Selasa, 17 September 2013

Orang tua , Bak Buah Simalakama Bagi Anak ?


Sumber Gambar:suhendriali-mylife.blogspot.com

Saya tergelitik dengan “suara hati” dari mbak Edi  Kusumawati di FB yang menceriterakan bahwa ayahandanya sedang nunak-nunuk diajari hape touchscreen.
Sampai mbak Aridha geli, kok leh nunak-nunuk, rasanya kok kasihan banget.
Dan tulisannya disambut beberapa rekan-rekan seumuran “dara2” empatpuluhan, mbak Iramawati Oemar, mbak Hesti Adityo, lengkap dengan ceritera pengalaman masing yang kayaknya bernada jengkel-jengkel sayang pada ortunya.

Saya tarik kesimpulan, sebetulnya mereka semua sayang dengan orangtua yang sudah sepuh, ingin membahagiakan ayah/ibu,  dan beliau cuma diharapkan diam, duduk manis dirumah, toh semua sudah disediakan.
Tidak usah wira-wiri, mrana-mrene, esleg ( hihihi, saya geli kok leh trengginas to eyang,.. ), kesana-sini, yang njahitlah, bersih-bersih /nyuci baju,  alat2 masak/ perabotan rumah, suka nyetrika lempit2/menata baju, menata lemari pakaian.
Juga  masih memasak, bikin kue macam-macam, bikin nasi goreng dengan bumbu yang terperinci resep jadul, sampai dokternya bingung semua,  kok masih bisa hapal resep/aneka bumbu yang begitu banyak… ah, cantik sekali ( saya suka di ceritani seperti itu, asyiik)

Tetapi banyak juga lansia yang terlantar, hilang ingatan, kesasar-sasar, tak tahu jalan pulang, bahkan lupa siapa dirinya.
Saya juga  pernah membaca ada beberapa lansia yang tersesat jalan, sehingga anaknya kalang kabut mencarinya, sampai ditayangkan diteve orang hilang atau mereka bikin selebaran yang kemudian ditempelkan dimana-mana.

Sebenarnya antara generasi muda dan lansia ada perbedaan pola pikir karena beda generasi. Hal ini pasti membutuhkan pemikiran dan penanganan khusus pula.
Jumlah Lansia di Indonesia pada tahun 2010 ada 24 juta jiwa, hampir 10 % dari jumlah penduduk seluruhnya, suatu jumlah yang patut dikhawatirkan.
Kondisi para lansia itu  rata2 pengangguran, tidak bekerja atau pensiunan, umur diatas 60 tahun, dengan mutu  kesehatan yang rendah, atau mempunyai sakit yang membutuhkan pengobatan rutin dari dokter, atau beberapa keterbatasan pisik.
Disetiap keluarga Indonesia, rata2 ada satu atau dua orang dirumah kita., dan karena adanya perbedaan pola pikir itu sering terjadi saling silang antara orangtua dan anak.

Mungkin karena  saking takut ortunya kenapa2 jika tinggal sendirian atau jauh dari mereka, mereka memboyong ortu yang sudah sepuh itu dirumahnya dengan beberapa fasilitas yang memadai, berlebih barangkali karena ortunya terus enggak boleh apa2.
Semua disediain, dilayani, enggak boleh kemana-mana.

Tetapi ortu berpendapat lain, anak2 tidak mau repot, tidak mau cemas. Mereka tidak memahami jika orangtua juga butuh kebebasan, butuh ruang gerak, tidak mau seperti burung dalam sangkar emas sekalipun dan dijamin kehidupanannya.
Orang normal, apakah ia tua atau muda, pasti akan senang bila bisa dapat mengerjakan sesuatu dengan kemampuannya sendiri, tidak usah di tolong-tolong.
Saling silang itu terus berlanjut, si anak punya seribu satu alasan untuk mengajak ortunya dirumahnya plus aturan si anak dengan alasan kesehatan, ekonomi, social dan sebagainya.
Dan orangtuapun pasti punya 1002 alasan untuk menolaknya, dan anda sebaiknya tidak usah memaksanya, karena itu pasti akan menyakiti hatinya.

Coba putar lagi waktu ini, ingat2-lah dikala  kalian masih kecil, bagaimana beliau dengan tabah dan perkasa menghadapi semua aral hidup ini dan selalu ada dibelakang dan mendukung dengan gigih apapun  langkah  yang terjadi demi kebahagiaan anda.
Nanti jika beliau memang sudah tidak kuat lagi dan mempunyai banyak keterbatasan untuk menjalani hidup ini, pasti beliau akan minta tolong pada anda,anak2-nya.

Dari bincang2 kita itu, saya juga menariksuatu pelajaran, untuk orang tua, sebaiknya mempersiapkan diri dengan baik masa tua kita, jangan setelah tua kita menjadi orang tua cengeng, yang menjengkelkan, merepotkan anak cucu kita.
Kita wajib menjaga kesehatan, kebugaran, banyak membaca buku2/majalah/koran ilmu2 pengetahuan baru, agar tahu kemajuan jaman dan bisa nyambung jika diajak bincang dengan anak cucu,  juga beberapa joke canda yang lucu pasti lebih menyenangkan.
Jadi bukan  menjadi seorang eyang yang cerewet, cemberut, sok mengatur dan melarang dengan aturan2 yang  jadul.
Jika kita seperti itu, pasti anak cucu kita senang dengan adanya  seorang eyang “ gaul “ dirumahnya, yang bisa dengan bijak mengayomi seluruh keluarga. Percaya dengan saya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar