Jumat, 23 November 2012

KOPI LUWAK , Dari Amit-Amit Jadi Klomat-Klamut


Hai everybody,nice to meet you. Gambar:benarnggak.wordpress.com

Sebetulnya sejak kecil saya tidak doyan minum kopi. Pertama , mungkin saya lihat warnanya , kok hitam pekat gitu , mengerikan.
Kemudian baunya , menurut saya  ( waktu kecil dahulu ), bisa bikin agak nggliyeng ,agak melayang , kurang nyaman.

Sesudah menikah, ternyata mertua dan suami sendiri selalu minum kopi untuk pembuka paginya.
Karena ketularan , saya jadi ikut2-an, meski sering tersedak , karena waktu itu jika  menyediakan kopi selalu pakai ampasnya… aneh.
Solusinya untuk saya, kalau lagi pengin nyoba , kopinya harus disaring dulu dengan saringan lembut , - ih , repot banget , emangnya bayi minum saja pakai disaring-saring segala.

Mulai doyan setelah sering diajak  suami mancing malam hari  - ssttt, mancing beneran lho dilaut lepas , mancing ikan , suami hobbynya mancing.
Udara laut kalau malam dingin dan berangin cukup kentang , jadi selalu pakai baju tertutup.
Juga aneka makanan dan minuman dipilih yang bisa menghangatkan tubuh , antara lain , kopi panas.
Sejak itu saya mulai sering ketagihan , -- belum , belum kecanduan kok.

Saat itu segala aneka kopi sachet-an mulai beredar , dengan aneka merek dan rasa.
Dokter ahli gizi yang pernah saya tanyapun  mengatakan  ( untuk saya ) , tidak apa2 minum kopi, asal jangan lebih dari dua cangkir sedang per hari….  siiip lah.

Sebenarnya kopi luwak sudah lama saya dengar, tetapi saya tidak tertarik, karena prosesnya yang  saya anggap menjijikkan dan mengerikan.
Bahkan waktu Oprah Windfrey memperagakan minum kopi luwak , sambil tunjuk jempol, -- wow, sambil membelalakkan matanya , sayapun tetap bergidik.

Suatu hari salah seorang kerabat datang kerumah , dan pagi sehabis jalan pagi dia membawa sebungkus besar kopi luwak sachet , yang dia beli promo di super market dekat rumah.
“ Murah banget , ini diluar harganya mahal lho , enak kok  “ , dia berkata sambil nyeruput kopi hasil seduhannya sendiri.
Saya waktu melihat itu , malah terbayang   ….-nya luwak ( maaf ) , aduh, amit-amit deh.

Waktu dia pulang , kopinya ketinggalan, masih banyak lagi , ada 15 sachet.
Sorenya , mungkin karena iseng , anak saya mencobanya.
“ Enak kok ma  , … lagian enggak mungkin ini asli , kayak yang sering diberitakan media. Yang asli kan mahal , -- ini pasti kopi biasa , tapi dikemas lebih , jadi kayak aslinya “ , dia ikut promosi.
“ Masak harganya lebih murah dari kopi biasa nya  “.
Kok hati ini rasanya agak tergoyah , pengin nyoba – dan anak saya terus me minumnya dengan santai , dan dia tampak sehat-sehat dan baik saja.
Kami memang enggak punya keturunan sakit lambung kok.

“ Dicoba saja ma , nanti kalau tidak  mau ,tak habiskan  “ , anak saya menantang.
Sayapun mencoba dan memang enak , tetapi tiba-tiba saya terbayang yang enggak-enggak , jadi saya urungkan niat saya dan berhenti minum.
Sayapun membuat kopi favorit saya sendiri , luwaknya saya serahkan pada anak saya.

Sedikit demi sedikit, lama kelamaan jadi doyan juga , dan bayangan itu hilang setelah banyak membaca dan melihat teve
Mendapat penjelasan  beberapa ahli dari beberap disiplin ilmu ,juga melihat prosesnya di pabrik tempat kopi itu di kerjakan  yang begitu modern , higienis dan steril.
Kopi luwak itu white coffee , yang katanya lebih ringan dari kopi biasa.
Sekarang saja sudah beredar aneka white ciffee dari aneka merek.

Kadang masih terpikir dan terbayang proses itu , - tapi sudahlah –pokoknya yang dahulu amit-amit , sekarang harus  jadi klomat –klamut/jilat bibir , merasakan sedapnya
Tetapi betapapun, saya masih sering mencoba kopi baru yang beraneka rasa dan aromanya , barangkali ada yang lebih tampak enak  cara prosesnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar