Minggu, 01 April 2012

Gaya Hidup Sehat setelah Sakit Parah

Suasana diruang ICU. Sumber Gambar : Google
Saya cari lagi file saya waktu saya masuk Rumah Sakit .
Dan enggak main-main , saya pernah dirawat selama 23 hari dengan 3 hari di ICU.
Suatu track record yang cukup bikin saya harus merubah gaya hidup saya selama ini.
File saya itu berupa buku kesehatan bagus , Modern Ways to health, banyak catatan2 tentang hasil laboratorium Patologi Klinik, Instalasi Radiologi, Instalasi Gizi, USG dan beberapa foto rontgen thorax dari Rumah Sakit saya pernah dirawat.

Sesuai dengan penyakit saya, lemah jantung , hipertensi , sedikit diabet/asam urat yang semuanya ada hubungannya dengan pola gaya hidup dan terutama makanan.
Mungkin juga penyakit orang tua yang kurang bisa menjaga gaya hidup sehat.
Umur saya sudah lebih dari 60 tahun dan tidak punya penyakit serius yang harus ditangani khusus.
Menurut dokter harus jaga pola makan dengan ditambah olahraga ringan.
Ada kata bijak , You’re what you eat, jadi saya terfokus pada beberapa catatan dari Instalasi Gizi, suatu daftar tentang gaya makan sehat yang dianjurkan.
Ada diit untuk rendah cholesterol 1900 kalori, diabetes mellitus, asam urat dan daftar bahan penukar untuk masing2 lengkap.

Sewaktu dirawat, saya ingat menu makan saya sehari-hari .
Waktu itu saya masih di-infus dengan oxygen , kateter terpasang.

7.00 pagi -- - bubur - - ca sayur/sawi putih/wortel -- ayam goreng besar –air putih
10.00 siang --- pisang kukus/buah diiris dan susu skim/tanpa lemak.
12.00 siang --- bubur --- cup sup sayur --- 3 filled ikan goreng --air putih
16.00 sore ---- kadang pudding/snack dengan teh agak manis
18.00 petang---bubur ---cup sup sayur—empal daging besar –air putih.

Sepintas kelihatan cukup enak, tetapi semua masakan itu minim bumbu dan minim garam, jadi terasa hambar.
Karena saya termasuk “ penikmat makanan nyamleng/enak “, maka makanan sehat semacam itu membuat saya selalu hampir muntah dan amat tersiksa.
Perasaan saya, kok semua jadi anyir dan amis.
Atau mungkin karena waktu itu saya sedang sakit parah, jadi pasti nggak ada enaknya makan apapun.
Bahkan ditambah Lososa/garam diit, saya tetap tersiksa, karena saya bahkan sudah merasa “ neg “ /tidak selera duluan kalau melihat makanan datang.
Selama itu makanan2 kesukaan saya, rupanya merupakan larangan keras bagi menu sehat yang ada di rumah-sakit.
Untung saya masih diinfus, jadi saya tetap terlihat fit , lagipula udara cukup sejuk.

Dokter gizi sering datang dan selalu memberi masukan2 tentang pentingnya makan sehat dan hidup sehat.
Juga dokter baik di ICU kadang datang sesudah mendampingi visite dokter jantung saya, dia yang tahu persis keadaan saya waktu sedang parah2-nya di ICU,waktu itu dia bertugas sebagai dokter jaga di ICU.
Seolah dia mendampingi saya untuk melawan maut dengan penuh kesabaran yang prima.
Saya sepertinya tidak ingat semuanya, karena keadaan saya antara sadar dan tidak.
Tetapi karena tempat duduk sang dokter terlihat dari ranjang saya, rasanya tentram jika saya tersadar dan melihat dia masih dikursinya sambil membaca.
Dan dia selalu memberi semangat pada saya , trims dengan tulus ya ?

Setelah 7 hari infuse dan kateter dicopot, saya masih memakai oxygen, kalau perlu.
Dan saya harus merehabilitasi tubuh saya yang turun drastis hampir 17 kg dalam tempo 23 hari dirumah sakit.
Saya kadang masih nggliyeng/pusing kalau berdiri atau berjalan.
Dengan pola makan sehat ala rumah sakit itu, rasanya saya sulit cepat bugar lagi.

Setelah pulang kerumah, inilah ujian yang sebenarnya.
Saya harus tetap menjaga pola makan dirumah sakit, bolehlah diperlonggar sedikit karena saya sudah tidak di-infus lagi dan pasti tidak pasif tiduran seperti dirumah sakit.
Batasannya, boleh makan segala tetapi harus dibatasi, mengerti mana yang boleh dan dilarang.
Terlebih sekarang banyak zat2 yang berbahaya yang masuk bersama aneka makanan atau bahan makanan ( Tayang di TransTeve setiap Sabtu atau Minggu jam.17.15 di Reportase Investigasi ).

Saya sendiri, kalau sudah kadung merasa pas rasanya, saya bisa lali-lupa,…hehehe
Tetapi badan ini rasanya jadi sensitive, kalau saya makan kebablasan , dia pasti memberi warning/sensor kalau ada yang salah yang masuk dibadan ini.
Dan saya harus berhenti saat itu juga, karena kecerobohan itu pasti akan menyengsarakan saya lagi
Setidaknya sampai sekarang , saya tetap kontrol ke rumah sakit dan minum obat jika merasa bersalah telah melanggar aturan diit yang ditetapkan.
Setiap 6 bulan sekali juga masih check-lab, --ngeri juga masuk rumah sakit lagi dengan menu2-nya yang bisa bikin saya kapok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar