  dan  debur  ombak,  Malin  mohon  ampun  dibawah  telapak  kaki  ibunya.
Bundanyapun  memaafkan  perilaku  anaknya  yang  sedang  alpa  dengan  hati  yang  tulus  dan  ikhlas.
Ceritanya  pasti  indah  dan  tetap  mengandung  pesan  dan  kesan  yang  apik   dan  manis.
Dari  segi   pendidikan  rasanya  juga  baik,   untuk  anak  maupun   bundanya,  jadi  tiada  lagi  ada  si anak  durhaka  atau  bunda  yang  terkesan  demikian  arogan.

***  Kalau tentang batu2-an  yang konon seperti bentuk tambang2 kapal dan bentuk manusia yang menyembah , dimitoskan Malin Kundang ?
Lebih baik kita berpikir positif dengan  logika yang masuk akal.
Karena diperkirakan bahwa setiap 175 – 200 tahun sekali didaerah itu pasti terjadi Tsunami yang dahsyat.
Akibat lentingan dan pergeseran lempeng dan kerak bumi,yang selalu bergerak, kemudian saling menekan dan terjadi patahan yang menimbulkan gejolak.
Mungkin hal ini lebih menarik , terlebih bagi ilmuwan/wisatawan, karena batu2-an itu mungkin berumur jutaan tahun lalu dan sekarang tersembul keluar.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar