Senin, 23 April 2012

Post - Power - Syndrome dan Ca- Mat


Sumber Gambar : Google.

Post-Power-Syndrome , adalah suatu gejala dimana banyak orang  mengalami gangguan psychologis saat memasuki masa pensiun.
Merasa tidak bahagia, stress  sampai  depresi , yang dihantui oleh bayang2 kejayaan kesuksesannya  dimasa lalu .
Merasa kecewa berat , penyakitpun mulai berdatangan
Solusinya  :  awal2 , kita harus mengerti/faham , bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini yang abadi .
Segala kejayaan dan sukses , anggap saja sebagai jalan yang harus kita lalui , dan kemudian kita tinggalkan dengan ikhlas/legowo , jika sudah waktunya.

Beberapa hal yang saya tulis, mungkin bisa untuk persiapan anda ,  atau ancang2/paduan, jika suatu kali sudah sampai masa pensiun .
Beberapa prilaku para  penderita PPS , saya rekap sesuai dengan  “ kacamata “ saya.
Dengan harapan  para pensiunan  jangan sampai menderita PPS, yang menyedihkan.

Jika ngambil pensiun, saya biasa suka memperhatikan kiri-kanan keadaan sekitar , disebuah kantor pos.
Asyik juga melihat perilaku  para sepuh yang sudah purna tugas ini.

Sebuah mobil parkir, dan seorang pria muda keluar dan langsung membuka bagasi mobil.
Mengeluarkan kursi roda dan membukanya.
Didorong dan membuka pintu mobil dengan pelan.
Diapun menolong seorang ibu sepuh untuk pindah tempat kekursi roda itu , dibantu wanita muda sepantaran.

Indahnya pemandangan itu, meskipun lembut, rasanya ada yang runtuh dihati ini.
Saya tersentuh, terpesona dan tertegun.
Sayapun menyapa ibu itu , yang ternyata ex. salah satu pejabat disuatu departemen.
Umur beliau hampir 70 tahun, beliau heran waktu  mengerti umur saya sepantaran dengan beliau.
Kata beliau , saya masih tampak sehat , muda ( dibanding umurnya “kale ) , dan cantik,….. wuih .
Pasti sepulang dari pensiunan , saya harus mengaca ulang dicermin,… wkwkwk.

Sayapun bercerita, bahwa pernah sakit parah, 3 hari di ICU dan 20 hari dirawat.
Nyawa sudah diujung tanduk, tetapi meskipun sudah antri, karena tidak kebagian tempat duduk dipesawat yang mau terbang  ‘ kesana “, saya ketinggalan.
Beliau ter-kikik2 mendengar cerita saya, senang melihat  beliau bisa tertawa.
Tapi menurut beliau, sudah nggak kerasan hidup, sakit terus2-an.
Sayapun bercerita, jika  usia harapan hidup sekarang lebih panjang .
Kalau dulu cuma 75-an , kemudian 85 –an, sekarang menurut penelitian terakhir bisa sampai 125 tahun lho , jadi jangan putus asa , harus tetap semangat.
Sebelum saya tinggalkan beliau, saya ajak dulu , … toz ! , dan dua jempol saya acungkan,
 --- ayo , tetap semangat , girl  !… Beliau tertawa dan ganti ngacungkan dua jempol.


Belum lama duduk, seorang laki2 yang sudah amat sepuh masuk perlahan.
Badanya kurus, kelihatan kurang sehat , seperti ter-huyung2/sepoyongan dan gemetar.
Duduk seperti jatuh, didekat saya , tidak tampak ada pengantar.
Saya sapa beliau  :    Pengantarnya belum masuk pak  ? “
  Oh, saya sendirian, kemana-mana bisa sendiri , nggak pernah ada yang ngantar  ! “.
Lalu tanpa ditanya beliau bercerita , umurnya 76 tahun, dan dari dinas militer khusus.
Seorang pelatih militer yang sudah tugas ke-mana2 dan bla bla bla , pokoknya  huebaat.
Tiba2  : “ Nah, sikap seperti itu, tidak boleh di militer , nanti membuat kakinya bengkok,.. tidak bisa masuk militer  ! “  beliau mengeritik seorang anak kecil yang digendong neneknya , pensiunan juga.
“ Dia tidak pengin jadi militer kok, tapi jadi pegawai negeri ! “ si-nenek juga tidak kalah ketusnya menjawab, langsung meninggalkan tempat duduknya.
Dan pak militer terus ada saja yang dikritik, sepertinya tidak ada yang betul.

Kami disekitar beliau2 itu saling berpandangan dan saling tersenyum , dan saya tahu, pikiran kita sama.
Pantas saja anaknya nggak ada yang mau ngantar, pasti pada kabur semua, dikritik terus2-an.
“ Ma, disana ada tempat duduk, dimuka lebih enak “ , anak saya datang menolong , untuk saya bisa menghindar dari tempat itu.
Saya langsung angkat kaki dari situ , anak saya ketawa.
Dia tahu mamanya pasti kebisingan dengar cerita bapak militer tadi yang terus2-an kasih komen negative apapun.

Baru saja duduk, ada seorang bapak dengan baju safari biru tua, lengkap dengan atribut dinasnya yang masih mengkilat.
“ No – iku takokno, kapan gaji limolase metu  ! “ , dia memerintah dengan suara baritonnya.  (  No – itu  tanyakan , kapan gaji ke-15-nya keluar  ! ).
Kami  semua saling berpandangan, bahkan bapak/ibu pembayar gaji ikut menjawab.
“ Nggak ada gaji ke-15 pak , gaji ke-13 aja belum keluar “.
Kami semua ketawa , beliaunya menggumam , tak jelas.

Beliaupun mencari tempat duduk, dideretan belakang tempat saya duduk , diiring putrinya yang tampak risih , karena beliau juga terus2-an mengeluh dan memberi perintah2 pada si-No , mungkin sopirnya.
Batuk2 terdengar , yang ace-nya tepat diatasnya macam2 dan berisik banget.
“ Sudah dibayar bu ? “. tiba2 tanya ke saya.
Suaranya keras banget, konon  katanya seseorang kalau ada gangguan pendengaran, pasti bicaranya keras/banter kalau bicara pada orang lain, dipikir semua orang seperti dia.
 Aduuh, telinga saya masih baik2, kok beliau itu teriak2 dibelakang saya.
“ Belum,..” saya jawab, ngapain juga saya duduk disitu kalau sudah dibayar.
“ Sudah lama ya bu ? “ , beliau teriak lagi.
“ Cukupan ..” saya jawab.
“ Apaa ? ,… “ , teriak lagi, tapi kali ini anaknya yang njawab dan minta maaf pada saya.
“ Gimana itu kerjanya, pegawai jaman sekarang , nggak becus semua,….dll,  dsbnya  etc  etc “ , dan masih banyak lagi yang lain.
Saya memandang anak saya yang berdiri tidak jauh , dan dia cuma senyam-senyum saja.
Mungkin geli lihat mamanya kejebak lagi disituasi yang konyol seperti itu.

Seorang bapak yang duduk disamping saya berbisik :
“ Dia itu  c-a-m-a-t  lho,…”  , saya kerutkan alis saya, tapi mengangguk juga.
“ Iya, dia itu  c-a-m-a-t  “,  seolah menegaskan.
“ Oh ,  camat mana ya  ? “  saya tanya.
“ Iya , dia itu camat , -- Calon  Mati  ! ,  semua kita kan  ya  Camat ,  Calon Mati ! “, dan dia terkekeh –kekeh .
Eh , horror banget bapak itu.
Tapi pikir2, benar juga  --  para pensiunan banyak yang sudah sakit2-an, stress lagi , jadi ya mau kemana lagi  ? ,… ya  CAMAT,… hiii  horror  !


Caprib  ( Catatan  Pribadi ) :
Hidup yang berarti itu, adalah serentetan kesulitan dan persoalan yang harus dicari jalan pemecahannya .
                     ( Davey Yohn Schwartz ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar