Jumat, 14 Desember 2012

Dongeng Klasik Korea : Yun Ok , Kelembutan Hati Wanita


Bukan Korean,tapi sama saja.Gambar:ngunik.blogspot.com

Pernah dengar dongeng  Klasik  Korea – Yun  Ok , kisah tentang wanita bijak , isteri yang feminin dan lembut ?
Ceritanya menarik dan mungkin bisa jadi sari tauladan bagi wanita, isteri dan ibu.
Nanti kita cari benang merahnya , setelah membaca dongeng dibawah ini :

Diceritakan ,Yun Ok ini seorang isteri yang sedang kebingungan ,karena kelakuan suaminya. Dia kemudian meminta nasihat ke seorang yang pintar dan bijak.
“ Saya datang  mohon pertolongan ,  wahai orang pintar dan bijak , ingin meminta nasihatmu yang   … “,  diapun berceritera bahwa dia amat mencintai suaminya , seorang perwira militer kerajaan.
Selama tiga tahun  sang suami  pergi ke medan perang , dan sekembali dari tugasnya , perangainya amat berubah , ia menjadi kasar , pemarah , juga kepada dirinya.
Ia juga tidak mau bekerja, sawah ladangnya dibiarkan terbengkalai , sehingga keluarganya terlantar.
Mungkin orang bijak itu bisa memberikan sesuatu  ( jampi-jampi ), agar si suami itu bisa kembali seperti sediakala dan berbuat baik mencintai isteri dan keluarganya lagi.
Orang pintar itu menjawab : “  Cabutlah  sehelai kumis harimau yang masih hidup  , agar saya bisa membuatkan reramuan yang kau minta “.

Yun Ok bingung sekali , mencabut kumis  harimau  hidup , bagaimana bisa ? , tetapi ia amat mencintai sang suami , apa akal ?.
Demikianlah , dia –pun mendatangi kesebuah perbukitan di gunung, tempat harimau  itu hidup bersarang.
Ketika dilihatnya macan itu sedang berbaring didepan gua, diapun memanggil harimau  itu dengan lembut sambil  menyodorkan sebungkah daging , tetapi macan itu tidak mau bergerak dari tempatnya.

Setiap malam dia datang ketempat  harimau  itu dan melakukan hal yang sama , tetapi macan itu diam seperti biasa, hanya setiap kali dia datang , dia maju selangkah dari semula , sehingga  dia makin dekat dengan harimau  itu.
Walau macan itu tidak mendatangi Yun Ok , tetapi lama-kelamaan, dia sudah terbiasa dengan kedatangan wanita itu.
Sehingga suatu saat Yun Ok sudah amat dekat dengan harimau itu dan terlihat harimau itupun bangkit dan mendekati dia , saling mendekat  , berhadapan ,  mereka bertatapan , … dibawah  cahaya  bulan temaram . ( maklum ini dongeng ,… harus lebay )
Besoknya kejadian itu berulang dan si harimau mau menerima uluran daging dari tangan Yun Ok , diapun sempat mengelus si harimau yang diam saja tidak terganggu.
Ketika mereka sudah akrab,suatu hari Yun Ok berkata pada harimau itu , bahwa ia ingin minta/mencabut kumis harimau itu.
Diceriterakan kumis harimau itu didapat dan sang harimaupun tidak marah.


Yun Ok pun cepat-cepat menyerahkan kumis harimau  itu pada Orang pintar  dan bijak, setelah diterima kumis itu dibuangnya diperapian.
Yun Ok heran dan tidak mengerti , tetapi orang pintar itu mengatakan : “ Apakah suamimi lebih ganas dari harimau  ? , apabila kamu sudah bisa melunakkan hati macan yang ganas itu dengan kelembutan dan kesabaranmu , … berbuatlah serupa pada suamimu, diapun akan menuruti setiap permintaanmu “ , Yun Ok baru sadar dan mengerti  makna semua permintaan orang pintar dan bijak itu.

Ceritanya sudah tamat sampai disini ,tetapi saya ingin mencari benang merah dari ceritera ini secara utuh.
Biasanya wanita identik dengan sesuatu yang lembut , indah dan sabar.
Lembut bukan berarti loyo atau pasrah
Sebab  kelembutan itu merupakan perpaduan antara beberapa sifat yang baik , yaitu pengertian , murah hati , sympati, empati , suka memaafkan, kesabaran , kasih sayang dan tahan terpaan gelombang kehidupan , tahan godaan dan masih banyak yang lain.
Kadang juga dikaitkan dengan kecantikan, tetapi dalam artian kecantikan sejati :beauty is the mark GOD set on virtue , bahwa kecantikan terletak pada keluhuran budi/kebajikan  seseorang yang diberikan oleh Tuhan YME.
Sehingga semua membentuk hati dan jiwa wanita.

Sepertinya sifat2 itu amat “ keibuan”, sehingga oleh pengarangnya, diharapkan seorang wanita, seorang isteri  mempunyai sifat luhur layak bagai  sifat seorang ibu.
Benarkah harus seperti itu ? , kalau dipikir kelanjutannya – ini pikiran saya sendiri – laki-laki itu tetap ingin diperlakukan seperti “ anak “ oleh isterinya –kah ?
Mereka tetap ingin dianggap  seperti bocah  manja , seperti kisah dongeng “ Peter Pan “ , yang tidak pernah  mau menjadi dewasa.  ?
Apakah  memang seperti itu  ya ?


Caprib  ( Catatan Pribadi ) :
Seorang Ibu bukanlah orang untuk tempat bersandar , tetapi seorang Ibu adalah orang yang menyebakan bersandar tidak lagi diperlukan.
                                       ( Dorothy Comfield Fisher )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar