Selasa, 10 September 2013

Jokowi, Bukan Pahlawan Kesiangan Bersuara Lantang


Sumber Gambar:www.108csr.com

Jika melihat teve saya suka ganti-ganti channel, kalau acaranya menarik bertahan, jika tidak langsung ganti.
Tetapi sejak ada fenomena Jokowi, saya selalu berhenti jika melihat sosok yang unik itu tayang diteve, apapun yang sedang dilakukannya.

Melihat sosok sederhana, lugu, santun dan santai, tetapi ternyata pekerja keras, hati ini rasanya terhibur, layak ada secercah harapan kedepan bagi Negara ini.
Karena rasanya pedih dan miris , melihat beberapa pesohor kita – pejabat kita, penegang keputusan dan kekuasaan kita, ternyata dimana-mana digelandang petugas karena kasus korupsi atau beberapa tindakan tercela lainnya.

Apalagi jika lebih memperhatikan dan mengikuti beberapa kronologis dan beberapa persidangan di pengadilan  yang terjadi, hati makin ketar-ketir saja.
Ini pejabat maunya apa, bekerja untuk kepentingan nusa bangsa, sesuai dengan janji2-nya waktu dilantik dahulu, apa mau bikin konspirasi maling atau merampok kekayaan Negara
Ini kan negaranya juga, tempat tumpah darah pribadinya.
Seharusnya  dia harus ikut berbakti, bagi kesejahteraan rakyat, bangsanya  sendiri – sanak dan saudaranya juga. Kenapa di porak-porandakan sendiri ?
Ah, sudahlah, rambut boleh sama hitam, otak dan hati ternyata berbeda-beda.

Kembali ke sosok Jokowi, yang sedang naik pamornya di Republik ini.
Kemarin, waktu sedang dikerumuni oleh nyamuk-nyamuk pers, yang selalu penasaran dengan sikapnya yang anteng, tenang, tentang hasrat banyak orang dan fihak yang mengharapkan dia men-capres-kan diri : “ Bagaimana pak, sudah siap mencalonkan diri, sudah siap jadi RI 1/satu. Sudah siap ke Pemilu 2014 ?”.

Dan dengan santainya Jokowi menjawab : “ Siap-siep-siap-siep,… saya enggak mikir, saya enggak mikir ( sampai 3 kali )… hehehe, kok enggak ngerti-ngerti saja sih – saya masih repot mikirin Jakarta, banjir, macet, banyak masalah, saya harus lari sana sini, loncat sini sana,… etc dll

Entah kenapa, jawaban atas pertanyaan dijawab dengan gaya njawani, lugu, sederhana dan santai, malah membuat orang ber sympati padanya, orang tambah respeck dan kagum pada dia, tambah mencintai dia, … terlebih melihat kinerja kerjanya yang tanpa pamrih.

Berbeda jika kita melihat “jagoan” lain, pesohor lain yang sepertinya banyak yang merasa kebakaran jenggot melihat Jokowi yang sederhana malah dikagumi.

Mereka sekarang banyak bertebaran diteve, bak pahlawan kesiangan berteriak lantang,
Ini aku, aku begini begitu beginu, aku ini pahlawan rakyat, dan terpampanglah aneka kesibukan si “pahlawan” menunjukkan sorga dunia yang semu ( hiks ) – jadi sayalah orang yang paling tepat memimpin Negara ini, … ealah, itu to tujuannya.
Sebetulnya tidak perlu seperti itu, harusnya mereka menunjukkan kinerja jauh hari sebelum dekat Pemilu, bukan aktif dan  kaget-kaget  jika dekat Pemilu saja.
Ditunjukkanlah dahulu darma baktinya pada Negara, contoh, diselesaikan dahulu tragedy Lumpur Lapindo, mereboisasi hutan yang sudah digunduli, kayunya di godol, diganti dengan hutan sawit yang menguntungkan kantongnya pribadi, … pedih.
Mengembalikan ekosistem yang rusak parah karena penggalian batu bara dan beberapa tambang lain, mereklamasi pantai yang tercemar berat dan masih banyak lagi.
Juga segudang masalah yang membutuhkan pahlawan tulus tanpa minta imbalan.

Rakyat makin lama juga makin pinter karena terus di bodohi dengan trik yang tidak mereka mengerti, mudah2-an tidak terjadi penumpukan kekecewaan yang mengerikan saja.

Diharapkan, jika Jokowi benar menjadi Presiden kita, diharapkan bisa menjadi pemimpin yang baik dan bijak.
Mampu mengalihkan arah arus birokrasi , lingkaran setan, yang bergulir salah dinegara ini. Harus mampu meluruskan kejalan lurus yang benar, beralih untuk kepentingan rakyat.

Jangan sampai Jokowi masuk dan terjebak masuk dalam lingkaran setan birokrasi yang membelit memutar kearah korupsi berjamaah tanpa terasa, harus mampu membuat gebrakan dimanapun dia terlontar membubung tinggi.
Pastilah Jokowi tidak bisa bekerja sendiri, harus pintar juga memilih rekan kerja, ksatria2 sekelasnya, dinegara yang mental pejabatnya sudah berantakan seperti ini.
Mudah2-an harapan rakyat Indonesia tidak pupus, karena  masih ada sinar terang disana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar