Bekerja dan bermain. Gambar:investasi10milyar.com |
Yang merepotkan jika menjelang Lebaran adalah tentang
pembantu , asisten kita dirumah.
Rekan2 kerja saya
pasti semua berkeluh kesah , gelisah , uring2-an perkara satu ini.
Apalagi jika dirumah ada priyayi sepuh.
Pasti akan banyak yang bakal berkunjung kerumah kita , untuk
sungkeman pada eyang.
Itu pasti menimbulkan kerepotan tersendiri pula, jika tidak
ada pembantu.
Saya serumah dengan ibu mertua , seorang ibu sepuh bijak yang
amat dihormati oleh semua famili dari fihak suami.
Dirumah ada 2 orang pembantu dan seorang sopir..
Jika Lebaran tiba, 2 pembantu itu saling berbagi liburan
antar mereka dengan sopir,dan selama ini baik2 saja.
Tidak pernah kosong pembantu, pembagiannya saya serahkan
pada mereka untuk mengaturnya.
Bisa disesuaikan dengan kebutuhan mereka di desa.
Mereka sudah ikut dengan saya cukup lama , kurang lebih 5
tahunan.
Entah kenapa, tiba2 saja timbul ide saya, pada saat itu, meliburkan semua pembantu.
Dalam waktu bersamaan , sekaligus untuk menguji “ kemampuan
“ kami untuk mengatur rumah ini tanpa bantuan orang lain.
Kok suami dan eyang sepakat , anak saya setuju juga, bisa bermanja pada mamanya .
Kami kemudian mengatur pembagian “ kerja bakti “ itu.
Eyang , yang kelihatan malah bersemangat, mengatur tentang
dapur dan makan.
Suami ,mendapat bagian menyapu , melantai/ngepel/bersihkan
lantai dan cuci2 baju.
Saya sendiri , disamping menjaga anak , bisa berakrab ria
dan bercanda sepuasnya.
Waktu itu anak saya masih balita , saya suka menggodanya dan dia
pasti tertawa terkekeh-kekeh , maklum mamanya radak jahil.
Juga mengurus semua keperluan luar, beli segala keperluan untuk rumah , saya juga gampang pergi sana-sini
dan terbiasa belanja.
Sebetulnya pembantu saya juga heran kok dikasih libur bersama-sama , 6 hari lagi.
Tetapi sudahlah , kami sudah sepakat untuk meliburkan mereka.
Hanya sebelum pulang, mereka sudah masak makanan siap santap
yang tahan lama.
Seperti dendeng ragi , rendang , sambel goreng kering , sambel bajak.
Juga membuat pernak-pernik bumbu untuk pelengkap nasi kuning
dan kupatan..
Waktu itu masih belum ada bumbu sachet seperti sekarang yang
praktis dan gampang.
Beberapa krupuk juga saya beli sebagai pelengkap , telur
mentah/asin.
Tak ketinggalan buah2-an
dan sayur kebiasaan kami.
Kue-kue biasanya saya beli, atau pesan kebeberapa teman
saya.
Waktu itu pasar dan
toko tutup waktu Lebaran , sampai seminggu.
.Tidak seperti sekarang, segala keperluan rumah tersedia , bahkan
sampai 24 jam non stop , buka terus.
Pas hari Lebaran ,
kami senang2 saja , karena banyak tamu , famili berdatangan.
Ketawa-ketiwi , bercanda dan makan-makan.
Beberapa malah bawa makanan masakan khas mereka dari
rumahnnya.
Rasanya malah terasa nyaman , karena beberapa famili yang
kepernah muda , kemenakan atau adik eyang , bahkan membantu kesibukan dan kerepotan dirumah.
Hari pertama dan
kedua, fine-fine saja, lancar.
Hari ketiga , … aduh , kok badan terasa capek banget , sakit
semua.
Saya lihat eyang sudah sibuk menyiapkan makanan dan suami
lagi melantai.
Saya sedang memandikan si kecil , sambil mainan ,belum mandi
dan cuma pakai daster yang basah sana-sini.
Kok rasanya berantakan ya, tidak seperti jika ada para
pembantu, semua sudah teratur. Tiba2 didepan saya ada tamu dari jauh, kakak
saya dari Jakarta,
datang tiba2 dan kita sedang kalang-kabut seperti ini., wah , … ribet banget.
Seharian dirumah saya dan untungnya ( kejam nian.. ) dia pamit
kerumah ibu dan ayah saya , yang ada diluar kota.
Hari keempat, anehnya saya kok semangat lagi , mungkin sudah
agak biasa.
Beberapa famili
datang dan pergi, tapi sepertinya tahu diri, mereka semua self service.
Siang hari ketika saya menyuapi anak saya,.. eh , tiba2
ternyata pembantu saya yang tua datang.
Katanya dikampung baik2 saja, dia malah kepikiran saya,
karena pasti repot banget.
Didesa enggak kerasan, karena kalau ada apa2 , dia yang
harus keluar duit.
Hari kelima, pagi hari , yang mudapun datang, dia yang khusus mengurus anak
saya.
Katanya didesa malah bingung dan kepikiran terus keadaan saya .
Padahal saya memberi mereka libur 6 hari kerja.
Apa yang saya dapat dari hasil “ kerja bakti “ kami itu ?
Ternyata kerja pembantu bukan main capek dan repotnya.
Rasanya pekerjaan rumah tidak ada habisnya , apalagi bila
punya anak kecil.
Kami jadi bisa menghargai jasa pembantu, demi kelangsungan ,
lancarnya segala urusan dirumah.
Pengin merasakan ? , coba sekali-kali suruh semua pembantu
anda berlibur saat lebaran .
Cukup capek sih tapi asyik juga , keluarga jadi rukun , satu
padu makin akrab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar