Minggu, 15 September 2013

Swandari’s Mind : Ayah Berulah, Anak Galau


Sumber Gambar: putra23.wordpress.com

Pertanyaan  :

Saya gadis berumur 26 tahun, sudah bekerja  dan bisa membantu keuangan keluarga yang pas-pasan. Di kantor saya sudah mulai membangun hubungan dengan seorang pemuda , kawan kerja, tapi dia neruskan kuliah.

Keluarga itu dari keluarga baik2, sederhana dan kelihatannya selalu memperhatikan saya. Kawan sekantor mengatakan kalau dia menaruh minat dengan saya, sayapun tertarik padanya, perilakunya baik, santun dan tidak banyak tingkah, pekerja keras juga untuk membantu keuangan ortunya yang juga pas2-an.

Tetapi ibu, yang mengherankan dan tidak saya sangka, ayah saya yang sudah berumur 51 tahun, berhubungan dengan janda yang berumur 45 tahun, seumuran dengan ibu saya.
Janda itu dahulu pacar ayah yang sekarang ketemu lagi – dia memang lebih cantik dari ibu saya dan amat ramah tamah sekali.

Ayah kelihatannya sudah lupa daratan dan ibu selalu marah2 saja, mereka sering tengkar, cekcok terus. Saya sangat sedih dengan keadaan ini, lagipula saya malu dengan pemuda yang sedang dekat saya itu, kelihatannya keluarganya tidak ada hal yang aneh2 seperti ayah saya itu.

Apa tindakan saya bu, saya jadi serba salah dan ragu-ragu, rasanya malu sekali dengan tindakan ayah saya. Umur saya juga tidak muda lagi bu, hampir 27 tahun, teman2 saya banyak yang sudah berkeluarga dan punya anak.


Swandari’s Mind  :

Rupanya ayah anda sedang terkena syndrome  puber kedua , apalagi ketemu pacar lama, repot juga nih.
Ada baiknya sekali-kali bicara empat mata dengan ayah, ceriterakan dengan terus terang posisi anda dalam hubungannya dengan keluarga pemuda itu.
Bahwa  anda saat ini  sedang menata langkah untuk membentuk hubungan baik dengan pemuda rekan kerja itu, yang sepertinya keluarganya masih menjunjung tinggi  moral etika dalam masyarakat.

Hadapkanlah semua masalah ini kepada beliau, mohonlah budi baiknya untuk menolong anda. Seorang ayah, bagaimanapun, jika “ditangisi” oleh putrinya yang demikian lembut seperti anda, pasti akan luluh,  sadar dan mawas diri. Ulangi terus permohonan anda, jangan pernah putus asa, berbuka hati lah pada beliau dengan tetap santun pada beliau.

Dan jika sang ayah sudah sadar, anda harus bicara dengan ibu anda, bicara saja terus terang, mohonlah bantuannya. Sudilah beliau mau berusaha “memikat” lagi perhatian ayahanda.
Kalau dahulu selalu marah-marah dan cemberut pada ayah, mohonlah mulai sekarang untuk sedikit murah senyum, dandan sedikit cantik, juga sedikit mau me masak makanan favorit ayah yang mungkin sudah terabaikan. Pokoknya tarik lagi perhatian ayahanda pada beliau.

Tetapi kalau “tangisan” anda tidak mempan, cara sedikit keras mungkin berguna – stop bantuan anda, apa boleh buat  -- bahkan kalau perlu, datangi si janda dan peringatkan dengan serius.



Swandari’s Mind :
Bercanda dalam pernak-pernik Cinta dan Berbagi Hati dalam Warna-warni Kehidupan

Caprib  :
Cinta kasih tidak pernah mengenal putus asa, sebab cinta kasih itu penuh sabar, dimana kesabaran akan membawa pengharapan dan pengharapan bukanlah putus-asa. (NN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar