Jumat, 03 Agustus 2012

VETERAN , Pejuang Garis Depan

Veteran, penjaga bendera bangsa. Gambar:anggarezpector.blogspot.com
Ingat Veteran , kita pasti ingat dengan perjuangan bangsa Indonesia .
Ingat dengan cerita-cerita kepahlawanan bangsa kita merebut kembali kemerdekaan
ini dari  tangan Belanda .
Yang konon sudah menjajah  bangsa kita semua selama 350 tahun.

Kita  bukan minta atau mengemis tapi merebut kembali  dengan gagah berani, tanpa gentar disertai darah dan air mata.

Kisah-kisah heroik disetiap daerah pasti ada, semua mendebarkan dan membanggakan. Tapi yang paling berkesan adalah perjuangan dari Surabaya. 
Dimana “arek-arek Suroboya” dengan perkasa berusaha menghadang sekutu yang ditunggangi Belanda.

Dengan  hanya peralatan seadanya, mereka berusaha menghalangi pasukan sekutu yang punya persenjataan paling canggih saat itu.

Waktu itu  Surabaya dihentak dari laut dengan dentuman-dentuman meriam dari kapal perang Sekutu  dari laut
Dan pesawat tempur – nya yang menyeruak  dilangit Surabaya
Dengan bom –bom  yang menggeleggar, meraung-raung  merambah , membahana di
persada Surabaya

Surabaya bergetar,  rakyat panik dan lari berhamburan,  tunjang-palang mengungsi keluar kota, menyelamatkan diri.

Tetapi diantara puing-puing Surabaya, masih berkeliaran pasukan-pasukan kecil arek Suroboyo yang cuma “bondho nekat”  .
 Istilahnya modal dengkul  , bermodalkan tekad/dengkul  saja .
Mereka hanya punya tekad , menghadang Belanda yang mau balik lagi menggagahi Nusantara tercinta ini .
Mereka hanya cuma punya nyawa tok  dengan  senjata seadanya , seketemunya.

Sekutu kemudian mendarat, dengan gegap gempita  .
Diawali  pasukan gurgha yang tampak garang, dengan sorban dan bajunya yang khas.
Gemeradak  dibacking tank-tank yang bergemuruh.
Mereka datang tidak dengan Caiya-caiya-nya  Shahruk Khan . tetapi dengan senapan pemusnah  canggih  yang menakutkan.
Dan yang  selalu  siap dihamburkan pada pasukan arek Suroboyo yang menghadang mereka.

 Pertempuran  berhadap-hadapan mengerikan terjadi ,  dan korban berjatuhan bergelimpangan bersemburat darah.
Dari persenjataan , sungguh pertempuran yang tidak seimbang, korbanpun bertumpuk dipihak kita.

Tetapi  karena pasukan sekutu kurang paham dengan jalan-jalan tikus di Surabaya .
Jadi  mereka sering dicegat diantara bangunan yang sudah runtuh porak poranda.
Dari pasukan sekutu yang terbantai itulah , baru pasukan “ arek-arek Soroboyo “ ini mendapat amunisi dan peralatan perangnya ,…. kasihan sekali.

Tetapi pasukan sekutu, jagoan-jagoan perang dunia – pasti tidak kurang taktik dan tidak gentar menghadapi  pasukan arek Suroboyo .
 Yang hanya bondo nekad , seadanya  , yang  amat minim peralatan dan minim pengalaman perang.

Setelah mundur 2 hari, pesawat-pesawat sekutu datang lagi, disertai dentuman meriam dari kapal perang  yang lego jangkar  dilaut .
Mereka menyebarkan selebaran agar perlawanan dihentikan , mereka harus mundur  .
Atau Surabaya akan di bumi-hanguskan jika tidak mau menyerah.
Dan inilah jawaban mereka , jawaban arek-arek Suroboyo  :
:    Ayo ,…..rawe-rawe rantas , malang-malang putung ,… maju terus  !  
Pertempuran yang terjadi menimbulkan korban yang amat  besar , mengerikan .
 Sehingga kemudian  Surabaya dijuluki sebagai kota Pahlawan .

 Ya , kenapa saya  kok sok begitu  tahu dengan perjuangan arek-arek Suroboyo ini ?
Betul ,…karena salah satu dari  pasukan arek Suroboyo itu akhirnya jadi suami saya.

Saya masih ingat, disetiap  menjelang 17 Agustus , jiwanya seolah menggebu  dan bergetar lagi , ada semangat menggelora didada
 Sayapun senang mendengarkan kisah2 heroik, gila2-an  , kadang jenaka , lucu dan keberanian nekad ngawur ,   penuh bahaya .
Betul2  nyawa  taruhannya dari pasukan  suami , yang rata2 masih amat muda itu.

Pertempuran hadap-hadapan serta penghadangan yang mereka lakukan , banyak membawa korban.
Di peperangan , jika  ada seruan  “ AWAS – tiarap  “ , mereka harus cepat tiarap , menjatuhkan diri dimana saja.
Terlambat sedikit , nyawa terbabat melayang oleh tembakan/mortir musuh yang menerabas kemana-mana.
Pernah seorang rekan suami  yang nekad ,  meskipun sudah ada peringatan “ tiarap “ , dia tetap berdiri dan berteriak  “ maju !! “ , terus  berlari kearah musuh.
Dan terbabatlah pejuang muda itu , putus berkeping bersimbah darah dihadapan pasukannya.

 Sesudah merdeka , disetiap peringatan kenegaraan jelang 17 Agustus .
 Jadi persis setiap tanggal  16 Agustus , ,jam 12 .00 tengah malam, suami selalu  hadir datang ke upacara itu dengan semangat.
Untuk memperingati rekan2 –nya yang  gugur dahulu sebagai kusuma bangsa  , dan jasadnya berserakan dimana-mana .
Sekalian merekapun bertemu dengan rekan-rekan semasa perjuangan dahulu.

Mertua perempuan sayapun suka nimbrung bercerita, tidak kalah seru dan  semangatnya.
Karena beliau juga salah seorang  dari mereka , berjuang dibelakang  dengan  mendirikan dapur umum.
Pensuply  makanan dari garis belakang untuk pejuang garis depan.
Bagaimana beliau dengan bu Dar Mortir, pahlawan wanita Surabaya , lari kocar-kacir , jika tempat dapur umumnya ketahuan  dan diobrak-abrik Belanda.


Satu yang saya ingat dari beliau2 itu , bahwa perjuangan itu amat didukung oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pejuang2 itu bukan hanya orang/pemuda Surabaya  saja , tetapi banyak pemuda2 dari seluruh pelosok tanah air , nimbrung jadi satu , bertekad bulat seiya sekata .
 Saudara2 dari desapun dengan  sukarela menyokong perjuangan heroic itu.
Mereka berjuang bersama , satu padu , susah dan senang sama-sama.
Bersama-sama melawan penjajah  dengan satu janji , satu semboyan : MERDEKA atau MATI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar