Selasa, 24 September 2013

Merinding : Lihat Gaya Pacaran Remaja SMP


Sumber Gambar: pramareola14.wordpress.com

Sebetulnya saya tidak percaya dengan data yang disampaikkan oleh KomNas PA, maksudnya KomNas Perlindungan Anak beberapa waktu yang lalu.
Disebutkan, menurut survey yang mereka lakukan, bahwa 62,7 % remaja wanita SMP sudah tidak perawan lagi, bahkan dinyatakan pula bahwa data itu merupakan sebuah gunung es saja. Konon kenyataannya lebih banyak lagi lebih dari 90%,… waduh.

Tetapi kemarin, saya sempat melihat salah satu tayangan  di Youtube, tentang perilaku gaya berpacarannya para Anak Baru Gede SMP.
Saya akan ceriterakan secara rangkum singkat saja, karena kalau kelewat detail, bisa di cap menyebarkan pornografi.

Disuatu tempat, didalam bilik sempit, sepertinya terbuat dari papan/bambu, sehingga banyak celahnya yang bisa diintip. Saya lihat sepasang remaja putih biru yang masih amat lugu dan imut, umur sekitar 13 tahunan sedang pacaran.

Adegan itu diintip oleh seseorang dengan menggunakan hape biasa,melalui salah satu celah dilubang dinding bilik itu.
Aksi kedua bocah itu tidak usah diceriterakan, pokoknya mereka melakukan permainan sex, yang sepertinya sudah sering mereka lakukan, dilihat dari kepiawaian masing-masing, plus beberapa cara menghindari kehamilan.
Sesudahnya mereka cepat2 membuka hape dan mendiskusikan sesuatu, dengan serius.

Saya termenung, dan sekarang mulai mempercayai hasil survey Komnas PA diatas.
Meskipun, pasti tidak semua remaja SMP biasa melakukan, tetapi melihat dengan mata kepala sendiri adegan seronok seperti itu, bisa membuat setiap orangtua pasti amat prihatin, miris dan merinding.

Tiba-tiba saya merasa kasihan dengan mereka, apa yang terjadi dengan mereka ? Dimana orangtuanya dan ngapain saja mereka selama ini ? – saya yakin merekapun mbolos waktu melakukan hal itu.
Anak2 yang masih begitu belia dan melakukan hal yang belum waktunya dilakukan dan kurang pantas, rasanya amat menyedihkan dan membikin pedih dihati.

Sebenarnya anak remaja umur 9 – 12 tahun memang  sudah mulai terdorong untuk berkumpul dalam kelompok dengan kawan sebayanya , didasari oleh keinginan bertukar pikiran dan pengalaman. Pada usia 12 – 16 tahun , kelompok mulai agak renggang karena mulai ada kompetisi diantara mereka, juga antar anggota kelompoknya, sering terjadi gontokan dan tawuran.

Didasar hati  mereka menghendaki dasar prinsipiel, mereka belajar menyerap nilai2 pokok dan kehidupan masyarakatnya. Karena masalah tata nilai mulai di renungkannya, sesuai dengan falsafah hidup yang mulai dipilihnya – dan itu akan dipertahankan dalam jangka panjang, mungkin seumur hidupnya. Mulai terus bertanya-tanya dan memilah dan memilih, juga mencoba serta meniru.

Ini merupakan estafet perjuangan kebudayaan, tata nilai diambil alih oleh generasi penerus, yang biasanya mengalami perubahan sesuai dengan situasi jamannya.
Perbedaan interprestasi antara generasi muda dan generasi yang terdahulu sering menyebakan suatu saling silang dan terjadilah generation gap.

Disini orangtua, sebagai pembuka jalan bagi generasi penerusnya harus berperan, agar anak yang masih lugu ini  tidak mencari jalan dan pengertian sendiri diluar.
Kalau mereka tidak mendapat penjelasan apa2 yang mereka ingin ketahui dari ortunya, mereka akan mencarinya diluar via kawan, buku, majalah, hape internet dll.

Disini mereka akan terjebak dengan penjelasan yang kadang malah menyesatkan, menarik dan berlebih-lebihan, tanpa tanggung jawab. Dan di usia  rawan seperti itu mereka merupakan pribadi yang gampang meniru dan selalu ingin mencoba.
Harus ada sesuatu/sosok panutan dan contoh yang mestinya dihadirkan dalam kehidupan mereka.

Saya menarik kesimpulan yang sekiranya berguna :

SATU  :  Remaja kita butuh pengertian juga bimbingan serta pengertian tentang perubahan2-an dirinya serta segala sesuatu yang masih awam bagi mereka.

DUA    : Remaja butuh kesibukan2 positif juga contoh, panutan  yang bermanfaat untuk persiapan mereka menata hidupnya kelak dengan baik dan terarah.

Dan kita harus menyiapkan semua bekal yang dibutuhkan itu dengan cermat dan pintar, sebelum mereka melangkah mencari tahu ditempat yang keliru.

Sekolah TK amat dibutuhkan, sebagai pendidik pertama diluar  rumah sesudah pendidik utamanya dirumah, ibunya,  Kemudian di Sekolah Dasar dengan guru2 yang mumpuni, untuk mengarahkan anak2 yang berumur 6 – 12 tahun kejalan yang baik dan benar, dengan moral dan etika yang terpuji.

Saya juga salut dengan beberapa penulis dan pendongeng anak, sekolah alam dan sebagainya, yang berusaha untuk menarik anak2 yang masih belia , berusaha menarik anak2 ke hal-hal benar, baik dan sehat, yang sesuai dengan umurnya.

Juga salam hangat saya bagi usaha komunitas Fiksiana Community yang mengadakan event Fiksi Anak, suatu event yang diharapkan bisa menggali kembali cerita anak juga dongeng yang mungkin bisa mengilhami atau memberi landasan  semangat juga morel, suatu contoh  bagi  prilaku yang terpuji untuk perjalanan hidup mereka selanjutnya.

Jadi sebelum mereka melangkah berprilaku  yang keliru, kita harus mencegahnya dan membelokkan mereka dengan contoh dan prilaku  baik yang kita harapkan semua.
Karena ditangan mereka lah  kelak  Negara dan bangsa ini di serahkan, dan  harusnya generasi penerima estafet ini juga harus merupakan pribadi yang mumpuni  serta bisa di andalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar