Minggu, 12 Agustus 2012

Kerja –Bakti pada Hari Lebaran

Bekerja dan bermain. Gambar:investasi10milyar.com
Yang merepotkan jika menjelang Lebaran adalah tentang pembantu , asisten kita dirumah.
Rekan2 kerja  saya pasti semua berkeluh kesah , gelisah , uring2-an perkara satu ini.

Apalagi jika dirumah ada priyayi sepuh.
Pasti akan banyak yang bakal berkunjung kerumah kita , untuk sungkeman pada eyang.
Itu pasti menimbulkan kerepotan tersendiri pula, jika tidak ada pembantu.

Saya serumah dengan ibu mertua , seorang ibu sepuh bijak yang amat dihormati oleh semua famili dari fihak suami.
Dirumah ada 2 orang pembantu dan seorang sopir..
Jika Lebaran tiba, 2 pembantu itu saling berbagi liburan antar mereka dengan sopir,dan selama ini baik2 saja.
Tidak pernah kosong pembantu, pembagiannya saya serahkan pada mereka untuk mengaturnya.
Bisa disesuaikan dengan kebutuhan mereka di desa.
Mereka sudah ikut dengan saya cukup lama , kurang lebih 5 tahunan.

Entah kenapa, tiba2 saja timbul ide saya, pada  saat itu, meliburkan semua pembantu.
Dalam waktu bersamaan , sekaligus untuk menguji “ kemampuan “ kami untuk mengatur rumah ini tanpa bantuan orang lain.
Kok suami dan eyang sepakat , anak saya setuju juga,  bisa bermanja pada mamanya .

Kami kemudian mengatur pembagian  “ kerja bakti “ itu.
Eyang , yang kelihatan malah bersemangat, mengatur tentang dapur dan makan.
Suami ,mendapat bagian menyapu , melantai/ngepel/bersihkan lantai dan cuci2 baju.
Saya sendiri , disamping menjaga anak , bisa berakrab ria dan bercanda sepuasnya.
Waktu itu anak saya  masih balita , saya suka menggodanya dan dia pasti tertawa terkekeh-kekeh , maklum mamanya radak jahil.
Juga mengurus semua keperluan luar, beli  segala keperluan  untuk rumah , saya juga gampang pergi sana-sini dan terbiasa belanja.

Sebetulnya pembantu saya juga heran  kok dikasih libur bersama-sama , 6 hari lagi.
Tetapi  sudahlah  , kami sudah sepakat untuk meliburkan mereka.

Hanya sebelum pulang, mereka sudah masak makanan siap santap yang tahan lama.
Seperti dendeng ragi , rendang  , sambel goreng kering , sambel bajak.
Juga membuat pernak-pernik bumbu untuk pelengkap nasi kuning dan kupatan..
Waktu itu masih belum ada bumbu sachet seperti sekarang yang praktis dan gampang.
Beberapa krupuk juga saya beli sebagai pelengkap , telur mentah/asin.
Tak ketinggalan  buah2-an dan sayur  kebiasaan kami.

Kue-kue biasanya saya beli, atau pesan kebeberapa teman saya.
Waktu itu  pasar dan toko tutup waktu Lebaran , sampai seminggu.
.Tidak seperti sekarang, segala keperluan rumah tersedia , bahkan sampai 24 jam non stop , buka terus.

Pas hari  Lebaran , kami senang2 saja , karena banyak tamu , famili berdatangan.
Ketawa-ketiwi , bercanda dan makan-makan.
Beberapa malah bawa makanan masakan khas mereka dari rumahnnya.
Rasanya malah terasa nyaman , karena beberapa famili yang kepernah muda , kemenakan atau adik eyang , bahkan  membantu kesibukan dan kerepotan  dirumah.

Hari pertama  dan kedua, fine-fine saja, lancar.
Hari ketiga , … aduh , kok badan terasa capek banget , sakit semua.
Saya lihat eyang sudah sibuk menyiapkan makanan dan suami lagi melantai.
Saya sedang memandikan si kecil , sambil mainan ,belum mandi dan cuma pakai daster yang basah sana-sini.
Kok rasanya berantakan ya, tidak seperti jika ada para pembantu, semua sudah teratur. Tiba2 didepan saya ada tamu dari jauh, kakak saya dari Jakarta, datang tiba2 dan kita sedang kalang-kabut  seperti ini.,  wah , … ribet banget.
Seharian dirumah saya  dan untungnya ( kejam nian.. ) dia pamit kerumah ibu dan ayah saya , yang ada diluar kota.

Hari keempat, anehnya saya kok semangat lagi , mungkin sudah agak biasa.
Beberapa  famili datang dan pergi, tapi sepertinya tahu diri, mereka semua self service.
Siang hari ketika saya menyuapi anak saya,.. eh , tiba2 ternyata pembantu saya yang tua datang.
Katanya dikampung baik2 saja, dia malah kepikiran saya, karena pasti repot banget.
Didesa enggak kerasan, karena kalau ada apa2 , dia yang harus keluar duit.

Hari kelima, pagi hari , yang  mudapun datang, dia yang khusus mengurus anak saya.
Katanya didesa malah bingung dan kepikiran  terus keadaan saya .
Padahal saya memberi mereka libur 6 hari kerja.

Apa yang saya dapat dari hasil “ kerja bakti “ kami itu ?
Ternyata kerja pembantu bukan main capek dan repotnya.
Rasanya pekerjaan rumah tidak ada habisnya , apalagi bila punya anak kecil.
Kami jadi bisa menghargai jasa pembantu, demi kelangsungan , lancarnya segala urusan dirumah.
Pengin merasakan ? , coba sekali-kali suruh semua pembantu anda berlibur saat lebaran .
Cukup capek sih tapi asyik juga , keluarga jadi rukun , satu padu makin akrab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar