Rabu, 22 Agustus 2012

Disangka kurir Narkoba

Jembatan Ampera yang megah. Gambar:variety-indonesia.blogspot.com
Waktu itu suami masih tugas di Palembang dan saya kerja di Surabaya.
Kami  sering pontang-panting dan mondar mandir dikedua kota itu.

Hari itu saya akan pulang ke Surabaya, diantar di airport oleh suami.
Bandaranya belum Sultan Mahmud Badaruddin II , tetapi masih TalangBetutu.
Ternyata ada yang ketinggalan di mobil , mainan titipan anak saya.
Suamipun kembali ketempat parkiran mobil dan saya duduk dikursi tunggu

Tiba2 ada seorang laki2 duduk didekat tempat saya duduk, tengok sana-sini :
“ Mau kemana Cik  ? “ ,  dia tanya.
Oh iya, jangan heran, jika ia memanggil  “ Cik “ pada saya  , karena jika orang belum mengenal saya, pasti mengira saya Chinese , meskipun saya Jawa tulen.
“ Ke Surabaya “ , saya jawab ,  perhatikan sekilas dia , seorang pria Chinese  perlente, pakai kacamata hitam.
Dia membawa koper besar dan travel-bag yang dijinjing.

Tanpa ditanya, dia cerita  kalau dia dari Singapore dan akan ke Jakarta dan banyak lagi ceritanya yang tidak sempat saya dengar ,… tiba-tiba dia bangkit dan :
“ Saya mau ke toilet ,… saya titip koper ini sebentar “ , dia langsung beranjak …
“ loh , saya nanti cepat berangkat ,… “  , dia menoleh dan cuma menunjuk kearah kopernya , mungkin memberi tanda tinggalkan saja.

Belum lama , ada 2 orang pria datang diiringi 2 laki-laki pakai seragam dan menunjuk kearah koper itu.
“ Ini kopernya ?  “ , dia tanya pada saya
“Bukan ,… orangnya lagi ke toilet  “ , keempat orang itu melihat-lihat koper itu
“ Suaminya ke toilet ya  ? “ , seorang tanya.
“ Nggak , suami saya ke parkiran ngambil mainnan  “ , mereka ganti memperhatikan saya.
“ Yang punya koper itu suaminya ? “ mereka tanya.
“ Bukan , bukan suami saya ,.. ini koper orang lain, dia sedang ke toilet “ , sayapun langsung berdiri , karena mereka sepertinya makin mendesak.
Untung suami saya datang , “ “ Ada apa ya ? “ , dia tanya.
Mereka berempat memandang suami saya , yang juga berseragam dan mereka langsung memberi hormat.
Sayapun kemudian bercerita pada mereka berlima, tentang koper itu sampai ada didekat saya , beberapa orang saya lihat mulai merubung kami.

Sambil meminta maaf , merekapun menanyakan ciri2 pria siempunya koper itu , dan kira2 kemana perginya.
Saya agak repot juga karena memang kurang memperhatikan dia.
Seorang bapak tiba2 tampil dan bisa menjawab dengan tepat setiap pertanyaan para petugas itu serta kemana kira2 perginya.
Rupanya dia memperhatikan peristiwa itu dari jauh , saya patut berterima kasih padanya.
Karena ada panggilan untuk memasuki pesawat , mereka saya tinggalkan dan suami mengambil alih  “tanggung jawab “ saya  itu.

Malamnya sesudah saya tiba dirumah , suami menelpon.
Pemilik koper itu sudah diincar oleh petugas sejak di Medan , sayangnya belum tertangkap, masih dicari seputar terminal dan pelabuhan.
Koper itu berisi narkoba yang ditaruh , dilapisan koper paling bawah dijahit , dilapisi aluminium foil dan dibungkus rapi.
Yang banyak ada di travel bag yang dijinjing dan dibawanya kabur.

Dan bapak yang bisa memberi banyak info itu , ternyata hanya orang iseng yang melihat peristiwa itu dari jauh.
Dia melihat waktu suami mengantar saya,dan setelah suami pergi, ternyata ada pria lain mendatangi saya.
Dia pikir saya punya janjian dengan pria perlente berkoper besar itu.
Jadi dia memperhatikan dan bisa menceriterakan secara detail segalanya tentang pria itu.

Saya ketawa waktu suami cerita seperti itu ,… ada-ada saja.
Sial bener saya sehari itu ,… sudah dikira jadi kurir narkoba , malah ada yang mencurigai saya  punya selingkuhan lagi.
Betul-betul ini :  layak seperti ,… sudah kepleset , kecebur comberan pula , beneran !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar